***
Ara berhenti sejenak dari kegiatan memotong semangkanya, tatapannya kosong terpikirkan dengan kakak kelas yang dia temui di kantin tadi pagi. Begitulah yang seringkali Ara rasakan setelah bertemu dengan Rachel, selalu ada perasaan tak nyaman dalam dirinya.
"Ngelamun aja," senggol Farel yang membuat perempuan itu mengaburkan lamunannya.
"Punya utang berapa? Melas amat," lanjut Farel meledek. Tangannya mengambil alih semangka yang dipegang Ara untuk kemudian dipotongnya.
"Ngawur! Gak hobi ngutang ya," balas Ara mengelap tangannya yang sedikit basah terkena air semangka.
"Terus mikirin apa? Mikirin cowo juga nggak ada," ledek Farel lagi menyomot satu potong semangka yang baru saja dipotongnya. Abangnya ini selalu saja sok yes.
"Sombong amat! Baru juga jadian beberapa hari. Yakin bang Farel bakal setia nggak?"
"Setia itu mahal Ra, dan gue pengen punya sesuatu yang mahal itu. Sekalipun kita nggak pernah tahu ke depannya akan seperti apa, tapi semoga semesta berpihak pada kisah gue sama dia. Gue mau jatuh cinta yang lama, lama sekali sama dia," ucap Farel serius, kemudian melanjutkan kegiatan memotong semangkanya yang sempat terhenti.
Ara tersenyum, sempat ingin tertawa melihat wajah abangnya yang begitu serius mengucapkan kalimat itu. Semenyebalkan apapun laki-laki itu, Ara tahu abangnya juga punya bentuk ketulusan yang besar.
"Iya deh. Semoga kalian selalu saling jatuh cinta. Jatuh cintayang lama, lama sekaliiiii," ucap Ara yang juga ikut mengharapkan hal baik untuk abangnya.
Farel mengacak-acak rambut adiknya gemas, membuat rambut yang dikuncir kuda itu menjadi tidak serapi sebelumnya. Ara mencubit perut abangnya, pasti ada air semangka yang menempel di rambutnya karena tangan laki-laki itu.
Suara bel terdengar di telinga keduanya, menandakan ada kehadiran seseorang di luar sana. Kericuhan di dapur terhenti. Farel beranjak meninggalkan Ara, bergegas membuka pintu.
Ara merapikan rambutnya dengan misuh-misuh kemudian melajutkan memotong semangka yang sudah terpotong sebagian.
Pintu terbuka, Farel sedikit terlonjak mendapati seseorang yang tidak laki-laki itu sangka akan ada di hadapannya sekarang. Seseorang yang selalu Farel tunggu kehadirannya setiap weekend. Ayah Farel, ayah Ara, juga ayah Bunga pulang hari ini.
Namun ada hal yang cukup mengganjal di sana, ayahnya pulang bersama laki-laki seusianya yang tidak dia kenali. Farel terkejut, sama halnya dengan laki-laki seusianya yang juga terkejut melihat Farel di rumah itu.
Ardo terkejut melihat seseorang yang baru saja membukakan pintu dan menampakkan dirinya dari balik pintu itu. Dia, orang yang pernah Ardo temui sebelumnya, laki-laki yang pernah menjemput Ara waktu itu.
Ngapain disini?
Main gitu ke rumah ceweknya?
Beneran pacarnya?
Begitulah kira-kira pertanyaan yang sedang memenuhi isi kepala Ardo.
"Ayah?" ucap Farel seolah tak percaya ketika melihat pria paruh baya itu pulang tanpa berkabar lebih dulu.
"Abang." Ferdi--Ayah Ara tersenyum, menyemburkan pelukannya kepada putranya. Anak pertamanya juga anak laki-laki satu-satunya.
Lagi-lagi apa yang terjadi malam itu menjadi suatu hal yang mengejutkan bagi Ardo. Namun perihal fakta yang terakhir yang ia ketahui, hal itu cukup membuatnya merasa lega. Melihat interaksi anak dan ayah di hadapannya saat ini, membuat Ardo tersadar bahwa kecemburuannya akhir-akhir ini ialah sebuah kesalahan. Bagaimana bisa ia bisa cemburu pada kakak laki-laki dari perempuan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/213740744-288-k870395.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Semoga (On Going)
Fiksi RemajaTentang pertemuan itu, Ara tidak menginginkannya. Jika semesta mengizinkan, semoga tidak ada lagi segala bentuk pertemuan antara dia dengan laki-laki itu. Namun, perihal katanya dunia ini sempit, ternyata memang benar adanya. Mereka kembali bertemu...