2. Murid Baru

234 13 5
                                    

Perihal tentangmu yang lenyap, kini kembali meluap.

***

"Kak cepat sedikit, nanti terlambat loh," peringat Tika--bunda Ara setelah menutupkan pintu mobil belakang untuk anak ketiganya yang berusia 7 tahun.

"Iya bun, bentar lagi selesai kok," jawab Ara yang masih sibuk menali sepatunya di dekat pintu.

"Tahu nih kak Ara, lemot banget," sahut anak perempuan berseragam putih merah dari jendela mobil yang dibiarkan setengah terbuka.

"Biasanya kamu ya, yang lemot!" Ara menatap sewot adiknya itu.

"Yang penting sekarang kan enggak, wlek."

Ara menyeringai melihat bocah 7 tahun itu mengibaskan rambutnya bergaya.

Anak perempuan berusia 7 tahun itu adik Ara, Bunga namanya. Saat ini duduk dikelas 1 Sekolah Dasar. Tiada hari tanpa perdebatan diantara kedua perempuan dengan bentuk wajah yang hampir sama itu.

Adiknya yang banyak bicara dan tingkah itu seringkali membuat Ara kesal. Namun, adakalanya perempuan kecil itu juga menjadi pelipur lara bagi Ara. Tak ada ucapan sayang dari keduanya, tetapi keduanya yakin akan selalu ada rasa sayang yang terpaut dalam diri seorang saudara untuk saudaranya.

Setelah selesai dengan kegiatan menali sepatunya, Ara segera masuk ke mobil dan duduk di kursi depan sebelah bunda.

Membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit untuk Ara bisa sampai di sekolah. Perempuan itu mulai memasuki lobby siswa dan berjalan melewati koridor yang menuju ke arah kelas miliknya, kelas XI - IPA 2.

"Ara, sini deh, cepet!" panggil kedua temannya yang kini sedang duduk didepan kelas mereka.

Dia, Farah dan Ica. Ketiganya sudah berteman sejak masa MPLS dimulai. Waktu itu mereka juga berada di kelas yang sama, dan kini mereka kembali ditempatkan di ruang yang sama pula.

Tidak bisa dijelaskan bagaimana senangnya mereka hari itu. Mereka yang sudah berkesiap akan perpisahan, tapi takdir dengan baiknya memberi kesempatan kepada mereka untuk bisa mengukir cerita SMA bersama didalam satu ruangan yang sama, dikelas IPA 2.

"Ada apa? serius amat," heran Ara.

"Tau gak, katanya lusa bakal ada murid baru di kelas kita." Farah memberitahu.

"Dan katanya, dia bakalan duduk disebelah kamu," ucap Ica menambahi.

"Cewek apa cowok?" tanya Ara yang belum tahu informasi itu sama sekali.

"Gak tahu." Farah dan Ica serempak mengangkat bahu tidak tahu.

"Semoga, cewek aja deh," harap Ara. Rasanya sudah lama perempuan itu tidak punya teman sebangku. Sejak SMA, Ara selalu duduk sendiri karena murid di kelasnya berjumlah ganjil. Bahkan saat MPLS pun, ia juga kebagian kelas dengan jumlah murid yang ganjil.

Terakhir kali Ara punya teman sebangku saat ia SMP, sebangku dengan Reyna. Menyenangkan jika diingatnya. Harapnya, semoga kali ini juga demikian.

"Eh, cogan aja gak sih, biar bisa cuci mata." Farah nyengir mengucapkannya.

"Nah! bener tuh. Laki-laki di kelas kan buluk semua. Ngeselin lagi," kata Ica menyetujui.

"Kamu kan pacarnya Gavin Ca, dia sekelas loh sama kita," kata Ara sambil menaik turunkan alisnya menggoda temannya itu.

"Berarti pacar kamu buluk dong hahaha." Farah tertawa puas.

"Kecuali Gavin, aku tadi belum selesai kalau ngomong," bantah Ica yang sebenarnya juga meruntuki dirinya sendiri.

Semoga (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang