***
"Cepetan dong, Ra. Lemot banget!" seru Gavin yang saat ini berjalan di belakang Ara. Mereka sedang berada di koridor menuju kantin.
Ada Reyna yang berjalan bersebelahan dengan Ica paling depan, kemudian disusul dengan Ara dan Farah, dan paling belakang ada Gavin dan Vino yang mengikuti gerombolan perempuan itu.
"Ica ya, yang lemot," jawab Ara tak terima.
Gavin melihat ke arah Ica, perempuan itu terlihat tengah asik bercerita dengan Reyna di depan Ara sana. "Oh, yaudah. Biarin."
Ara mendelik mendengarnya.
"Kalo aku sama Ara aja yang gitu, nggak bakal berhenti tuh mulut ngoceh," sahut Farah menyindir Gavin. Ara mengangguk menyetujui.
"Gak boleh cemburu." Vino ikut bergabung dalam obrolan.
Farah dan Ara saling tatap, mengernyitkan dahi.
"Ca, ceritanya nanti aja." Vino bersuara lagi, suaranya sedikit dikeraskan agar sampai ke telinga perempuan itu.
Ica menoleh, "Berisik banget tau nggak kalian dari tadi, ganggu aja," ucap Ica dengan langkah yang tertahan. Mereka yang berada tidak jauh di belakangnya pun ikut berhenti. Rasanya mereka ingin sekali menerkam perempuan itu. Kecuali Gavin, dia justru tersenyum, membatin mengapa pacarnya begitu menggemaskan.
"Ca, udah ya, perutku laper." Ara memutar kembali tubuh Ica ke posisi semula, kemudian berjalan lebih dulu. Perutnya yang sudah butuh asupan itu, rasanya sudah tak sanggup lagi kalau harus mendengar perdebatan itu lebih panjang.
Kantin selalu ramai, mereka mengantri untuk mendapat makanan dan duduk di kursi panjang setelahnya. Reyna duduk di antara Farah dan Ara, berhadapan dengan Gavin yang duduk di antara Ica dan Vino. Makan.
Vino yang baru saja selesai menghabiskan makanannya, memanggil tiga kakak kelasnya yang lewat untuk bergabung di meja mereka. Ketiga kakak kelas itu tak lain ialah Ardo, Dito dan Reno.
Vino dan Gavin bergabung menjadi anggota tim futsal yang ada di sekolah bersama ketiga kakak kelasnya itu. Bisa dibilang mereka cukup akrab, dan kali ini mereka akan membicarakan mengenai pertandingan futsal antara kelas mereka.
"Marahan sama ayang lo, No?" tanya Dito pada Reno yang mulanya merasa ragu untuk bergabung di meja yang ada Farah.
"Nggak," bohongnya. Reno bukan bermaksud untuk tidak ingin menemui perempuan itu, namun dia tahu Farah pasti merasa kesal jika melihat wajahnya saat ini.
"Yaudah duduk sini." Dito langsung membawa temannya itu untuk duduk di samping Farah, dan dia memilih untuk duduk di samping Vino.
Farah hanya diam menyibukkan diri dengan memakan baksonya yang masih setengah, tidak ingin memperdulikan orang yang baru saja duduk di sampingnya. Reno menghela nafas dalam, melihat Farah yang tak kunjung menoleh sedikitpun ke arahnya.
"Ardo, ih. Nyebelin." Reyna menyingkirkan tangan Ardo yang baru saja mengacak-acak rambut miliknya.
Ardo tertawa kecil melihat beberapa helai rambut Reyna yang terlihat mengembang, kemudian mendudukkan dirinya tepat di samping Ara yang berada di paling ujung. Masih ada sedikit tempat untuk satu orang di sana.
"Lah, si Ardo anjir," ucap Vino melihat interaksi kedua saudara itu.
"Sepupunya Vin," jelas Ica agar temannya tidak salah paham.
"Lah?!" Gavin menatap Ica kaget, dia juga baru mengetahuinya.
Vino menyipitkan matanya tak percaya, "Beneran?"
"Iya, suka lo?" jawab Ardo.
"Kepo lo."
"Bangsat. Nggak gue restuin."
Vino menyatukan telapak tangannya di depan wajah, ampun.
Mereka mulai membahas kapan dan dimana kelas mereka akan melakukan pertandingan futsal. Pertandingan ini tidak ada hadiah atau semacamnya, hanya untuk keseruan aja seperti saat mereka ekskul atau bisa disebut dengan sparing futsal. Hitung-hitung untuk melatih skill mereka. Selain itu juga untuk memperat dan menjalin persaudaraan.
"Oke. Besok pulang sekolah di lapangan sekolah," kata Ardo menyepakati waktu dan tempat yang telah ditentukan. Sebenarnya besok ialah jadwal ekstrakurikuler mereka, namun diliburkan oleh pembina karena ada suatu kesibukan, dan mereka memanfaatkannya untuk hal ini.
"Wah, asik nih1 Besok harus liat pokoknya," ucap Ica semangat.
"Iya, ayo liat!" seru Reyna tak kalah senang.
"Aku mau bawa botol deh, mau aku isi kelereng adekku."
"Tolong bawain kelerengnya sekalian dong."
"Gampang."
Seru heboh kedua manusia itu seolah akan ada pertandingan besar yang akan mereka lihat. Yang lain hanya menggeleng mendengar perbincangan mereka berdua.
Ardo menoleh pada Ara yang duduk di sampingnya. Perempuan itu tidak mengeluarkan suaranya sama sekali selama mereka berada di sana.
"Aw!" pekik Ara tiba-tiba saat kakinya diinjak oleh kaki laki-laki yang ada di sampingnya. Itu kelakuan Ardo. Pekikan Ara membuat orang-orang yang berada di meja itu menatap tanya ke arahnya.
"Kenapa Ra?" tanya Reyna mewakili pertanyaan dari mereka yang berada di meja sana.
"Eh, gapapa. Ini ada semut gigit," bohong Ara. "Udah, lanjutin aja ngobrolnya," lanjutnya mencoba mengalihkan perhatian mereka.
"Manis soalnya, mbak," goda Dito membuat laki-laki itu mendapati banyak sorakan di sana.
"Apasih lo pada. Ya, kan emang manis," ucap Dito lagi dengan wajah tengilnya.
"To, diem nggak!" peringat Ardo yang tak ingin mendengar lagi temannya itu menggoda Ara. Entahlah tiba-tiba saja mulutnya tergerak untuk mengatakannya.
Dito menyeringai, "Lah, kok ngamok."
"Cemburu kali," sahut Reyna yang lagi-lagi menggoda kedua manusia itu. Bahkan, kali ini ada sebuah harap untuk mereka berdua.
"Reyna!" Ara mencubit perempuan yang ada di sampingnya itu.
"Enggak-enggak gaes, becanda," ucap Reyna meluruskan. Takut temannya ini akan mendiami dirinya berhari-hari.
"Iya juga gak papa," ucap Gavin.
"Deketin lah, Do. Kasian jomblonya awet." Vino menambahi tidak sadar diri.
"Diem nggak kalian!" sentak Ara pada kedua teman laki-lakinya itu.
"Eh, salting tuh." Vino semakin menggoda Ara.
"Gue dukung sih. Ayo, Do. Gasss!" Dito bertepuk tangan heboh.
Ardo hanya diam tidak menanggapi, meskipun sebenarnya ia ingin berkata, Iya, gue suka. Tapi sekarang belumlah menjadi waktu yang tepat untuk mengucapkan kalimat itu.
Ra, nanti ya, sama gue. Jangan jatuh cinta sama manusia yang bukan gue.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Semoga (On Going)
Teen FictionTentang pertemuan itu, Ara tidak menginginkannya. Jika semesta mengizinkan, semoga tidak ada lagi segala bentuk pertemuan antara dia dengan laki-laki itu. Namun, perihal katanya dunia ini sempit, ternyata memang benar adanya. Mereka kembali bertemu...