"Gue udah gak bisa foto Kana diem-diem lagi."
"Huh? Apa alasannya?"
"Gue udah ketauan. Gue gak mau ambil resiko lagi dengan nurutin perintah lo."
"Lo sekarang udah berani ngelawan gue?"
Hapis menghela napas kasar,
"Apa alasan lo nyuruh gue setiap saat laporin kegiatan Kana bahkan foto dia diem-diem?""Lo gaperlu tau. Tugas lo cuma jalanin perintah gue." ujar lawan bicara Hapis dengan ekspresi datar.
"Lo cuma mau tau keadaan dia, El. Lo bisa langsung temuin dia. Dengan lo nyuruh gue buat ngikutin dia terus, gak akan ada keuntungannya buat lo. See? Gue malah dikira nguntit dan nama gue udah jelek banget di mata mereka."
"Salah lo sendiri karena bisa ketauan."
Hapis mengusap wajahnya kasar,
"Jangan jadi pengecut, Elliot"Laki-laki bernama Elliot itu menggeram frustasi,
"Kalo dia baca surat gue mungkin dia udah hubungin gue. Sedangkan gue gak nerima pesan apa-apa.-Berarti dia sama sekali gak mau ketemu gue lagi, seperti ucapannya 10 tahun lalu."
Hapis menepuk pundak Elliot dua kali,
"Kana udah dewasa. Dia pasti sekarang udah lebih paham. Lakuin sekarang atau enggak selamanya."Elliot menyugar rambutnya kebelakang,
"Gue besok bakal pindah ke sekolah lo.""Ngapain?" bingung Hapis.
"Rahasia."
🦋🦋🦋🦋
Kana menguap. Ia sungguh bosan. Pembelajaran sedang berlangsung tetapi Kana tampak tidak bersemangat. Alasan dia tidak bersemangat sungguh klise. Sekarang jam pelajaran sejarah.
Oke, sampai situ paham kenapa dia bisa bosan?"Seperti kelas yang lain. Kalian akan dibagi menjadi 6 kelompok. Karena murid kelas unggulan hanya ada 28 sedangkan kelas lain 36 murid maka kalian bagi saja sebisanya." jelas Bu Etik - guru sejarah.
"Iyaaa Bu."
"Jam pelajaran ibu masih ada 20 menit. Kalian gunakan untuk pembagian kelompok saja. Kelompoknya bebas. Jadi, kalau masih ada yang protes anggota kelompoknya ada yang tidak ikut bekerja, itu urusan kalian." final Bu Etik.
Kelas unggulan yang pada dasarnya berisi murid yang pintar-pintar hanya menganggukan kepala saat guru berkacamata segitiga itu menjelaskan. Jangankan berkelompok. Mengerjakan sendiri saja pasti mereka sanggup.
"Kan, mau sekelompok?"
Kana menoleh menatap Atra yang baru saja melempar pertanyaan. Kana menatap sekeliling kelasnya. Tidak ada yang benar-benar Kana kenal. Kana itu memiliki ingatan jangka pendek. Gadis itu sangat pelupa. Nama bahkan moment-moment yang orang anggap penting, gadis itu dengan mudahnya malah lupa.
"4 orang?" tanya Kana.
Setelah dipikir-pikir satu kelompok dengan Atra tidak ada salahnya. Atra itu termasuk rajin untuk ukuran laki-laki. Bahkan nilainya saja lebih besar dari nilai Kana. Atra si nyaris sempurna. Sangat cocok untuk julukannya.
Atra mengangguk lalu menatap teman kelas yang lain. Semua teman kelasnya menatap Atra dengan tatapan berbinar. Jelas Atra tidak akan memilih mereka. Bukannya kerja kelompok, yang ada mereka akan hanya menatap Atra dan melakukan serangkaian cara pendekatan. Sungguh merepotkan.
Menghela napas pasrah lalu menatap Kana,
"Lo aja yang pilih."Gadis itu mengetuk dagunya berulang. Ia paham kenapa Atra menyerahkan keputusan pada Kana. Ia sangat tau tabiat teman kelasnya. Di luar mereka tampak baik-baik saja. Tapi kalau diperhatikan lebih jelas teman sekelasnya lebih seperti predator daripada manusia.
Matanya menatap ketua kelas dan satu gadis yang hanya diam. Ketua kelas Kana ini sangat unik. Disaat ketua kelas yang lain terlihat ambis dan menomorsatukan perdamaian dan kemerdekaan kelas. Maka yang satu ini sifatnya tidak pedulian.
Alasan dia bisa terpilih menjadi ketua kelas Kana tau jawabannya.
Pertama, kelasnya merupakan kelas unggulan.
Kedua, bagi kelas unggulan tidak ada yang namanya teman. Mereka semua adalah Rival, yang siap memakan satu sama lain.
Ketiga, ketua kelas biasanya bertugas mengatur anggotanya. Jelas kalau mereka memilih seorang yang suka mengatur maka akan merepotkan.
Jadi, terpilihah Reno sebagai ketua kelas yang tak seperti ketua kelas.
Kana mengangguk disaat gadis itu sudah mendapatkan jawaban,
"Reno aja sama Taria.""Tari?" kaget Atra.
Kana mengangguk. Menatap Atra dengan curiga. Sebenarnya ada apa Atra dan Tari. Berkali-kali lelaki itu menunjukkan respon yang mencurigakan. Kana yakin sekali pasti ada sesuatu diantara mereka berdua.
"Oh oke, gak apa-apa sama dia."
Mengenyahkan pikirannya. Gadis itu melenggang pergi ketika merasa sudah dapat persetujuan dari Atra. Melancarkan aksinya.
"Reno kita sekelompok oke?" ucap Kana pada Reno yang asik main game mobile. Laki-laki itu mengacungkan jempolnya setuju.
Kana menganggukkan kepala lalu berjalan menuju target selanjutnya.
"Lo gak ada kelompok kan?" to the point Kana. Sedikit memiringkan kepalanya saat sudah sampai meja Taria.
Taria terlonjak kaget akan kehadiran Kana. Dia tidak pernah menyangka perempuan tercantik KSHS menghampiri dirinya. Sedikit lebay tapi memikirkan interaksi terakhir mereka yang kurang menyenangkan. Gadis itu cukup memiliki alasan untuk terkejut.
"Perasaan gue gak serem-serem amat." gumam Kana yang masih terdengar oleh Taria.
Taria gelagapan lalu berdiri,
"Eh gak gitu maksud gue."Kana tersenyum tipis,
"Gue bercanda."Kana ini tidak tau cara berekspresi ya?
Mana ada orang bercanda tapi suaranya setenang air.Taria meringis karena pikirannya sendiri. Bisa-bisa pulang sekolah dia hanya tinggal nama kalau para pawang Kana mendengar apa yang ia pikirkan,
"Hehehehehehe oiya kenapa?""Mau satu kelompok sama gue dan Atra?"
"Atra ya?"
Lagi-lagi alis Kana menukik curiga. Kenapa respon keduanya sangat mencurigakan. Seakan mereka ragu untuk berurusan satu sama lain.
"Iya kenapa?"
"Gue sih gak masalah. Tapi takutnya Atra risih satu kelompok sama gue."
"Karena lo murid beasiswa?"
"Bukan kok. Atra bukan cowok yang kaya gitu."
Mudah sekali menjebak Taria. Sudah jelas pertanyaan murid beasiswa hanya sebuah pancingan. Kana juga tau Atra bukan laki-laki yang memandang orang karena status sosial. Bukan berarti Kana memperhatikan Atra. Dia hanya kebetulan tau.
Tetapi ucapan Tari yang barusan seakan memperjelas. Mereka berdua saling kenal. Kana mencibir dalam hati, kalaupun mereka saling kenal apa urusannya dengan dia. Sejak kapan Kana menjadi seorang yang mudah penasaran.
"Gue udah bilang sama dia.
Jadi gak akan ada masalah."Setelah menimbang-nimbang Taria menganggukan kepala,
"Oke. Seneng bisa satu kelompok sama lo, Kana." ucap Taria tersenyum lebar.Apapun masalah mereka berdua.
Kana hanya berharap tidak akan ada hubungannya dengan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kana dan Fana
Teen FictionHanya tentang keindahan Kana dan Tiga laki-laki yang menyukainya.