Cinta

1.1K 102 1
                                    

Pelajaran olahraga merupakan pelajaran yang sangat Kana sukai. Siapa yang bakal nyangka perempuan mageran kaya Kana malah menyukai pelajaran yang banyak memerlukan tenaga.

Hari ini materi olahraga adalah bola basket. Kana cukup jago. Jadi, Kana tidak perlu khawatir jika nanti namanya dipanggil dan disuruh mencotohkan gerakan passing atau yang lainnya.

Menjadi nomor absen pertama membuat Kana harus serba siaga. Entah dalam pelajaran atau hal lain yang mengharuskan absen pertama menjadi pelopor sebuah kegiatan.

"Aykana Galsian Kendra bisa maju untuk mempraktekkan gerakan dribble?"  baru Kana bilang, kini namanya sudah terpanggil oleh guru olahraga muda bernama Pak Gunawan atau kerap di sapa Pak Gugun.

"Bisa pak." Kana maju ke depan, mengikat asal rambutnya agar tidak menggangu aktifitasnya.

Tontonan tersebut tidak dilewatkan begitu saja, banyak para kaum pria yang menganga. Menganggumi betapa indahnya ciptaan tuhan bahkan saat mengikat rambut. Tanpa terkecuali Atra yang sudah mengalihkan pandangannya ke arah lain. Entah kenapa.

Didepan sana Kana mulai mendribble bola kesana kemari, gerakannya tidak kaku. Seperti sudah biasa melakukannya.

Taria menatap Kana dengan binar kagum, baru kali ini ia melihat seseorang yang begitu cantik saat melakukan apapun. Dari awal masuk Taria sudah menganggumi Kana. Kana itu tenang. Kana tidak memandangnya rendah seperti yang lain. Ia cenderung tidak ingin ikut campur dan masa bodo.

Dilihatnya Kana sudah selesai. Keringat berjatuhan di pelipisnya. Hal itu membuat Kana terlihat seksi dan cantik di saat bersamaan. Taria saja sangat menyukainya, apalagi yang lain. Yang sudah lebih lama mengenal Kana.

"Cantik banget." gumam Tari yang masih bisa didengar makhluk disebelahnya. Atra.

Atra menatap Taria sulit, memilih mengalihkan pandangannya kepada murid berikutnya yang sedang melakukan dribble. Melirik sekilas ke sebelah. Dapat ia lihat Kana menghampiri sahabatnya, Jessie. Perempuan itu sedari tadi menatap Atra. Lelaki itu cukup peka untuk tidak menyadarinya.

"Haus Kan?" Tanya Jessie saat Kana sudah tiba dihadapannya.

Kana mengangguk, mengambil minum di tangan Jessie sebelum perempuan itu menawarinya.

"Ih dasar, padahal belum gue tawarin." cemberut Jessie walau tetap memberikan minuman itu kepada Kana.

Kana terkekeh kecil. Sahabatnya itu sangat menggemaskan. Memilih duduk di bawah pohon Kana menatap Jessie yang masih berdiri,
"Kelas lo gak ada guru?"

Jessie menggeleng, ikut mendudukan diri disamping Kana. Kenapa ya Kana merasa sekolahnya ini banyak jam kosong. Pasti setiap hari ada aja kelas yang tidak ada gurunya.

"Kana, kemarin di agensi gue lagi rame banget. Dia ketauan pacaran dan akhirnya disuruh pilih antara pacarnya atau tetep jadi idol." lirih Jessie memainkan tali sepatunya.

Kepalanya ia sandarkan di lutut dan menatap Kana,
"Apa gue gabisa memperjuangkan cinta gue dan tetap menjadi idol?"

Kana menatap Jessie, mengusap pelan rambut sahabatnya.
"Jes, semua hal ada resikonya. Lo bisa lakuin dua hal tersebut. Tapi lo juga harus tau di saat lo ketauan, lo harus udah punya jawaban atas pertanyaan itu. Pacar lo atau karir lo."

Jessie mengalihkan pandangannya pada Atra yang terlihat sedang mengobrol dengan perempuan yang kata Kana merupakan murid baru dikelasnya.

"Kana, apa gue gak ada kesempatan?"

Kana ikut mengalihkan pandangannya. Ah sejak kapan mereka jadi se akrab itu? Kana yakin mereka pasti ada sesuatu.

"Gue selalu dukung apapun keputusan lo, Jes. Asal jangan merugikan diri sendiri dan lo harus yakin hal itu bikin lo bahagia."

Kana dan FanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang