Semua terjadi secara tiba-tiba. Baru kemarin Kana berhadapan dengan Elliot perihal laki-laki itu yang memaksanya untuk bertemu Irene- Ibu kandungnya yang sedang sakit.
Lalu laki-laki itu kembali dengan kabar jauh yang lebih mengejutkan.
"Mama meninggal, Kana."
Kalimat laki-laki itu terus terngiang di telinga Kana. Bahkan disaat dirinya mencoba fokus untuk pelajaran tapi otaknya seperti mati rasa.
Mama meninggal
Mama meninggal
Mama meninggal
Tepat sebelum jam pelajaran dimulai tadi Elliot tiba-tiba menghampirinya dengan terburu-buru. Mata laki-laki itu memerah dan terlihat menyedihkan.
Arkan bahkan sudah menghubunginya sedari tadi tapi gadis itu malah mematikan handphonenya mencoba untuk tuli.
Tapi tidak bisa.
Teman-temannya seakan tidak membiarkan Kana untuk tidak memikirkan Ibu Kandung yang sudah membuangnya. Mereka terus bergosip.
Model terkenal yang masih berjaya meski sudah hampir 15 tahun berkecimpung di dunia permodelan kini menghembuskan napas terakhirnya karena penyakit yang tidak diketahui obatnya.
Atra mengernyitkan dahinya melihat Kana yang gelisah. Baru kali ini ia melihat sisi berbeda Kana. Perempuan yang biasanya tenang kini tampak seperti orang gelisah yang memikirkan sesuatu yang berat.
"Kana," panggil Atra, namun perempuan itu tidak menoleh.
Kana menghembuskan napasnya kasar. Mengigit ujung kukunya yang tadinya tampak cantik kini sedikit rusak karena kutek yang hampir lepas.
Kana ragu.
Ini terasa sedikit sakit dan tidak adil. Kenapa Irene pergi lebih dulu sebelum Kana bisa melihat wanita itu menderita seperti dirinya.
Ini benar-benar tidak adil.
Gadis itu sibuk dengan dirinya sendiri tidak mempedulikan Atra yang memanggilnya.
Secara tiba-tiba Kana bangkit dari kursinya lalu menyambar tasnya dan berlari keluar kelas. Ia harus memastikan sendiri.
Ia akan mengunjungi makam Irene meski hanya untuk formalitas.
Kesakitan ini, ia tidak bisa membaginya.
Kebohongan tetap akan menjadi kebohongan. Bila satu kebohongan terbongkar maka kebohongan lainnya akan ikut terbongkar. Maka Kana akan tetap merahasiakan Irene yang Ibu kandungnya dan tetap menjalankan hidup seperti sekarang.
Meski hidup di atas kebohongan. Tapi gak apa-apa kan kalau kebohongan itu membahagiakan?
Kana terus berlari dengan cepat. Berharap semoga cepat sampai ke tempat tujuannya. Tanpa melihat ke depan.
Dukk
Kana menabrak seseorang. Hampir saja dia terjengkang tapi ada tangan besar melingkar di perutnya, menahan gadis itu untuk tidak jatuh.
"Hati-hati, Kana."
Mendengar suara yang familiar gadis itu mendongak. Menatap Bian yang tersenyum tipis. Laki-laki itu baru saja keluar dari ruang keramat. Ruang BK kayanya sudah menjadi tempat favorit seorang Albian. Lihat saja laki-laki itu kini tampak tenang-tenang saja keluar dari ruangan itu dengan wajah penuh memar.
"Kana who's the bastard that made you cry?" tanya Bian menangkup wajah Kana.
Kana memandang Bian bingung. Mengusap pipinya sendiri yang tampak basah. Sejak kapan dia menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kana dan Fana
Teen FictionHanya tentang keindahan Kana dan Tiga laki-laki yang menyukainya.