Kana menatap teman sekelasnya yang satu persatu yang memasuki kelas. Masih sama seperti tahun lalu. 11 IPS 1, kelas unggulan jurusan IPS. Berisikan orang terpintar di jurusannya. Mungkin ada beberapa murid kelas lain yang dapat masuk kelas unggulan tahun ini atau ada temen sekelas lamanya yang mengalami penurunan nilai dan pindah ke kelas sebelah. Kana tidak tau dan tidak mau ambil pusing. Sampai matanya menangkap seseorang yang baru saja memasuki kelas dan berjalan kearahnya.
"Hai Kana, jangan bosen ya sekelas sama gue."
Sial, Kana sekelas lagi dengan Atra.
Gadis itu berdehem sebagai jawaban, melanjutkan kegiatannya-membaca buku yang sempat tertunda karena memperhatikan pintu kelas.
"Masih gak mau ngomong sama gue?" Tanya Atra yang duduk tepat di bangku belakang Kana.
Kana tidak menyahut. Membenarkan letak kacamata yang ia gunakan hanya ketika saat membaca. Memilih melanjutkan membaca novel. Novel dengan sampul kupu-kupu. Novel berjudul Butterfly yang diadaptasi dari AU. Awalnya Kana membeli buku tersebut karena sampulnya yang lucu. Berwarna ungu bergambar kupu-kupu. Kalau kata Jessie novel tersebut sampulnya menggambarkan Kana banget.
Tapi setelah membaca setengah ternyata novel ini lumayan juga. Walaupun Kana tidak pernah merasakan kisah romansa, tapi dia cukup menyukai novel dengan genre tersebut.
"Emang gue kurang ganteng ya?" gumam Atra pada dirinya sendiri, yang masih bisa didengar oleh Kana.
Emang ganteng, tapi sayangnya Kana tidak mau berurusan dengan spesies ganteng itu. Kana sudah lelah dengan segala perhatian berlebihan penghuni sekolah. Mungkin kalau Atra lebih jelek sedikit, Kana akan befikir dua kali untuk berinteraksi dengan dia.
"Karena lo ganteng makanya gue gamau ngomong." gumam Kana tidak jelas. Mungkin dipendengaran Atra bunyinya 'bwabwabwabwa'
"Lo ngomong apa Kan?" bingung Atra menatap pungung didepannya. Kana itu, punggung saja sudah keliatan cantik.
Kana menggeleng sebagai respon, menutup bukunya, menaruh kembali kaca mata pada tempatnya dan mulai menatap kedepan. Memperhatikan guru wanita yang baru saja masuk kelas. Mungkin beliau yang akan jadi wali kelasnya selama satu tahun ke depan.
"Selamat pagi anak-anak." sapa guru tersebut tersenyum.
"Pagi Buu."
"Nah pertama Ibu ucapkan selamat karena sudah naik ke kelas 11, seneng gak naik kelas?"
"Seneng Bu."
Kana dapat menyimpulkan, wali kelas barunya cukup menyenangkan. Bukan jajaran guru killer yang kemana-mana membawa penggaris kayu. Bukan juga guru genit yang memakai lipstik berwarna merah cerah. Beliau terlihat muda, mungkin umurnya masih 30an ke atas.
"Untung wali kelasnya bukan Pak Tegar, bisa gila gue dapet wali kelas gila kaya tahun kemarin."
Entah cowok itu sedang berbicara dengan siapa. Tapi Kana dapat mendengar ucapan Atra dibelakangnya.
Atra sangat berbeda dengan pemeran utama di novel yang biasa Kana baca. Dia sedikit errr banyak bicara. Too much information dan Kana merasa lelah karena selalu menjadi korban yang mendengar segala celotehan Atra.
Omong-omong kenapa dia dipanggil Atra ya? padahal Gema cukup bagus untuk menjadi panggilannya. Kana jadi penasaran.
"Disini ada murid pindahan kelas lain gak atau murid baru?" pertanyaan Bu Puspa-wali kelas barunya membuat Kana memfokuskan matanya ke depan.
Cukup penasaran sama orang yang akan menjadi teman sekelas barunya.
"Saya bu."
Tiga orang mengangkat tangannya, dua perempuan dan satu laki-laki. Kana tidak begitu mengenali wajah mereka bertiga. Dua orang tersebut Kana pernah melihatnya, tapi tidak begitu mengenalnya. Hanya tau wajah, sedangkan tidak dengan nama. Sedangkan satunya tampak begitu asing, mungkin dia murid baru?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kana dan Fana
Подростковая литератураHanya tentang keindahan Kana dan Tiga laki-laki yang menyukainya.