Keputusan

543 76 4
                                    

Kana menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Kepalanya seperti akan pecah. Haruskah ia menemui ibu kandungnya yang sebentar lagi akan good bye?

Kana menghela napas kasar menatap langit-langit kamar. Hidupnya tidak se-tenang yang orang kira. Orang bilang Kana adalah keindahan. Mereka salah. Kana adalah kepalsuan. Kana adalah bentuk nyata dari masalah.

Motto hidup Kana:
Disitu ada masalah disitu ada Kana.

Sebenarnya Kana sudah tidak ambil pusing perihal siapa ibu kandungnya. Dia sudah cukup menerima selama sepuluh tahun belakangan.

Dia juga sudah menganggap Bunda Amerta ibu kandungnya. Begitupun dengan beliau yang mengakui Kana anak kandungnya.

Ucapannya pada Elliot hanya emosi yang masih terpendam dalam hatinya. Yang dari dulu sangat ingin ia sampaikan pada laki-laki itu. Sekarang seperti meledak karena sudah lama ia pendam.

Kini semuanya sudah terucapkan. Kana sudah lebih lega namun sedih juga. Tidak ada lagi penyesalan dalam hidupnya.

Ah mungkin masih ada satu.

Mengambil posisi duduk Kana mulai terpikirkan sesuatu.

Surat.

Gadis itu sesegera mungkin membuka satu persatu laci meja belajarnya. Mencari surat yang Elliot dan Hapis maksud.

Ketemu.

Surat berwarna hitam tanpa hiasan.

Menarik napas sebelum membuka surat tersebut. Kana berharap isinya tidak akan membuat dia serangan jantung.

My lil sister.

Ini udah 10 tahun sejak terakhir kali kita komunikasi.

Maaf atas hal-hal yang bikin kamu menderita.
Maaf karena kejujuran aku malah bikin kamu masuk ke dalam bencana.

Kana,
Aku mau cerita.
Aku gak se bahagia yang kamu kira.
Aku juga menderita.
Aku kesepian.

Aku dulu berharap dengan kamu tau aku adalah kaka kamu bisa bikin kita bareng terus.

Tapi ternyata aku salah.
Fakta tersebut malah bikin kamu benci aku.

Dulu aku naif.
Aku bahkan gak paham kamu itu berbeda dari orang lain.

Kamu itu pemikir dan perasa.
Di usia yang se kecil itu kamu udah paham dan mengerti urusan orang dewasa.

Aku merasa bodoh.

Aku hanya bisa minta maaf dan maaf.
Gak ada lagi yang bisa aku ucapin selain itu.
Aku tau susah buat maafin
Apalagi aku pasti bikin kamu kesusahan.

Kana,
Mama sakit keras
Tubuhnya lemah
Kata dokter dia hanya akan bertahan beberapa bulan.
Aku harap sebelum itu kamu bisa mengunjungi dia.
Buat dia menyesal karena telah menyia-nyiakan anak secantik dan sebaik kamu.

Jaga diri kamu baik-baik dan juga Arkan.
Hubungi aku di nomor
0821xxxxxxx
Aku akan dengan senang hati balas pesan kamu.

Take care,
My precious, Kana.

Kana menghembuskan napasnya kasar. Mengusap air mata yang keluar di ujung matanya.

Sial. Dia harus apa.

Ketenangan hidupnya sudah tidak ada. Kana benci hal-hal yang membuat perasaannya menjadi buruk. Kini masalah seperti akan melahapnya. Dia membenci itu.

ceklek

Pintu kamar terbuka. Disana ada Papa yang tersenyum.

Kana mendengus,
"Tumben orang sibuk datengin aku?"

Aaron menghampiri anaknya. Mengusap rambut Kana dengan sayang.
"Papa udah dengar dari Om kamu. Elliot pindah ke sekolah kamu?"

Kana mengangguk sebagai respon. Ia sudah tau hal ini akan sampai ke telinga papanya. Toh, sekolahan kan milik dia.

Aaron memeluk tubuh Kana dengan lembut. Seakan tubuh itu bisa kapan saja rusak karena tidak diperlakukan dengan hati-hati.
"Maaf karena tindakan papa. Kamu jadi menderita seperti ini."

Kana menghela napas. Ini bukan salah papanya. Semua sudah tertulis di buku takdir manusia. Dia tidak bisa mengeluh. Dia hanya harus menjalankannya.

"Pa, kalau papa gak gitu aku gak bakal lahir loh."

Aaron tertawa kecil,
"Papa tau anak papa yang satu ini sangat dewasa. Tapi masa secepat ini?"

Kana cemberut dalam pelukan Aaron.
"Aku gak mungkin kecil terus, kali."

Aaron mengangguk. Mengusap punggung putri tercintanya. Kana sudah dewasa. Aaron merasa tidak rela kalau harus membayangkan suatu saat gadis dipelukannya akan menikah.

"Kana lakuin apapun yang mau kamu lakuin. Papa selalu tau kamu bisa menghadapinya."

Kana tersenyum kecil,
"Iya, Pa."

Kana dan FanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang