Chapter 24 🍁 Ketinggalan Dompet

49 4 0
                                    

Jangan lupa vote ★dan komen 💬

—————

Antrean panjang di depan etalase buk Wati menjadi pemandangan biasa tak kala memasuki kantin  SMA Nusa Bangsa, lengkap dengan bau gorengan, kuah bakso yang menguar, serta jajanan lain yang semakin membuat cacing di perut meronta meminta nutrisi. Beberapa siswa yang habis berolahraga, langsung mengambil minuman dingin tanpa memedulikan bau keringat mereka.   

Mengikuti langkah kaki Rolan, Althaf menuju salah satu meja, sembari menunggu Lintang yang giat menyalip antrean di depan sana. Cowok itu beberapa kali mendapat tatapan sinis dari siswa yang tak terima tempatnya diambil alih tanpa permisi. Namun dengan tidak ada malunya, Lintang malah semakin gencar melancarkan aksi gerak cepatnya tersebut.

“Emang jurus belut sawah Lintang paling bisa diandelin di kantin, gak sia-sia gue angkat jadi temen.” kata Rolan tertawa senang melihat Lintang berjalan melewati antrean dengan nampan pesanan mereka.

Althaf yang tak begitu memperhatikan kelakuan kedua temannya tersebut, hanya diam memandang layar handphone. Sejak insiden penyitaan itu, Taufik belum juga menghubunginya. Ia juga tak menjawab semua pesan dan panggilan Althaf. Berbanding terbalik dengan hal tersebut, Bella tak berhenti menanyakan keberadaan dirinya.

“Aqua botolnya satu ya mas! saya gak bisa minum yang manis-manis, soalnya saya udah terlalu manis.”

“Mas mas mata lu soak! Minum aja nih es teh, butuh perjuangan buat ngantri!!” dengus Lintang tak ramah, Rolan pasti sengaja menggoda dirinya yang menyajikan makanan seperti pelayan restoran.

Rolan tertawa lebar, “Lo kalo diliat-liat emang cocok jadi pesepak bola, pinter melewati rintangan panjang.”

“Sialan!” balas Lintang lalu menyeruput es teh miliknya, “Lo kalo diliat-liat juga cocok jadi ketua persatuan jomblo Indonesia!”

“Oh iya dong, gua jomblo, gua bangga!”

“Apaan yang lo banggain?”

“Jomblo itu penjaga kestabilan negara, mengurangi resiko mati muda karena sakit hati, serangan jantung karena diselingkuhin, serta penyakit ayan karena ditinggal pas sayang-sayangnya.”

“Lo curhat?”

“Skakmat!!” Lintang tertawa heboh melihat wajah kesal Rolan dengan celetukan Althaf.

“Mon maap sebelumnya, lo juga jomblo ferguso!!” balas Rolan baru menyadari satu hal itu.

Althaf mengedikkan bahunya tak peduli, “Gue mandiri, bukan jomblo.”

“Oke kalo gitu gue BRI, aman dan terpercaya.”

Mereka makan dengan dipenuhi celotehan tak berfaedah yang didominasi oleh Rolan dan Lintang, sedangkan Althaf hanya sesekali menimpali dengan singkat. Setelah membayar makanan dan berjalan meninggalkan kantin, karena sebentar lagi waktu istirahat berakhir.
Di tengah perjalanan menuju kelas, ketiga menoleh ketiga seorang gadis berlari menghampiri dengan napas tak beraturan.

“Udah dibilangin jangan lari-lari, ngejar apaan si!!”

Rolan yang pertama kali menginstrupsi dengan nada khawatir, setelah menjitak kepala gadis itu.

ALTHAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang