Chapter 25 🍁 Mading

76 5 0
                                    

Happy Reading 🎠

——————

Setelah mengucap salam, Adira menemukan Arsal yang tengah fokus menonton pertandingan sepakbola di televisi, sedangkan Marry tiduran di sofa dengan masker di wajahnya. Adira duduk di samping Arsal yang hanya menyapa kedatangannya dengan tersenyum singkat, kemudian kembali hanyut mengomentari pertandingan.

“Ganti baju, terus makan siang!” sergah Marry tanpa membuka matanya. Adira tak heran, Mamanya akan mencium kedatangannya dari jarak 100 meter, sebut saja itu insting seorang ibu terhadap anaknya.

“Bang Rolan dikamar nya?” tanya Adira setelah melihat pintu kamar Rolan yang tertutup rapat.

“Belum pulang! Paling juga main sama Lintang.”

“Kalo temennya?”

Marry membuka kedua mata, melirik sekilas putrinya tersebut, “Ya ikut abang kamu lah. Tapi tadi pagi dia bilang mau cari kosan, padahal Mama bilang tinggal disini aja! Kasian liat anak semuda itu udah tinggal sendirian.”

Adira hanya ber'oh' ria mendengar penjelasan Marry. Ia beranjak berdiri, menuju kamarnya. Tanpa berniat mengganti seragam sekolah, Adira langsung merebahkan diri ke atas kasur, sembari menatap langit-langit kamar yang bernuansa biru gelap.

“Gue titip sama bang Rolan aja lah, mereka pasti ketemu terus.” ucap Adira melihat dompet biru di yang ternyata terletak di atas meja nakasnya.

~ A L T H A F ~

“Lo yakin ini harganya ramah di kantong?”

Althat menatap dengan alis bertaut bangunan yang disebut Lintang sebagai kosan tapi lebih pantas disebut kontrakan minimalis di hadapannya. Barisan bangunan terawat dengan nuansa cat putih cream yang nyaman untuk bersantai. Di depannya bahkan terdapat taman kecil dengan air mancur kecil.

“Tenang aja, gue kasih tau ini tempat cuma buat lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tenang aja, gue kasih tau ini tempat cuma buat lo. Selain jaraknya gak terlalu jauh dari sekolah, lingkungannya juga tenang. Cocok buat lo yang suka kesepian.” balas Lintangn dengan gelak tawa, lalu berjalan masuk ke pekarangan.

Althaf mendengus dengan sindiran cowok itu, lalu berjalan masuk. Sebenernya ia tidak cukup yakin mampu membayar sewanya, namun entah mengapa ia menyukai suasana disana. Benar kata Lintang, tenang dan sejuk. Rolan hanya tersenyum simpul. Sebenarnya ia tau siapa pemilik kosan elit tersebut. Namun ia memilih diam, karena jika Althaf tau siapa pemiliknya cowok itu akan mencari tempat lain.

“Gimana? mantep kan dekorasinya, lo tinggal dateng bawa barang lo aja.”

Althaf mengangguk, “Nanti gue transfer uang mukanya!” balasnya lugas.

“Oke nanti gue kasih tau Mang Wawan.”

Mang Wawan adalah pengurus tempat tersebut. Ia merupakan pensiunan dosen adan juga tinggal di salah satu bangunan sembari membuka bisnis kecil-kecilan.

ALTHAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang