Chapter 18 🍁 Kamuflase

167 21 0
                                    

Pria berjas hitam berlari mengitari mobil yang di kemudikan nya dan membuka pintu sambil menunduk patuh. Seorang wanita mengenakan dress hitam keluar sambil menenteng tas bermerk menarik perhatian orang-orang sekitar. Ia segera mengenakan kacamata dan sebuah topi cream lebar.

Dengan langkah cepat ia masuk ke restoran mewah namun sangat asri, seseorang perempuan paruh baya telah menunggu kedatangan nya sejak tadi.

Tanpa menunggu perintah, perempuan tersebut mengarahkan nya ke sebuah ruang makan yang biasa ia pesan. Sebuah ruang santai dengan sebuah set meja makan dan hiasan yang memanjakan mata. Bisa di bilang ini adalah ruang makan VIP, hanya orang-orang tertentu yang dapat makan di sana.

"Semua nya telah di siapkan sesuai pesanan nyonya Bella."

Ucapan perempuan muda tersebut membuat Bella tersenyum puas. "Baik, tunggu di pintu depan. Dia pasti akan datang."

"Baik nyonya."

Bella melepaskan kaca mata yang bertengger manis di hidung mancung nya, lalu meletakan dengan hati-hati tas yang dibeli nya saat menghadiri penghargaan di LA. Setelah memastikan tak ada yang kurang dengan penampilan nya, Bella mengeluarkan benda pipih untuk melihat pesan yang ia kirim tadi pagi.

"Kenapa aku harus memakai ancaman untuk bertemu dengan anakku sendiri? Hah ini sangat menyebalkan."

~A L T H A F~

Semua siswa bersorak gembira saat bel pulang berbunyi, namun berbeda dengan Althaf. Ia berkali-kali menghembuskan nafas lelah, seoalah tidak terima waktu berlalu begitu cepat.

"Sayonara sayonara sampai berjumpa lagi.."

Althaf melirik ke arah Lintang yang begitu bersemangat memasukan buku-buku kedalam tas. Begitu pula Rolan yang telah menyampirkan tas di bahu, bersiap meninggalkan kelas yang telah sepi.

"Lo ga mau pulang?"

Althaf menggeleng menjawab pertanyaan klise Rolan, "Lo duluan aja." balas nya yang kini malah merebahkan kepala di atas meja.

"Yakin lo mau belakangan? ga takut ada miss kunti?"

"Gak peduli."

Lintang berjalan mendekat, lalu menempelkan tangan nya ke pantat kemudian ke dahi Althaf. "Aman, masih sama suhu nya sama pantat gue."

"Somplak, emang pantat lo termometer." Rolan tak tahan untuk tidak memukul kepala Lintang.

"Yee baru tau lo keajaiban pantat sexy gue."

"Sexy dari mana nya? mirip bokong simpanse iya." Rolan memukuo pantata Lintang sambil tertawa.

"Tau banget ukuran pantat simpanse? satu species ya?" Lintang memeletkan lidah ke arah Rolan.

"Udah sana pulang, lanjutin bahas pantat di rumah." sela Althaf menginstruspi perdebatan geng pantat di depan nya.

"Ya udah, kita duluan. Lo buruan balik, nanti di cariin emak," ucap Lintang menepuk bahu Althaf kemudian menarik tangan Rolan ke luar kelas.

"Eh lu ngapain pegang-pegang tangan suci gue, lepasin."

"Cie ketahuan banget ga pernah di gandeng, sampe salting gitu."

"Najis."

Althaf masih bisa mendengar obrolan Rolan dan Lintang yang menjauhi kelas. Ia mengangkat wajah nya lalu menghembuskan nafas lelah. Mengambil tas lalu berjalan gontai ke parkiran, ralat bukan parkiran melainkan lapangan utama.

ALTHAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang