👀Happy Reading👀
******
Sebuah motor sport menepi di dekat pedagang es tebu. Sang pemilik membuka kaca helm, lalu menoleh ke arah gadis yang hanya duduk diam di belakang nya.
“Gue haus, lo mau?”
Adira tergagap lalu mengangguk cepat. Ia memang telah kehausan sedari tadi karena matahari yang bersinar terik, bahkan kepala Adira terasa mengepulkan asap.
“Mang dua ya, minum sini.” ujar Althaf lalu duduk di kursi plastik dekat gerobak sembari menunggu pesanan nya. Ia menyisir rambut tebal nya ke belakang lalu membuka satu kancing seragam yang paling atas.
Adira ikut turun namun hanya duduk di samping motor Althaf, ia mengipasi wajah nya dengan tangan. Tiba-tiba Althaf menghampiri Adira.
“Duduk sana, biar gue di jok motor.”
“Nah gitu dong, jadi cowok itu emang harus peka.” ucap Adira tersenyum senang dengan kepekaan Althaf.
“Bener mas, kasian juga kalo pacar nya harus minum sambi berdiri.” sahut pedagang es tebu sambil memberikan dua gelas kepada Adira dan Althaf.
“Bapak so tau deh, dia bukan pacar saya kalik.” balas Adira yang hendak menyeruput minuman nya.
“Saya kira kalian pacaran, soal nya mas nya so sweet banget. Keliatan banget bucin nya.”
Althaf tersedak dan langsung memukul dada nya pelan. Ia menatap kesal pedagang yang malah tersenyum geli, Adira pun ikut terkekeh.
“Semua orang pernah jadi bucin kok pak, dulu bapak juga begitu kan pas jatuh cinta? Ada masa di mana semua nya terasa sempurna.” ucap Adira yang malah membuka obrolan dengan laki-laki bertopi kupluk usang tersebut.
“Iya sih mbak, malah saya dulu rela pergi ke Malang cuma buat beliin dia bakso. Kalo di fikir lagi, emang gila banget.”
“Serius pak? Wah mecahin rekor master bucin nih.”
Sang bapak tertawa mendengar ucapan Adira. Ia menyukai sifat ramah dan pintar membaur seperti Adira, padahal biasa nya remaja akan bersikap acuh terhadap sekitar nya, lebih memilih memandang layar ponsel.
Althaf mengaduk gelas yang menyisakan es batu, sedari tadi diam-diam ia menyimak percakapan dua orang di hadapan nya.
“Eh udah siang nih pak, kita mau pulang. Ngobrol sama bapak sampe lupa waktu,” ujar Adira sambil beranjak dari duduk nya “Jadi berapa pak?”
“Biar gue yang bayar.” sahut Althaf sambil mengeluarkan dompet.
“Nah karena kamu sudah ajak saya ngobrol, es nya gratis.”
“Wah saya jadi ga enak nih pak, bapak kan lagi cari rezeki. Kami bayar aja ya?”
Pria paruh baya tersebut tersenyum, “Nggak papa, doakan saja rezeki bapak lancar terus.”
“Aamiin, makasih banyak ya pak. Kalo begitu kami pulang dulu.” ujar Adira ikut tersenyum manis. Althaf menganggukan kepala nya, lalu mengenakan helm. Begitu Adira naik ke atas motor, Althaf menjalankan motor nya.
Di perjalanan Adira tiba-tiba membuka suara, “Ternyata rezeki itu bener-bener nggak terduga ya? Coba aja gue tadi diem aja, pasti lo udah bayar.” ucap nya lalu tertawa.
“Gue nggak terlalu suka sesuatu yang gratis.”
Tawa Adira terhenti, ia mengkrucutkan bibir nya sebal. “Itu balas budi nama nya, bukan gratis.”
“Sama aja.”
“Semerdeka lo deh, yang waras ngalah.”
Althaf tak menghiraukan ucapan Adira, ia menambah laju motor dan membuat Adira mencengkram erat ujung jacket hitam yang dikenakan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHAF
Novela JuvenilON-GOING👀 Althaf, nama murid baru yang cuek lengkap dengan tatapan tajam membuat tak satupun makhluk bernama perempuan berani untuk sekedar menyapanya. Tak pernah percaya cinta, yang ia tahu hanya luka, luka dan luka. Kehadiran sosok gadis periang...