Bagian 1: Pluviophile

503 86 21
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejaknya.
Vote ⭐ dan komen kalian akan sangat membantu Kimmi untuk melanjutkan cerita ini.

-
-
-

Menatap rintikan air hujan yang mengetuk jendela bus yang sedang di tumpanginya saat ini adalah hal yang kini sedang Sohyun nikmati. Sohyun sangat senang bagaimana tetesan-tetesan air yang menabrak kaca itu menimbulkan suara yang bagi Sohyun terdengar seperti alunan melodi indah yang sangat menenangkan. Terlebih hawa yang di bawanya terasa sangat segar. Apalagi dengan aroma Petrichor yang tercium, uh itu adalah hal yang paling sempurna menurut Sohyun.

Bisa di bilang Sohyun ini adalah salah satu orang yang menyukai hujan. Sohyun bahkan tidak keberatan jika dirinya harus berada di bawah guyuran hujan, tapi tentu tidak saat dirinya berangkat ke sekolah. Sohyun tidak cukup bodoh untuk melindungi seragamnya dari serangan hujan yang terkadang turun saat pagi dimana dirinya biasa berangkat sekolah. Jadi sebelum berangkat pagi ini Sohyun sudah menyiapkan payung yang ia masukan ke dalam tasnya.

Saat ia berangkat tadi sebenarnya hujan belum turun, tapi tanda-tanda kedatangannya sudah bisa Sohyun rasakan, jadi itu kenapa Sohyun sudah menyiapkan payungnya. Dan benar saja, tidak lama setelah Sohyun naik bus, rintikan hujan mulai turun dan sepertinya ini tidak akan sebentar.

Sohyun keluar dari bus yang di tumpanginya bersama dengan orang-orang yang juga ikut turun di halte yang sama dengannya. Gadis itu kemudian segera merogoh tasnya untuk mengambil payung lipat yang telah ia siapkan sebelumnya. Membuka payung berwarna kuning itu dengan segera dan bersiap untuk melangkahkan kakinya menuju sekolahnya yang jaraknya mungkin bisa menghabiskan waktu lima menit dengan berjalan kaki.

Tapi baru juga akan melangkah, Sohyun merasakan bahunya di tepuk oleh seseorang hingga membuat Sohyun reflek menolehkan kepalanya ke arah orang itu.

Dan saat Sohyun menolehkan kepalanya, dapat di lihatnya seorang pria berseragam yang sama dengannya tengah menatapnya. Pria dengan mata indah berhiaskan kelopak mata yang berbeda. Pria dengan tulang hidung yang tinggi. Pria dengan bibir tipisnya yang berwarna merah muda. Pria dengan pahatan sempurna dengan di anugerahi tinggi yang semampai. Pria yang beberapa kali Sohyun lihat di sekolah kini sedang menatapnya. Tepat ke arahnya.

"Permisi, apa aku boleh menumpang payungmu? Aku tidak membawa payung," ujar pria itu setelah menepuk pundak Sohyun dan berusaha menyadarkan Sohyun yang seolah terpana dengan kehadirannya.

Menyadari hal itu, Sohyun buru-buru menyahuti apa yang pria itu katakan padanya. "Ah ya. Tentu," jawab Sohyun cepat meski sedikit gugup.

Pria itu kemudian tersenyum karena di perbolehkan menumpang payung yang sama dengan Sohyun.

"Kalau begitu apa kau keberatan jika aku yang memegang payungnya? Aku takut kau kesulitan memegangnya karena perbedaan tinggi kita berdua," ucapnya hati-hati tapi di hiasi sebuah senyuman yang khas.

"Sejujurnya aku tidak keberatan. Kau bisa melakukannya. Tapi apa tidak apa-apa?" jawab Sohyun dengan ragu.

Sejenak pria itu tampak melebarkan senyumannya saat mendengar jawaban Sohyun. Karena entah kenapa orang itu merasa lucu dengan apa yang Sohyun katakan. Tentu saja itu tidak apa-apa, hanya memegang payung, apa susahnya? Terlebih disini posisinya ia yang menumpang pada Sohyun dan orang itu pula yang menawarkan diri untuk memegang payungnya, jadi bagaimana mungkin gadis itu masih menanyakan hal itu?

"Tidak masalah. Disini aku yang sudah merepotkanmu, jadi ini bukan apa-apa."

Pria itu masih saja mempertahankan senyumannya yang jujur saja membuat ia terlihat berkali-kali lebih tampan. Dia memang sudah tampan, tapi saat sedang tersenyum seperti sekarang ia terlihat lebih tampan. Sungguh Sohyun tidak bohong.

Selenophile ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang