Part ini lumayan panjang, hampir 3k words.
Jadi bacanya pelan-pelan aja.
Cari posisi yang nyaman dulu sebelum baca.
Siapkan cemilannya juga kalo perlu.Wajib vote ⭐ sebelum baca dan tinggalkan komentar setelah membaca.
Saling menghargai itu indah.-
-
-Di kecewakan oleh seseorang yang di percayai memang menyakitkan, tapi di kecewakan oleh ekspektasi sendiri lebih menyakitkan. Dan itu yang sedang Sohyun rasakan saat ini. Sohyun bukan di kecewakan oleh Taehyung, tapi ia di kecewakan oleh harapannya. Ekpektasinya.
Sejak awal Sohyun hanya mengagumi Taehyung, dan semuanya baik-baik saja saat itu. Perasaannya masih bisa ia kendalikan selayaknya seorang penggemar saja. Namun ketika Taehyung mendekatinya, memberikan perhatiannya, perasaannya mulai goyah. Kekagumannya berubah menjadi suka, kemudian semakin dalam hingga titik dimana Sohyun berpikir suatu hari ia akan bisa memiliki sosok itu di hidupnya.
Namun semuanya sirna saat dimana Taehyung akhirnya mengenalkan kekasihnya pada Sohyun. Sohyun terluka? Tentu. Tapi ia tidak akan menyalahkan Taehyung akan luka yang di rasakannya. Bagi Sohyun semua ini adalah kesalahannya. Kebodohannya. Jika ditanya siapa yang salah, Sohyun akan mengakui dengan lantang bahwa selama ini dialah yang salah. Jika saja Sohyun tidak berekspektasi terlalu tinggi pada Taehyung, semuanya tidak akan seperti ini. Sohyun salah, dia mengakuinya.
"Aku rasa akan sangat menyenangkan jika kau menjadi kekasihku. Kau cantik, baik, manis, lucu. Sepertinya aku tidak akan pernah bosan jika bersamamu..."
"Tapi sayangnya aku tidak bisa menjadikanmu kekasihku untuk saat ini. Aku hanya bisa mengungkapkan perasaanku. Aku harap aku punya waktu untuk membuat ini menjadi nyata."
Harusnya Sohyun sadar jika 'saat ini' yang Taehyung maksud bukanlah tentang waktu di hari itu, tapi tentang dimana Taehyung tidak bisa menjalin hubungan di luar hubungan yang sedang di jalinnya dengan Sojung.
Pun Sohyun salah saat mengartikan kalimat 'Aku harap aku punya waktu untuk membuat ini menjadi nyata' yang Taehyung katakan. Harusnya Sohyun tidak perlu berpikir terlalu jauh. Harusnya Sohyun tidak memupuk harap dari kalimat itu. Dan yang paling penting, seharusnya Sohyun tidak jatuh cinta pada Taehyung. Meskipun tidak ada yang salah dengan jatuh cinta, tapi tetap saja perasaan itu akan sangat salah jika jatuhnya pada seseorang yang sudah memiliki nama lain di hatinya.
Untuk saat ini Sohyun sudah tidak lagi menangis. Entah karena ia yang mulai lelah atau karena ia akhirnya sadar jika tidak ada gunanya ia menangis, itu tidak akan merubah apapun. Semuanya akan sia-sia. Sudah cukup Sohyun mengeluarkan air matanya siang tadi, malam ini biarkan Sohyun menenangkan pikirannya.
Sohyun menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Sejak kepulangannya dari Mall hingga malam ini, tidak banyak hal yang bisa Sohyun lakukan. Rasanya untuk bergerak saja ia enggan. Bahkan untuk makan pun Sohyun sudah tidak lagi memikirkannya. Ia mengabaikan pesan yang Jungkook kirim yang menyuruhnya untuk makan. Masa bodo, Sohyun tidak lapar. Mungkin efek patah hati membuatnya jadi tidak bisa merasakan lapar? Entahlah. Sohyun tidak tahu.
Cukup lama Sohyun terdiam di posisinya sampai kemudian ia mendengar suara bel pintu apartemennya berbunyi.
Sohyun bangkit dari posisi berbaringnya hingga kini terduduk diatas tempat tidur, namun ia tidak segera beranjak. Sohyun melirik jam digital diatas nakasnya yang kini sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Sohyun bertanya-tanya dalam diamnya siapa yang kiranya datang ke apartemennya malam-malam begini, dan satu nama langsung terlintas di kepalanya saat itu juga. Namun Sohyun tidak yakin apakah terkaannya benar atau tidak. Jadi saat bunyi bel kembali terdengar, Sohyun langsung turun dari tempat tidurnya dan berjalan kearah pintu utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile ✔
De TodoBerhubungan dengan orang-orang yang memiliki popularitas yang tinggi di sekolah bukanlah salah satu hal yang Sohyun harapkan. Dirinya merasa amat tenang dengan kehidupannya selama ini meski tidak banyak orang yang mengenal dirinya. Dekat dengan oran...