Batal-37

1.7K 118 11
                                    

"Halo sayang, gimana dong Rayyan udah ngajuin nikah batalyon. Tapi tadi sih... Danyon nya kagak ada, jadi di tunda besok," ujar Alizya.

"Iya... Kamu tenang aja," ucap laki-laki itu santai.

"Mas Anton mah gitu... Kalo Nayla tau gimana?" tanya Alizya sambil memanyunkan bibirnya.

Nayla adalah teman bahkan bisa di bilang sahabat dekat Alizya.

"Kamu gak perlu khawatir tentang
Nayla,"

Anton adalah suami Nayla, setelah Nayla gagal menikah dengan almarhum Yudha. Orang tua Nayla menjodohkannya dengan Anton.

Setelah mereka menikah, tidak ada bumbu-bumbu romantis sama sekali. Anton dan Nayla sibuk masing-masing.

"Oke, awas ya kamu," ancam Alizya.

Alizya dekat dengan Rayyan hanya untuk persembunyiannya dari Nayla agar ia tidak curiga. Namun sialnya, Rayyan tulus jatuh cinta pada Ailzya.

"Sayang kamu kesini dong," suara Anton sedikit mendesah.

"Kenapa emang?" tanya Alizya.

"Mau jatah," desis Anton.

"Oke my sexy doctor," jawab Alizya terkekeh.

-------------------------------

Akhir-akhir ini, Raisya tidak nafsu makan. Pikirannya kembali pada Yudha. Yudha yang selalu ia pikirkan. Bagaimana bisa, takdir secara tiba-tiba memisahkannya.

Raisya di paksa makan oleh ayahnya. Setelah makan, Raisya kembali ke kamarnya. Ketika hendak duduk di ranjang, Raisya merasa ada cairan hangat yang keluar dari hidungnya.

"Darah," gumam Raisya.

Raisya segera mengambil tissue dan mengelapnya. Raisya merasakan sakit yang begitu hebat di perut bagian kanannya. Darah dari hidungnya pun tidak berhenti keluar. Raisya mulai merasakan pusing. Dan pandangannya mulai kabur.

----------

Seperti biasa, pagi ini Nayla dinas di rumah sakit bersama suaminya.

"Hai Liz...," sapa Nayla ketika bertemu Alizya.

Anton berjalan di belakang Nayla. Anton mengacungkan jempol ketika berpapasan dengan Alizya.

Sudah mulai ramai antrian di rumah sakit. Nayla segera ke ruangannya. Nayla adalah dokter ahli bedah. Ada 2 operasi yang ia lakukan hari ini.

--------------
Rayyan melewati kamar Raisya. Pintu kamar Raisya sedikit terbuka. Awalnya Rayyan melenggang tidak menghiraukan. Tapi Rayyan tersedar dan mundur ke kamar Raisya.

"Sya... Ada kasur kok tidurnya di lantai?" tanya Rayyan.

Rayyan mendekati Raisya yang memunggunginya.

"Raisya...," teriak Rayyan.

Rayyan segera menggendong Raisya ke dalam mobilnya. Ayah dan Aisyah di mobil satunya. Sedangkan bundanya memangku kepala Raisya di kursi belakang.

Mobil Rayyan terparkir di salah satu rumah sakit TNI. Karena rumah sakit itu yang terdekat dari rumah, rumah sakit ini juga pernah di singgahi Rayyan saat dirinya kritis dan menjadi saksi bisu awal mula Raisya mengenal Yudha. Kurang lebih setengah jam dari rumah. Darah dari hidung Raisya tidak henti-hentinya mengalir.

Rayyan menggendong Raisya ke ruang UGD.

"Dokter tolong adik saya," ujar Rayyan.
Rayyan melihat name tag doktet itu. Nayla. Nayla segera menaruh Raisya di brankar dan membawanya ke ruang pemeriksaan. Nayla mengeluarkan stetoskop miliknya dan mulai memeriksa Raisya.

Dear Letnan|TNI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang