Joni yang baru saja selesai dari kegiatan izin dicafe pribadinya akan izin untuk istirahat lantas bergegas untuk pulang kerumah.
Joni adalah anak tunggal dari keluarga yang terbilang mewah. Orang tuanya seorang pembisnis dan lumayan terkenal dilingkungannya. Kesehariannya yang terbilang hampir selalu menghabiskan waktu sendiri jadi memustuskan untuk membuka satu cafe sebagai mengisi kesibukan. Dengan mengatas namakan dirinya tentu saja dan masalah biaya bukan hal yang patut dibebankan.
"Cafenya gue titip sama lo, ya? Gak lama kok gue. Sekitar dua mingguan doang paling, lepas itu balik lagi."
"Terserah lo, Jon. Sebenarnya mau liburan sampai berapa lama pun gak masalah. Kan, lo bosnya disini. Ngapain pakai izin buat liburan coba?" jawab pegawai kepercayaan Joni.
Joni hanya membalasnya dengan senyum recehnya. Setelah pamit dengan benar lantas berlalu keluar dari cafe untuk pulang kerumah.
Masalah akomodasi dibukit yang dia dapat tadi aslinya belum sempat dia pesan. Dirinya masih ingin memastikan akomodasi itu masih berjalan atau tidak. Makanya dia pulang kerumah untuk memastikan sekaligus mengemasi beberapa barang sebagai siap-siap.
Jarak yang ditempuh selama dua puluh menit itu akhirnya sampai. Gerbang rumah yang seketika terbuka dengan otomatis menyambut kedatangan Joni. Seperti biasa, rumah selalu dalam keadaan hening tak berpenghuni kecuali tukang kebun bersih rumah yang tengah sibuk memotong rumput yang nampak sudah tumbuh memanjang.
Joni menyapa sejenak dan masuk kedalam rumah setelah memakirkan mobilnya digarasi. Rumah yang terbilang mewah itu hanya dihinggapi dengan debu-debu tak kasat mata saking jarangnya diisi oleh penghuni. Hanya bibi dirumah yang menjadi makhluk memunculkan diri disana. Sekedar membersihkan yang padahal Joni tidak masalah kalau bibi rumah ingin bersantai dan menonton tv atau menggunakan fasilitas rumah. Karena orang tuanya yang hanya sibuk memikirkan pekerjaan. Sekarang, kedua sejoli itu kini menggelarkan sebuah acara kantor besar-besaran diluar kota yang berkedok bulan madu.
Terserah orang tua Joni, lah. Yang penting Joni masih diberikan lembaran uang.
Joni masuk kedalam kamarnya dan tanpa babibu lantas mendudukkan diri dikursi yang berhadapan dengan komputer layar lebarnya. Komputer yang telah dia nyalakan lantas dibuat untuk brosing akomodasi yang dia dapat tadi.
"Tuan, kopi?" bibi rumah memunculkan diri dibalik pintu yang Joni biarkan terbuka lebar.
"Boleh, bi. Terima kasih," sahut Joni ketika mendapat secangkir kopi yang biasanya dia minum jika sudah dirumah tergeletak disampingnya. Bibi kemudian keluar kembali.
Mata Joni fokus pada layar komputer yang menampilkan tempat lokasi akomodasi yang dia temukan tadi. Kepalanya mengangguk sesekali mendapat gambar-gambar potret mulai dari bangunan, isi kamar, sampai fasilitas-fasilitas yang disuguhkan dari tempat penginapan mereka.
"Bagus, nih. Komenan orang-orang pasal tempatnya juga ramai yang menyahut bagus. Rating bintangnya tiinggi. Oke, deh. Pesan disini saja. Tanya sama mereka dulu mau ambil berapa hari."
Sembari mengotak atik ponselnya untuk menelfon seseorang, Joni menggilir ribuan komentar pasal penginapan yang akan mereka kunjungi. Kedua alisnya seketika menyerit kala membaca sebuah komentar yang menyuruh orang-orang untuk tidak datang kesana.
"Halo? Kenapa, Jon?" panggilang yang Joni lakukan tersambung yang membuatnya sedikit terperanjat.
"Oh, ya. Ini gue mau tanya kita liburannya mau ambil berapa hari biar pasti gue pesannya," jawab Joni. Namun matanya masih setia membaca komentar larangan.
"Ya, kira-kira lo saja, sih. Dua minggu lumayan kali, ya? Kalau terlalu lama juga takutnya gue ngelunjak gak bisa revisi skripsi. Ah, sial. Kenapa harus pakai skripsi segala, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] The Motel - NCT 127✓
HorrorLiburan semester ambil rencana untuk liburan selama dua minggu. Lumayan untuk healing dan hilangkan stress. Tapi bagaimana kalau healingnya sudah sampai tahap jiwa yang ikutan healing keluar dari raga? Start: Juni, 2022 Finish: Juni, 2023