💀 Bagian 05

190 24 22
                                    

"Naik~ Naik~ Kepuncak gunung~ Tinggi~ Tinggi sekali~"

"Kiri~ Kanan~ Ku lihat saja~"

"Penuh jurang yang tajaam~"

Nyanyian mereka lantas terhenti dan menatap Hecan. "Apa? Benarkan? Tuh, jurang kanan kiri. Ih, dalam banget. Bayangkan kalau mobil ini tiba-tiba kepeleset. Terus jadi gelindang-gelindang dibawah. Beuh! Sudah kayak film aksi kita."

"Yang ada mati kita, Can," ucap Teyong.

Hecan hanya cengengesan ditempat pasang muka watadosnya. Tapi memang, jalan yang mereka lewati saat ini terbilang rawan. Kanan sama kirinya ada jurang yang lumayan kalau jatuh kebawah bisa buat nyawa jadi terbang keluar.

Teli yang menjadi supir sedari tadi cuman diam. Pandangannya fokus kedepan gantian sama kaca spion disampingnya. Dia amati jalan takutnya ada kenapa-kenapa sampai buat dia salah injak dan berakhir yang kayak dibilang Hecan. Dia masih ingin menikah katanya, belum siap ketemu pencipta.

Di depan mobil yang dibawa Joni jalannya juga tidak beda dari Teli. Pelan dan hati-hati. Bahkan penghuni yang di dalam lebih kalem dan masih ingat sama Tuhan. Terutama si Doyo. Sambil merekam sambil juga memanjat doa. Masalah merekam jalan dia sudah tidak perduli lagi. Yang penting selamat.

"Ini jalannya sudah benar lewat sini, Jon?" tanya Yuka.

Joni mengangguk, "Sudah betul kok. Kata petunjuk jalannya juga begitu. Nanti lima puluh meter di depan ada tugu sama kotak pos katanya. Nah, nanti ada jalan masuk kedalam buat sampai di motelnya nanti," jelas Joni.

Yuka kembali mengatup mulutnya rapat. Dia percayakan semuanya sama Joni karena cuman lelaki itu yang tahu cara baca petunjuk jalan. Yuka mana paham yang begituan.

"Yok, abang-abang. Untuk menghilangkan ketegangan, mending kita nyanyi bareng-bareng," pukas Hecan.

"Mau nyanyi apa?" tanya Jeyun.

Hecan mengambil aba-aba dengan berdeham sejenak, "Tempat perlindunganku. Kubu pertahananku. Kapak sayap Mu yang melingkupi ku."

Bait pertama yang baru keluar dari mulut Hecan sejenak membuat semuanya mengadah. Terutama Minyu ditempatnya yang seketika berperaga melakukan doa panjat kepada Tuhan. Hecan masih terus menyanyi dengan wajah penuh seriusnya. Lain dengan Teyong yang sudah keringat dingin ditempat.

"Doa terus, Can," ucap Teli.

Hecan yang diminta terus menyanyi menyambungkan lagunya hingga selesai. Begini-begini, biar Hecan tipe anak bandel dan suka jahil, terutama pada Doyo, kalau soal mahkluk dan pencipta dia tentu saja serius.

Mobil Joni nampak menepi di depan, yang mau tak mau membuat Teli jadi ikut berhenti tepat dibelakang. Joni nampak keluar dari mobil diikuti sama yang lainnya. Tidak lupa dengan kamera yang Doyo sebagai penanggung jawab kubu Joni dan Teyong penanggung jawab kubu Teli.

"Sudah sampai?" tanya Hecan.

"Belum. Tinggal delapan puluh meter lebih masuk kedalam sudah sampai dimotelnya," jawab Joni.

"Wah, guys. Lihat," Doyo yang membawa kamera menyorot keindahan laut yang membentang dari tempat mereka berada.

"Woaah~"

Yang lain berdiri dibelakang Doyo juga ingin melihat. Dilangit yang nampak hampir petang mereka melihat laut luas dari ketinggian yang luar biasa. Hecan bahkan tidak bisa berhenti untuk bergumam wah. Jiwu disampingnya hanya bertepuk tangan seraya memejamkan mata sebab angin yang menerpa wajahnya.

Teyong ikut menyorot mereka secara satu persatu. Berbalik kemudian kearah Joni yang tengah berdiri dibawah tugu seraya tersenyum manis.

"Ini dia, Joni keren yang dapat akomodasi indah buat liburan. Belum masuk kedalam motelnya, sih. Tapi pemandangan yang didapat sudah rekomended banget. Thanks Jon!"

[1] The Motel - NCT 127✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang