Jeyun beranjak dari perkumpulan mereka diruang santai. Atas suruhan Joni katanya disuruh ambil kamera yang digunakan memvideo perjalanan mereka tadi. Dan kebetulan kameranya lagi ada dikamar Joni dua-dua jadi Jeyun bisa ambil sekaligus atau salah satunya. Tapi kata pemiliknya disuruh ambil salah satu saja jadi Jeyun cuman iya-iya dan menjalankan perintah.
Motel rasanya sepi. Cuman dilantai bawah tempat mereka kumpul-kumpul yang ramai. Sampai dilantai atas tempat deretan kamar mereka, Jeyun menghitung pintunya biar nanti dirinya tidak salah masuk. Dan baru pas di depan kamar Joni sama Teli, Jeyun meraih knop pintu dan dibuka.
Tidak ada yang berbeda akan tampilan kamar Joni dengan miliknya. Semuanya persis sama bagaimana kadarnya. Jeyun lantas berjalan mendekati meja nakas pertengahan tempat tidur Joni dan Teli. Dua kamera yang sedang tercharger terpampang tepat di depannya. Jeyun melepas salah satunya dan dirinya mengecek lebih dulu apakah baterai dari kameranya sudah terisi penuh atau belum.
Kamera milik Joni lantas dia nyalakan. Dari kotak hijau yang dimaksudkan adalah baterai sudah nampak terisi penuh. Jeyun lantas menekan tombol merekam dan mengarahkan kamera itu kepada wajahnya. Layarnya diputar jadi Jeyun bisa menyorot wajahnya sekaligus melihat tampilannya seperti layaknya tengah berkaca.
Senyumnya yang manis terbit secara tiba-tiba sampai memunculkan sebuah lubang kecil dari kedua pipinya. Sikap Jeyun yang absurd dan terkadang aneh kalau sedang sendirian.
"Jadi, gue lagi dikamarnya bang Joni sama bang Teli. Disuruh ambil kamera ini buat lanjut merekam video yang bakal dijadikan vlog," pukas Jeyun sembari menyibak rambutnya.
Lelaki itu masih terlalu asik dengan sikap narsis. Bukannya beranjak keluar malah mendudukkan diri ditepi kasur Joni yang menghadap pada kaca jendela. Langit malam terpampang dengan pohon rimbun yang berhias diluar.
"Sekarang sudah pukul delapan malam dan kita sudah makan bareng. Makananya enak dan mewah banget. Lebih mahal dari makanan hotel kayaknya," ucapnya. Lensa kamera lantas dialihkan menjadi menyorot arah jendela diluar.
"Sudah gelap. Tapi kamar ini asli terang banget. Lampunya lampu mahal dan besar," menyorot pada lampu yang menghias pada langit-langit kamar.
Jeyun kembali menurunkan kameranya hendak menyorot keluar jendela. Pas ketika dirinya melakukan, ada sebuah objek yang tertangkap. Keningnya menyerit bersama dengan alisnya yang saling bertautan. Jeyun lantas bangkit dari duduknya hanya untuk mendekati objek yang dia lihat.
"Ini kan bonekanya Celyn. Kenapa ada disini?"
Jeyun kini berjongkok berhadapan dengan boneka kelinci yang tengah menampakkan diri menghadap padanya. Jeyun tidak bisa mengambil boneka itu karena sejatinya berada diarea luar. Dirinya mencari kunci atau saja sebuah cela yang bisa membuatnya mengambil boneka milik anak motel itu. Namun yang dia dapat hanyalah sebuah kaca besar yang membentang keatas tanpa ada kunci yang menunjukkan kalau kaca itu bisa dibuka. Benar-benar sebuah jendela yang berparakan sebagai dinding kamar.
"Kenapa bisa bonekanya diluar? Sebentar, ya," Jeyun meletakkan kamera itu diatas kasur milik Teli yang diarahkan tepat menyorot kegiatannya.
Jeyun masih belum ingin menyerah untuk mencari cara agar bisa mengambil boneka kelinci yang nampak malang itu. Masih dengan kamera yang menyala merekamnya, Jeyun berapa kali berbolak balik dari sisi jendela kesisi lain sampai menyibakkan kain gorden lebar yang menjuntai menghalang.
"Elyn!"
Suara Celyn seketika terdengar. Jeyun mengalihkan pandangannya. Lebih terkejut lagi ketika mendapati Celyn yang tengah berdiri sembari mengangkat boneka kelincinya.
"Kamu ketahuan. Sekarang kamu yang jaga," ucapnya.
Jeyun masih diam mematung ditempatnya. Menatap Celyn yang masih riang mengangkat boneka kelincinya. Hal yang begitu mengejutkan sebab Jeyun tahu jelas kalau lantai kamar penginapan mereka berada dilantai atas. Lantas bagaimana bisa Celyn memunculkan dirinya disana. Diluar jendela yang tidak memiliki balkon sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] The Motel - NCT 127✓
HorrorLiburan semester ambil rencana untuk liburan selama dua minggu. Lumayan untuk healing dan hilangkan stress. Tapi bagaimana kalau healingnya sudah sampai tahap jiwa yang ikutan healing keluar dari raga? Start: Juni, 2022 Finish: Juni, 2023