💀 Bagian 24

162 28 0
                                    

Hecan bingung, lebih bingung dengan kehadiran Minyu yang tiba-tiba muncul dan menariknya kabur. Dia ingin berteriak senang dan segera memeluk kakaknya itu tapi melihat situasinya sekarang, Hecan mengurungkan. Tapi Hecan benar-benar senang karena Minyu nyatanya masih selamat. Meski tampangnya saat ini kacau balau kalah-kalah gelandangan.

Minyu terus menarik Hecan berlari. Tapi karena luka dilututnya, lari Hecan jadi memelan dan itu buat Minyu terus menarik paksa tangannya. Namun Hecan sudah tidak mampu. Dia bahkan rela melepas tangan Minyu demi mengistirahatkan lututnya. Untungnya Minyu berbalik dan berjongkok didepannya.

"Can, lo harus kuat oke? Lo harus kuat sampai kita keluar." Minyu lalu berbalik menampilkan punggungnya. "Naik."

Hecan tidak bersuara. Dia cuman mengikuti suruhan Minyu untuk naik dipunggungnya. Setelah dalam posisi nyaman, Minyu lantas lari kembali.

Hecan sepanjang Minyu membawanya pergi hanya diam. Begitupun dengan cowok itu sendiri. Hecan juga melihat setiap jalan yang dilalui Minyu seperti anak itu sudah familiar dan hapal jalannya.

"Lo tau jalan keluarnya?" tanya Hecan.

Minyu tidak menjawab. Tapi wajah fokusnya membawa Hecan keluar membuat anak itu paham dan makin mengeratkan pelukannya pada leher Minyu.

Sampai pintu besar akhirnya terpampang didepan. Minyu membuka pintu itu dengan bahunya. Setelah menuruni tangga, Minyu lalu berlari menuju gerbang besar keluar dari motel. Menurunkan Hecan tepat didepan gerbang sementara dia masih berjongkok.

Hecan dibelakang Minyu hanya menyerit heran menatap kegiatan kakaknya.

"Lo ngapain?"

Tangan Minyu sibuk menggaruk-garuk pasir membentuk sebuah gundukan. Dia terus mengambil ranting yang tidak jauh dari tempatnya dan menancapkannya diatas gundukan pasir itu.

"Minyu?"

"Lo harus pulang, Can. Apapun yang terjadi, lo harus lari dan nggak noleh kebelakang. Paham?"

Hecan menggeleng. "Lo ngapain?" kukuhnya. Saat ini, tingkah Minyu terlalu aneh untuknya.

Minyu lalu mengeluarkan pisau kecil dari sakunya. Pisau itu lalu diarahkan ketelapak tangannya yang buat Hecan melotot dan berjongkok menahannya.

"Lo ngapain, Minyu?!"

"Lo harus pulang, Can."

"Ya tapi jelasin kegue lo ngapain? Lo mau apa?"

Minyu diam cuman natap Hecan. Sedangkan anaknya masih setia nunggu dia menjawab. Minyu lalu menoleh kebulan dimana sedikit lagi hampir sempunya.

"Minyu," panggil Hecan.

Minyu menunduk menatap gundukan pasir yang dia buat. Dia lalu menggambar bintang besar dengan menempatkan gundukan itu ditengah.

"Gue jatuh nggak sengaja dalam ruang buku mantra mereka," jawab Minyu. Hecan diam. "Gue baca sedikit dan malam ini bakal terjadi bulan purnama total, Can."

"Terus?"

"Sembilan jantung akan menyempurnakan jiwa yang telah mati. Gue ingatnya cuman dibagian itu dan saat ini mereka sudah kumpul tujuh jantung. Sisa dua yang artinya kita selanjutnya."

Hecan diam pasang wajah melongo. "J-jantung?"

Mendapat kelengahan Hecan, Minyu buru-buru menggores telapak tangannya dengan pisau kecil yang dia pegang. Otomatis darah langsung mengalir dan Minyu arahkan darangnya diatas ranting yang tertancap diatas gundukan pasir.

"Terus sekarang ini lo ngapain?"

Tidak peduli sama rasa sakit ditangannya, Minyu lalu menggosok tangannya yang beradarah kebaju hingga muka Hecan.

[1] The Motel - NCT 127✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang