💀 Bagian 18

130 23 1
                                    

Minyu sama Hecan cuman bisa mematung pas dengar suaranya Elyn. Didepan mereka ada lorong gelap yang panjang. Tidak kelihatan ujungnya. Dinding kanan-kirinya warna merah gelap yang ditempeli foto-foto madam. Mana semua matanya mengarah ke mereka berdua.

Hecan mundur buat sembunyi dibelakang Minyu. Sedangkan Minyu sendiri sudah mati-matian tahan takut. Soalnya, dalam gelap itu ada mata bola Elyn yang tajam. Senyumnya juga masih ada sambil lihatkan deretan gigi-gigi berdarahnya.

"Waktunya bermain."

Hecan dibelakang menggeleng kuat. Minyu menelan ludah.

"Ayo bermain dengan Elyn."

"Nggak! Kita nggak mau main sama lo! Biarkan kami pulang!?" bentak Minyu.

"Pulang? Kenapa? Permainannya tidak seru?"

Minyu tidak menjawab. Dia kasih tepukan tangan pelan ke Hecan buat mundur selangkah.

"Kita keluar, Can. Lewat pintu tadi," bisik Minyu.

Hecan dibelakang mengangguk. Diam-diam dia juga mundur kebelakang buat capai pintu tempat mereka masuk tadi. Kepala Hecan juga berapa kali melihat buat pastikan kalau mereka sudah dekat atau belum.

"Minyu."

Hecan dan Minyu langsung berhenti. Genggam tangan mereka makin kuat.

"Lari!"

Mereka berdua langsung berbalik lari kepintu. Sayangnya belum terlalu dekat pintu itu sudah terbanting kuat tertutup. Hecan sama Minyu panik.

"Tidak ada yang boleh keluar sebelum permainan selesai."

Mereka menghadap ke Elyn lagi. Wujud Elyn tidak ada. Hanya memperlihatkan mata sama mulutnya yang tersenyum lebar.

Tiba-tiba lantai mereka bergerumuh. Hecan lari ke Minyu buat rangkul lengannya sambil maksud pegangan. Didepan, lantai lorong rubuh berjatuhan kebawah. Cuman dibagian tengah yang masih ada memanjang kedepan. Tapi lebarnya cuman setara dengan ubin lima belas kali lima belas. Hanya cukup untuk satu tapak kaki dan panjangnya dilorong gelap itu mereka tidak tau sampai dimana.

"Elyn suka menyebrangi jembatan. Apa kalian juga?"

Minyu dan Hecan tetap diam.

"Ayo kita bermain menyebrangi jembatan. Langkah perlahan satu-satu dan rentangkan tangan. Ini seru!" Pekikan Elyn diakhir buat Hecan sama Minyu tutup dua telinganya.

"Bagaimana ini, Minyu?" bingung Hecan.

Minyu belum menjawab. Dia masih sibuk buat lihat sekelilingnya kali saja dapat jalan keluar yang lain. Tapi dia sudah lebih takut duluan soalnya foto-foto madam yang dipajang didinding melihat kemereka semua.

Sekarang sisa satu-satunya jalan adalah melewati jembatan ubin permainan Elyn. Tapi Minyu juga ragu mereka tidak akan sampai diujung karena lorongnya gelap.

"Minyu."

"Kita menyebrang, Can," kata Minyu.

"Tapi—"

"Gapapa," potong Minyu. "Ini ubin. Pasti keras. Lo cuman perlu menyebrang seperti yang dibilang boneka sialan itu. Nanti gue lihat lo dibelakang."

Minyu meyakinkan Hecan untuk menyebrang meski dia juga aslinya takut-takut. Takut kalau Hecan menyebrang terus jatuh ditengah jalan. Dibawah itu mereka tidak tahu ada apa didalam.

Minyu mentap mata besar Elyn. "Kita bermain. Tapi tunjukkan jalan keluarnya."

Senyum Elyn langsung makin lebar. Bahkan sampai mulutnya terbuka. Lidah panjangnya kayak ular langsung keluar. Ketawa khasnya lantas keluar. Bukannya menggemaskan, itu malah terdengar seram bagi Minyu sama Hecan. Hecan bahkan sampai sembunyi lagi dibelakang Minyu karena takut lihat mukanya.

[1] The Motel - NCT 127✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang