💀 Bagian 03

216 25 16
                                    

Sembilan anak pemuda itu akhirnya sudah berkumpul dikediaman Teli. Seperti biasanya, suasana rumah itu tidak akan pernah berjalan sepi bahkan dalam waktu tiga puluh detiknya. Ada saja keributan yang akan terjadi yang mana lebih didominasi dengan pelaku biang dari segala ribut, Hecan.

Hecan kalau sudah melancarkan aksinya yang menjadi korban selalu Doyo. Anak muda yang lebih tua empat tahun darinya itu selalu menjadi sasaran pertama dalam aksi ributnya. Dikarenakan kalau Doyo sudah merasa kesal maka disanalah letak kesenangan Hecan. Anak-anak lain juga tidak akan memberinya tindakan untuk berhenti karena memang kalau Doyo sudah kesal itu berarti jahilnya Hecan berhasil.

Lain lagi kalau tingkah aneh Jiwu keluar dan yang memberinya respon pertama adalah Minyu. Suara menggelegar karena tawa recehnya anak itu pasti akan menjadi iringan dari segala kelakuan Jiwu. Kadang buat mereka semua heran, entah karena memang lawakan Jiwu lucu atau humor Minyu saja yang rendah.

Ting!

Joni mengalihkan pandangannya menatap ponselnya. Terpampang sebuah notifikasi yang mengarahkan dirinya melihat laman situs motel yang akan dijadikan tempat penginapan liburan mereka.

"Eh, guys. Ini sudah ada konfirmasi kalau pesanan penginapan kita sudah di acc," sahut Joni.

"Oh, bagus, deh. Besok jadi langsung bisa berangkat," jawab Teyong.

Joni mengangguk dan kembali menaruh ponselnya diatas meja. Namun pikirannya justru kembali mengingat pasal komentar aneh yang melarang mereka untuk kesana.

"Eh, tapi benaran gak apa kalau kita kesana?" pertanyaan Joni yang membuat semuanya mengambil alih kepadanya.

"Kenapa bang?" sahut Jeyun.

"Jadi pas gue dirumah ngereview motelnya ada komentar yang bilang gak boleh datang kesana," jawab Joni.

"Kenapa gak boleh?" Yuka menyahut.

Kedua bahu Joni bergerak keatas, "Katanya motel itu bukan sembarangan motel. Yang punya bukan manusia tapi penyihir. Dan orang yang pernah datang kesana akhirnya gak bisa pulang, alias mati."

Semua yang mendengar penjelasan Joni mendadak diam. Hecan yang notabenenya tadi punya jiwa yang semangat mendadak dilanda merinding. Mendekatkan diri disamping Minyu dengan menyembunyikan separuh wajahnya disana.

"Yang benar lo?" Teli diberi jawaban anggukan kepala dari Joni.

"Kalian ini, ngapain dipikirkan, sih? Itu cuman komenan asal doang," sahut Teyong. Mereka semua lantas beralih menatapnya. "Kan lo sudah bilang sama gue kalau komen itu sudah lama. Ada juga komen yang baru-baru lo bilang kasih rekomen buat motelnya jadi tempat liburan, kan? Cuman iseng doang itu paling."

"Tapi kalau komennya benaran bagaimana bang?" tanya Jiwu.

"Ini kebanyakan nonton fiksi jadi begini, nih. Memangnya ini zaman keberapa? Mana ada penyihir-penyihir. Itu fiksi doang, gak nyata," sanggah Teyong.

"Tapi memang ada mereka yang bisa pakai ilmu hitam, Yong," pukas Doyo mendapat anggukan kepala dari beberapanya.

"Kalau itu beda. Itu namanya dukun, bukan penyihir," sanggah Teyong. "Kalian ini kenapa, deh? Kemarin semangat banget mau liburan. Giliran akomodasi sudah di dapat malah menciut gara-gara komen begituan."

"Bukan begitu. Ini kan kitanya waspada jangan sampai ada yang aneh-aneh pas kita sampai disana. Mungkin saja itu memang iseng atau aslinya sekedar takut-takuti pelanggannya. Tapi kan gak ada yang tahu juga dibalik alasan dia tulis komen begituan apa," jelas Teli.

Teyong diam ditempatnya karena dari apa yang dibilang Teli juga memang benar. Hanya saja dia masih belum percaya perihal penyihir pemilik dari motel itu.

[1] The Motel - NCT 127✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang