💀 Bagian 11

148 26 2
                                    

"Lo jangan ngomong yang aneh-aneh, Can," tegur Joni.

"Masih pagi, candaan lo jelek banget," sambung Doyo.

Hecan menggeleng, "Serius bang. Itu otak," kukuhnya.

Teyong menghela nafas beratnya. "Cuci muka lagi sana. Lo kayaknya masih ngantuk. Atau balik tidur, nanti siang baru gue kasih bangun buat makan."

Hecan menegakkan duduknya dan memasang wajah serius. Mencoba memberi keyakin ke lelaki tertua yang lain pasal buah apel yang dipegang Jiwu. Sudah jelas-jelas itu adalah otak, mana ulatnya bergerak lincah diatasnya. Merah pekat, sudah itu ukurannya yang semirip dua kepalan tangan Joni yang Hecan pikir itu adalah otak bayi.

"Itu otak bang. Gue harus gimana biar kalian percaya?"

Minyu memberinya tepukan pada bahu membuatnya menoleh, "Gue antar kekamar temani lo tidur."

"Gue serius Minyu. Lo gak percaya gue juga?" yang disebut hanya memberi balasan dengan senyum tipis dan bangkit dari duduknya.

"Ayo," ajak Minyu.

"Gue gak ngantuk," tolak Hecan dengan nada sedikit kesal.

"Ya terus apa? Lo pagi-pagi ngelantur jelek banget ngomong apel malah otak," pukas Yuka disebelahnya.

Hecan mendelik, "Gue sudah segar, sudah sadar. Kalian kenapa gak percaya sih?"

"Jelas gak percaya lah! Orang ini beneran apel, bukan otak. Mata lo nyeremin," ucap Jiwu. Dirinya kembali mengigit apel ditangan yang sukses membuat Hecan diam ditempat yang seketika merasakan mual dan berlagak ingin muntah.

"Sudah, sudah. Apapun itu, otak kek, apel kek, intinya ini masih pagi buat berdebat. Sarapan kayaknya sudah siap, mending keruang makan sekarang," sahut Teli.

Disaat mereka semua masih berkutat dalam pembicaraan, Derisa muncul dengan jalan aggunnya menghampiri mereka.

"Selamat pagi tuan-tuan," sapanya dengan senyum ramah.

Mereka semua lantas beralih menatapnya.

"Oh, selamat pagi nyonya," balas Teyong yang seketika berdiri dari sofa.

"Saya hanya ingin menyampaikan kalau sarapan sudah siap. Silahkan," ucap Derisa.

"Tuh, kebetulan banget pas sama yang dibilang bang Teli," pukas Joni.

Derisa beralih pada Jiwu yang masih setia memegang sisa apelnya. Wajahnya sejenak diam namun senyum tipisnya tidak luntur disana.

"Tuan Jiwu dapat apel dari mana?"

Yang ditanya lantas menyahut, "Ah, ini. Saya tadi habis ngevlog taman belakang dan kebetulan sampai dikebun apel. Ini dikasih sama Celyn yang sementara main disana."

Derisa mengangguk, "Apa itu manis?"

"Sangat. Apelnya benar-benar manis."

Senyum Derisa sedikit lebih lebar, "Jika tuan suka, ambil lah kalau ingin. Kebun itu siapapun boleh memakan apelnya."

"Wahh, terima kasih. Saya akan sering datang kesana kalau begitu," seru Jiwu.

Perhatian Derisa berganti pada Hecan yang masih setia menatap Jiwu dengan pandangan tidak mengenakannya. Meski begitu, dirinya tetap memasang senyum untuk mempertahankan keanggunanannya.

"Tuan Hecan," pemilik nama seketika menoleh dan menatapnya. "Apa tuan baik-baik saja?"

"Y-ya?"

"Apa ada sesuatu yang menggaggu tuan? Atau tuan juga menginginkan apel seperti tuan Jiwu?"

[1] The Motel - NCT 127✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang