💀 Bagian 21

117 20 0
                                    

Semuanya masih kaget sama Doyo yang ditarik paksa sama Elyn. Lebih panik lagi sama tangan Teli yang tidak berhenti keluar darah.

"Bang, tangan lo," pekik Joni.

"Gapapa, Jo." Padahal Teli sekuat tenaga tahan pedisnya. Sayatnya tidak kecil.

Tiba-tiba dari arah gelap keluar asap hitam kemerah-merahan. Mereka semua yang ada disana langsung diam mematung. Asapnya makin banyak keluar yang seketika muncul mata merah seperti mata naga. Mereka berlima langsung baris berdempetan dengan Hecan ditengah-tengah sembunyi kayak anak ayam. Badannya sudah bergetar dari tadi. Dan mulutnya tidak berhenti menggumam kalau semuanya cuman mimpi.

"Tidak ada yang boleh keluar kecuali aku mengizinkan."

Suara itu mereka kenal. Tentu saja suara pemilik motel menyeramkan ini. Madam Derisa. Suaranya halus-halus tapi menyeramkan. Sampai wujud sepenuhnya keluar dari gelap. Asap hitam itu seakan buat dia melayang. Rambut panjangnya terbang kayak ekor rubah. Belum lagi mukanya yang lebih jelek dari muka Celyn. Tapi mereka sedikit mirip-mirip.

"Berikan jantung kalian!"

Mereka semua menggeleng. Mukanya sudah pucat pasi lihat madam terbang mendekat sambil tersenyum lebar. Terinat komen-komen soal motel ini sebelumnya, sekarang mereka percaya kalau pemiliknya benaran penyihir.

Mereka makin rapat karena tiba-tiba maid motel mengepung  mereka kanan kiri. Mereka sudah panik tidak ketulungan. Mau lari tapi bingung dengan cara apa.

"Lepaskan kami!"

Madam Derisa langsung ketawa pas dengar teriakannya Joni. Suaranya kayak nenek-nenek penyihir tengah hutan.

"Tentu saja. Setelah aku mendapatkan jantung kalian masing-masing," jawabnya. "Aku akan berbaik hati tidak melakukan kekerasan, maka jangan melawan."

Ucapannya membuat semua maid yang tidak ada bedanya berjalan mendekati mereka. Hecan sudah menelan ludah saking takutnya. Rematannya dibaju Jeyun sudah sangat kencang sampai kuku-kukunya memutih. Tapi dia masih pertahankan ucapan Joni yang disuruhnya mengulang.

Tapi diam-diam, tangan Teyong bergerak dibawah meraba-raba. Dia masih ingat sama ponselnya yang masih bisa menyala. Dia ambil pelan-pelan dalam kantong habis itu berdiri didepan teman-temannya.

"Semuanya! Lari!"

Teyong teriak sambail acungkan ponselnya yang sudah  menyala senter. Itu buat semua maid sama madam Derisa mundur masuk kembali kedalam gelap. Teriakannya madam kayak marah. Dan setelah semuanya hilang, Teyong juga lari. Sekarang mereka malah berpencar saking takutnya.

Joni masih setia bawa Hecan. Dia tarik anak itu cepat-cepat setelah Teyong suruh mereka lari. Tidak  tahu menahu soal Jeyun sama Teli. Terutama Teyong. Yang jelas dia berdoa semoga mereka baik-baik saja.

Dibelakangnya, Hecan masih setia sama gumaman cuman mimpi. Meski pandangannya sekarang kosong. Jiwanya kayak sudah hilang dari dalam tubuhnya.

Joni tarik Hecan dan mereka masuk dalam satu ruangan yang tidak jelas bentuknya. Kepala Joni celingak-celinguk buat cari tempat sembunyi dan dia dapat lemari yang besar disudut ruangan.

"Ayo, Can!"

Hecan cuman pasrah ditarik Joni sepenting dia bisa kabur dari disini. Joni buka pintu lemarinya dan mendorong Hecan masuk baru lepas itu dia menyusul berdiri disamping. Napas dua-duanya sudah berderu hebat karena lelah berlari.

"Bang—"

"Sstt! Gue disini, Can. Semuanya bakal baik-baik aja."

Bukan cuman Hecan yang takut, Joni juga. Habis lihat Yuka mati didepan mata jelaslah buat dia ketakutan setengah mati. Harap-harap datang kesini buat healing malah berurusan sama kejar-kejaran penyihir. Joni juga jadi ikutan buat anggap kalau semua ini cuman mimpi.

[1] The Motel - NCT 127✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang