MORNING SICKNESS

1.8K 105 6
                                    

Aku memilih untuk ke teras rumah dan menghubungi Pelangi. Kubiarkan Bulan bertukar fikiran dengan kedua orang tuanya. Biar sekalian dia sadar bahawa apa yang dia lakukan selama ini adalah salah besar.

"Besok pagi aku pulang sayang." Kataku pada Pelangi diujung telepon.

"Iya mas, kamu istirahat ya."

"Kamu juga, jangan tidur malam-malam. Jangan mikir aneh-aneh. I love you."

"Iya mas, habis ini aku tidur. Kamu juga jangan tidur malam-malam."

"Kok aku bilang i love you ga dijawab ?"

"Malu, ada mama." Jawabnya sambil berbisik.

"Kenapa memangnya ? Kan sama suaminya sendiri."

"Ya tapi ga enak. Udah sana kamu istrirahat." Pinta Pelangi

"Nak Moondy ?" Panggil ayah Bulan ketika aku sedang menelfon Pelangi.

"Sayang aku tutup telponnya dulu. Kamu cepet tidur ya, jaga kesehatan. Assalamuaikum."

"Walaikumsalam."

"Ya ayah ?" Jawabku sambil menyimpan ponselku kembali ke dalam saku celana.

"Bisa kita bicara sebentar ?"

"Bisa ayah. Ada apa ?"

Ayah mengajakku duduk di gazebo depan rumah. Mungkin biar pembicaraan kami tidak terdengar oleh Bulan. Bulan memintaku untuk tetap tinggal. Aku tak kuasa menolaknya. Biar bagaimanapun juga dia tetap masih istriku.

"Jadi bagaimana dengan hubungan kalian ?" Tanya ayah Bulan.

Aku menarik nafas panjang. Jujur saja, ini jauh di luar dugaanku. Aku belum bisa berfikir sama sekali tentang masa depanku setelah Bulan kembali. Ini terlalu cepat.

"Jujur yah, sampai sejauh ini saya belum tau apa yang harus saya lakukan." Kataku.

"Ini terlalu cepat untuk saya. Saya tidak menyangka jika Bulan akan kembali secepat ini." Lanjutku.

"Jadi maksudmu kamu sebelumnya tidak menginginkan Bulan kembali ?"

"Bukan, bukan seperti itu maksud saya. Tentu saya bahagia Bulan kembali sehat. Tapi ini terlalu cepat untuk saya, apalagi saya juga baru saja selesai berjuang untuk mendapatkan kembali istri pertama saya dan anak kami."

"Apakah kamu masih mencintai Bulan ?"

Aku menarik nafas panjang kembali. "Jika ditanya, saya akan jawab masih yah. Cinta saya pada Bulan masih utuh. Tidak kurang sedikitpun."

"Apakah kamu juga mencintai istri pertama kamu ? Terlepas dari hadirnya anak kalian ?"

Aku mengangguk. "Saya mencintai Pelangi. Sama seperti saya mencintai Bulan. Ada atau tidaknya Cilla dalam kehidupan kami, tidak membuat perasaan saya luntur pada Pelangi. Dan kedudukan Pelangi di hati saya sama seperti kedudukan Bulan di hati saya."

"Lalu apakah kamu ingin meneruskan poligami ini ?"

Kali ini aku terdiam. Aku belum bisa menjawab pertanyaan dari ayah Bulan. Aku teringat akan ucapan Pelangi yang tak ingin di madu. Tapi aku juga masih memiliki janji pada Bulan untuk melanjutkan hubungan poligami ini dengan adil dan baik. Apalagi setelah perjuangan panjang Bulan selama ini.

"Jujur, ayah tidak rela anak ayah perempuan satu-satunya di madu seperti ini." Kata ayah.

"Ayah merawat dan membesarkan dia dengan penuh cinta dan kasih sayang bukan untuk disakiti seperti ini. Apalagi setelah melalui berbagai macam masalah seperti kemarin ayah sungguh berharap agar kali ini kamu melepaskan Bulan." Lanjut ayah.

dua cincinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang