CILLA SAKIT

1.6K 91 1
                                    

"Hiks hiks hiks ..... Mama ..... Mama ....Mama .... Hiks ...." Cilla menangis, dia terus memanggil Pelangi, seperti ini terus dari malam menjelang hingga pagi. Hampir semalaman penuh aku tak memejamkan mataku. Cilla badannya panas tinggi. Selalu minta digendong saat tidur, kalau ditaruh di kasur selalu bangun dan menangis, mau tidak mau aku terus menggendonya, dia bisa tenang saat sudah menjelang subuh, itupun tidur di dalam gendonganku.

"Kamu mau bawa Cilla kemana Moond ?" Tanya ibu mertuaku saat melihatku membawa Cilla dan menggendong diapers bag.

"Kulo badhe beto Cilla ten rumah sakit bu, Cilla panase dereng mandap saking wau dalu buk." (Aku mau bawa Cilla ke rumah sakit bu, Cilla panasnya belum turun dari tadi malam bu).

"Perlu ibu temani Mon ?"

"Mboten sah buk, Moondy bisa."

"Cepet sembuh nduk cah ayu. Kasihan ayahmu, dia masih harus mengurus mamamu." Kata ibuku sambil mengusap kepala Cilla.

"Kulo budhal riyen buk." (Saya berangkat dulu ibu.)

"Iya Moondy. Hati-hati ya, semoga Cilla segera sembuh."

"Amin...."

Aku membawa Cilla ke rumah sakit. Di perjalanan dia tertidur tenang, syukurlah setidaknya dia bisa istirahat. Kubawa dia kerumah sakit tempat Pelangi dirawat, aku harap aku bisa mendapatkan ijin untuk membawa Cilla bertemu dengan Pelangi. Aku sengaja membawanya ke rumah sakit dengan harapan akan ada keajaiban jika mempertemukan mereka berdua. Meskipun aku tau sedikit kecil kemungkina Cilla diberikan ijin.

"Amaaaa.... Mamaaa .... Hiks... Hikss ..." Lagi-lagi Cilla menangis.

"Panasnya tinggi sekali. Sudah diminumin obat penurun panas ?" Tanya dokter.

"Sudah dokt. Setiap 6 jam sekali saya sudah meminumkannya obat, tapi tetap tidak turun juga panasnya." Jawabku.

"Dimana ibunya ? Kenapa dia terus memanggil ibunya ?" Tanya dokter ketika mendengar Cilla terus menangis memanggil ibunya.

"Ibunya sakit dok, setelah mengalami kecelakaan dan melahirkan adiknya secara sesar sekarang dia .... koma dok, dirumah sakit ini juga. Sudah satu bulan lebih dok."

"Oh begitu bisa jadi kemungkinan si adek sakitnya bukan demam biasa."

"Maksud dokter ?"

"Bisa jadi sakitnya adek itu karena sakit rindu adek pada ibunya. Apalagi jika selama ini hubungan adek dan ibunya sangat dekat,lali tiba-tiba ditinggal tentu adek akan mudah sakit."

"Saya berfikir juga begitu dok. Saya juga berharap kedatangan putri saya bisa membantu istri saya sadar dari komanya, dan anak saya bisa juga sembuh dari demamnya. Dokter bisa membantu saya?" Tanyaku.

"Bantu apa ?"

"Bantu mempertemukan mereka, karena tanpa bantuan dokter anak saya tidak mungkin bisa masuk ke ruangan ibunya."

Aku berusaha meyakinkan dokter untuk membantuku membawa Cilla ke kamar rawat Pelangi, meskipun awalnya menolak, pada akhirnya dokter itu mau membantuku juga. Beliau membantu meyakinkan perawat jaga untuk mengijinkanku masuk keruangan dimana Pelangi dirawat.

"Terima kasih dokter." Kataku pada dokter.

"Sama-sama pak, senang membantu. Semoga keduanya bisa kembali sehat ya. Saya permisi dulu."

"Sayang, anak cantik kita ketemu sama mama ya?" Ajakku pada Cilla memasuki ruang rawat Pelangi.

"Mama ...... " Tangis Cilla begitu melihat Pelangi tangannya melambai ingin merai Pelangi.

"Mama sakit sayang. Cilla sudah tau kan gimana keadaan mama ? Cilla harus sembuh ya agar ayah juga bisa kuat." Kataku menangis sambil memeluk Cilla.

Aku membawa Cilla duduk di dekat Pelangi. Kusentuhkan tangan keduanya agar mereka saling komtak fisik.

"Mama angunn maaaa." Cilla merengek sambil menggerak-gerakkan tangan Pelangi.

"Cilla coba bilang sama mama, mama bangun Cilla sama adek kecil rindu sama mama."

"Maaa, anun ma..." Kata Cilla.

"Cilla sama adek rindu mama." Ajarku pada Cilla

"Illa ama adek lindu mama." Lanjut Cilla sambil terus menggerak-gerakkan tangan Pelangi.

"Sayang, lihatlah aku membawa Cilla kemari, dia sakit sayang, dia rindu kamu. Semalaman penuh dia panas tinggi, dia sudah lama tidak bertemu denganmu, apakah kamu tidak merindukannya ? Kumohon berjuanglah untuk sadar sayang. Jika bukan untuk aku, berjuanglah untuk anak-anak kita yang sangat membutuhkanmu." Kataku sambil mencium punggung tangannya.

"Cilla sayang kita pulang ya." Ajakku pada Cilla.

"Ndak auu, Cilla mau ama mama."

"Besok kita kesini lagi sayang. Sekarang kita pulang dulu, mama harus istirahat biar sembuh. Cilla cium mama ya." Kuminta Cilla mencium pipi Pelangi.

"Sayang kita pulang dulu ya. Semoga setelah ini kamu bisa segera sadar. Sembuhlah sayang. Aku mencintaimu." Kucium Pelangi.

*****

Drrrrtttt drrrttttt drrttttt drrrttt ......

Ponselku terus bergetar dari tadi. Rasanya kepalaku berat sekali, sambil menemani Cilla tidur akupun juga ikut tertidur. Kulihat jam menunjukkan pukul 01.00, siapa yang menelpon ditengah malam begini. Ada 5 panggilan tak terjawab dari rumah sakit tempat Pelangi di rawat.

"Halo selamat malam. Saya Moondy. Mohon maaf saya tidak mengangkat telpon. Ada apa ya sus?" Tanyaku sambil menelpon balik pihak rumah sakit.

"......."

"Apa ?"

Aku langsung menghamburkan diri dari kasur, bersiap untuk pergi menuju rumah sakit. Kucium kening Cilla sebelum pergi memastikan panasnya sudah turun apa belum dan alhamdulillah panasnya sudah turun.

"Terimakasih sayang. Kamu memang anak keberuntungan ayah." Kataku pada Cilla.

"Pak buk !" Kugedor kamar bapak dan ibuku.

"Ada apa Moondy?" Bapakku kaget mendengarku membangunkan mereka secara kasar.

"Saya harus kerumah sakit sekarang. Saya nitip Cilla pak buk. Panasnya sudah turun, tapi saya takut dia mencari saya."

"Ada apa Moondy? Kenapa semalam ini apakah terjadi sesuatu dengan Pelangi ?"

"Nanti saya kabari buk, pak. Saya pergi dulu. Doakan yang terbaik untuk Pelangi. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Aku mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, air mataku tak berhenti mengalir, aku berharap yang terbaik untuk Pelangi. Cukup 20 menit saja aku sampai rumah sakit, setelah memarkirkan mobil aku langsung berlari menuju tempat Pelangi di rawat. Aku tak bisa berfikir apapun, bahkan aku tak memikirkan keselamatan diriku sendiri di perjalanan, yang ada di fikiranku hanyalah Pelangi.

"Suster, bagaimana keadaan istri saya ? Apa yang terjadi dengannya ?" Tanyaku begitu sampai rumah sakit.

"Mari saya antar bapak. Ibu Pelangi sudah pindah kamar pak." Kata suster tersebut.

Aku mengekor suster melangkah menuju ruangan tempat Pelangi di rawat. Aku merasakan jantungku berdegup luar biasa ketika suster membuka pintu kamar rawat Pelangi. Kulihat Pelangi masih terkulai lemah di ranjang rumah sakit. Matanya masih terpejam, tapi alat-alat jahat itu sudah tidak menempel ditubuh Pelangi. Hanya tinggal selang oxigen yang masih menempel dihidung dan bibirnya.

"Mas ....." Kata Pelangi terbata melihat aku berjalan pelan ke arahnya.

"Alhamdulillah yaAllah." Aku bersujud syukur melihat Pelangi sadar dari komanya. Akhirnya setelah kesabaran dan penantian panjang kami dia sadar juga  

dua cincinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang