SEMARANG

1.5K 89 2
                                    

Aku termenung di meja kerjaku. Sungguh aku bingung dengan masa depan rumah tanggaku. Pelangi dan Bulan adalah masalah yang sangat rumit. Kupikir menjadi seorang pria tampan, pengusaha, berkecukupan, mengerti agama walau masih harus belajar lagi, memiliki dua pendamping yang sama-sama cantik akan membuat hidupku bahagia dan lebih baik, tapi nyatanya malah membuat kepalaku sakit.

"Halo .... " Sapaku pada seseorang di ujung telepon.

"Pak, ada masalah di cabang Tembalang." Kata karyawanku diujung telepon.

"Apa yang terjadi ?"

"Kasir mengalami perampokan pak, beberapa barang berharga hilang, uang kasir juga ikut diambil."

"Saya akan segera kesana hari ini juga."

Aku langsung mematikan ponselku dan segera beranjak menuju mobilku. Belum selesai masalah satu, sudah ada masalah lagi. Bagaimana kepalaku tidak pecah jika semua masalah datang bebarengan seperti ini.

"Halo sayang, aku harus ke Semarang, cabang Tembalang kena musibah. Kamu hati-hati di rumah, jaga kesehatanmu dan anak kita." Kututup telponnya tanpa menunggu jawaban dari Pelangi..

Aku melaju dengan kecepatan tinggi. Buatku ini musibah pertama yang aku alami selama bertahun-tahun aku membangun usahaku.

Selama aku rujuk dengan Pelangi, baru sekali aku mengunjungi cabang restoranku di Tembalang. Aku terlalu sibuk dengan kebahagiaanku dengan Pelangi, sudah kujelaskan bukan diawal bahwa aku tak bisa jauh dari Pelangi ? Aku lebih suka dirumah melihat istriku dan Cilla bermain di rumah.

Drrrrttttt....... Drrrrtttt ...... Ponselku berdering. Kulihat panggilan dari nomer asing. Aku hafal betul nomer belakangnya. Itu nomer Bulan yang baru. Aku memang lupa belum menyimpannya kemarin.

"Halo ..... " Jawabku.

"Halo sayang, kamu dimana ?"

"Aku sedang dalam perjalanan ke Tembalang."

"Kenapa ? Kamu sama siapa ?"

"Aku sendiri. Cabang Tembalang ada masalah. Aku sedang dalam perjalanan kesana."

"Astaga! Masalah apa sayang ? Kamu sampai mana sekarang ? Jemput aku. Aku ikut ya?"

"Tidak usah. Aku bisa."

"Aku tau kamu, biarkan aku membantumu. Tolong ajak aku. Aku akan bersiap sekarang. Kamu sampai kita langsung berangkat. Oke ?" Telpon mati.

Bulan memang paling mengerti aku. Dia mengerti kapan aku sedang bahagia, sedih, pusing apapu situasi yang aku alami dia bisa mengetahuinya hanya dengan mendengar suaraku. Dia juga mengerti tentang bisnis. Kita berdua sama-sama cocok jika masalah pekerjaan. Tidak ada salahnya aku menjemputnya. Disaat seperti ini aku membutuhkan orang seperti Bulan. Dia sudah berpengalaman tentang bisnis. Lalu Pelangi ? Kurasa aku tak perlu memberitahunya. Aku akan menceritakannya nanti saat situasi sudah kondusif.

Kuputar mobilku keluar pintu tol. Aku menuju ke rumah Bulan. Setelah berpamitan dengan kedua orang tua Bulan, kami langsung berangkat menuju Semarang. Tidak banyak yang kita bicarakan selama perjalanan. Bulan mengerti kondisiku. Disaat seperti ini aku biasanya tidak suka banyak bicara.

"Bagaimana bisa seperti ini ?" Tanyaku pada security.

"Maaf pak, saya juga tidak tau darimana datangnya para perampok itu, yang saya ingat tiba-tiba saja ada seseorang yang memukul saya dari belakang, saya trus pingsan. Dan saya tersadar dari pingsan sekitar jam 2 pagi. Saya cek beberapa barang berharga seperti laptop, mesin kasir hilang pak." Jelas securityku.

"Argghhhhhh !" Kubanting meja kerjaku.

"Sayang udah, tenang." Bulan menenangkanku.

"Bagaimana dengan cctv ?" Tanya Bulan pada security.

dua cincinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang