RUKO

1.9K 99 1
                                    

"Mas Moondy, mas bangun mas." Pelangi menggoyang-goyangkan tubuhku.

"Pelangi ?" Tanyaku sambil membuka mataku. Aku kaget melihat Pelangi berdiri di hadapanku. Kulihat jam tanganku, sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Sial aku ketiduran.

"Mas Moondy ngapain tidur disini ?" Tanya Pelangi.

Aku ternyata hanya seorang pecundang. Aku bahkan tak berani mendatangi rumah Pelangi. Rumah kecil itu terlihat sepi di saat malam tiba. Mungkin semua sudah beristirahat apalagi sudah jam 22.00 . Aku hanya mampu melihatnya dari dalam mobilku. Tanpa sadar tertidur, terbangun pukul 02.00 ketika mendengar suara tangisan Cilla. Dia pasti meminta susu. Dulu saat babysiter pulang kampung biasanya kami tidur bertiga, aku yang bangun membuatkan susu untuk Cilla karena kasihan jika harus membangunkan Pelangi.

Pukul 03.00 aku putuskan untuk pergi dari rumah Pelangi, besok pagi aku akan kembali kesini untuk membicarakan semua padanya. Aku tak tau tujuan. Kerumah orang tuakupun tidak mungkin. Pasti papa akan kembali memukuliku. Kerumah yang sudah kusiapkan dengan Pelangipun juga tidak mungkin. Kunci masih kutinggal dirumah papa. Untuk kehotel aku merasa malas. Kuputuskan untuk pergi ke ruko Pelangi. Sembari menunggu pagi untuk bisa bertemu dan berbicara langsung padanya. Tapi tak kusangka aku malah ketiduran di halaman ruko hingga Pelangi datang dan membangunkanku.

"Aku ingin berbicara padamu Pelangi." Kataku sambil merubah posisiku menjadi duduk.

"Tapi tidak dengan cara tidur disini kan mas ?"

"Aku tidak tau lagi bagaima caraku untuk bisa bertemu denganmu jika tidak dengan cara seperti ini."

"Sebentar aku buka ruko dulu. Lalu masuklah mas."

"Biar aku bantu sayang." Kataku, Pelangi melirikku mendengar panggilan sayangku, selebihnya dia melangkah membuka ruko.

Aku membantu Pelangi membuka toko. Dia terlihat begitu mengkhawatirkan aku. Semoga saja perasaanku benar bukan karena aku yang kePDan.

"Beginilah mas rukonya. Belum ada apa-apa karena aku masak disini. Jadi aku belum bisa membuatkanmu minum."

"Biar aku bantu ya ?"

"Tidak usah. Kamu istirahat saja."

"Ngi, aku sudah menalak Bulan. Talak tiga langsung kuberikan padanya. Aku juga sudah menggugat cerai Bulan." Kataku.

Pelangi diam. Tidak ada jawaban. Dia terus saja sibuk menyiapkan masakan untuk dia jualan hari ini.

"Biar aku bantu mengiris bawangnya. Kamu yang lain saja." Kataku.

"Terimakasih." Katanya sambil memberikan pisau padaku. Setelahnya dia mencuci daun bayam.

"Aku sungguh-sungguh ingin bersamamu, aku mencintaimu. Aku serius. Aku tidak bohong. Buatku sekarang masa depanku bersamamu, Cilla dan anak dalam kandunganmu." Lanjutku.

"Jika mau membantuku bantulah aku mas. Tidak perlu berbicara urusan yang lainnya." Kata Pelangi tanpa sedikitpun menoleh melihatku.

Aku meneruskan pekerjaanku mengiris bawang merah, bawang putih, cabe, sayur kol, daun bawang dan beberapa lainnya. Tidak ada percakapan diantara kami. Aku tidak berani berbicara lagi karena takut Pelangi marah padaku.

"Minumnya mas." Kata Pelangi sambil menaruh teh hangat di meja.

"Terimakasih sayang." Ucapku ragu. Kulirik sekilas Pelangi. Tak ada senyum di wajahnya. Sepertinya dia masih marah padaku. Aku membuang nafasku pelan.

"Istirahatlah mas kalau capek." Kata Pelangi. Dan lagi tanpa menolehku.

"Aku gak capek. Pekerjaan begini kecil buatku." Kataku.

"Bisa ?"

"Tentu. Biar begini aku juga bisa masak. Dan masakanku lebih enak daripada masakanmu."

"Buktikan."

Merasa tertantang oleh Pelangi aku memasak makanan. Kusiapkan sayur yang aku sukai, kubumbui sesuai dengan seleraku. Dulu bersama mama aku sering dilatih belajar masak. Kata papa sebagai penerus pemilik cafe aku juga harus bisa memasak, jangan cuma mengandalkan pegawai saja. Aku merasa sombong karena kemarin punya 2 istri jadi untuk apa aku berkutat dengan urusan dapur. Aku bisa memasak untuk itulah aku suka sekali komplain jika ada bumbu yang kurang pas. Aku memasak tumis kangkung. Tak membutuhkan waktu lama, cukup 30 menit dan langsung selesai.

"Sayang, lihat masakanku sudah jadi." Kataku memperlihatkannya pada Pelangi.

"Makanlah."

"Kamu tidak mau mencicipi ? Ini enak lho. Bisa kamu jadikan hidangan juga di warungmu."

"Perutmu sudah keroncongan mas. Makanlah. Ambil yang kamu butuhkan setelah itu kamu bisa menyiapkannya di meja etalase jika kamu ingin menjualnya."

Astaga aku malu sekali Pelangi mendengar perutku yang keroncongan. Jujur saja aku memang lapar. Dari kemarin aku sama sekali belum makan. Sungguh Pelangi ternyata masih seperduli itu padaku.

"Setelah itu mandilah. Bersihkan darah dan tubuhmu. Ambillah perlengkapan mandi di laci di bawah etalase."

Sungguh aku gemas sekali padanya. Dia daritadi berbicara padaku tapi tidak sama sekali melihatku. Tidak taukah dia bahwa aku ingin dia memperhatikanku. Aku ingin dia menanyakan kabarku dan ingin dia menyentuh lukaku.

"Sayang, wajahku sakit. Aku tidak bisa makan, pukulan papa kemarin sungguh membuat gigiku hampir patah."

Sepertinya aku berhasil membuatnya menghentikan pekerjaannya. Dia meletakkan semua alat pertempuran dapurnya. Dia mencuci tangannya dan berjalan kearahku. Tapi dia melewatiku. Tidak ada senyum di wajahnya. Sungguh menyeramkan bagiku.

"Duduklah!" Perintah Pelangi.

Aku mendekati dia, berhadapan dengannya. Sudah hampir satu bulan aku tak dapat melihat wajahnya sedekat ini. Dia makin cantik walau tanpa senyum. Dari sudut matanya terlihat luka hati yang begitu mendalam akan segala perbuatanku. Pelangi mendekat dan membersihkan lukaku. Aku yakin tidak akan mudah baginya untuk melupakan segala perbuatanku. Tapi aku tak akan menyerah untuk mendapatkannya kembali, meskipun aku butuh perjuangan untuk itu.

****

Selesai membersihkan tubuh aku terkejut ketika kembali keruko sudah kudapati Dito berbicang dengan Pelangi. Kenapa lelaki itu harus datang kembali disaat hubunganku sedang keruh seperti ini dengan Pelangi? Melihat Pelangi tersenyum ramah dengan Dito membuat aku semakin cemburu. Dito ini pernah menghasut Pelangi untuk mengajukan gugatan di pengadila, bukan tidak mungkin kalau sekarang dia kembali menghasut Pelangi kalau tau aku dan Pelangi sedang ada masalah lagi.

"Hem..... Hem ..." Aku sengaja berdehem dengan kencang mendekati mereka berdua.

Bug ! Bug ! Bug ! Aku kembali menerima pukulan. Kali ini dari Dito. Aku tidak tau apa yang terjadi sehingga dia berani memukuliku bahkan hampir membuat gigiku patah.

"Mas Dito ! Apa yang kamu lakukan pada mas Moondy ?" Tanya Pelangi sambil menolongku yang tersungkur jatuh ke tanah.

"Mas, kamu gak pa-pa ?" Tanya Pelangi.

"Sakit sayang." Kataku sengaja untuk mendapat perhatian dari Pelangi.

"Sudah lama aku ingin menemuimu. Akhirnya ketemu juga kita disini. Aku bahkan ingin membunuhmu karena sekali lagi kamu menyakiti Pelangi !" Ucap Dito.

"Apa maksudmu ?"

"Kupikir setelah mendapatkan kembali hati Pelangi kamu meninggalkan istri keduamu ! Tak kusangka kamu masih serakah ingin memiliki 2 istri! Dan istri keduamu dengan entengnya datang kemari untuk mempermalukan Pelangi disini !" Kata Dito.

"Benar Bulan kesini sayang ?" Tanyaku pada Pelangi.

Pelangi mengangguk.

dua cincinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang