KOMA

1.6K 82 0
                                    

"Maafkan saya pak." Kataku pada bapak mertuaku yang masih terduduk terdiam tanpa bicara sepatah katapun.

"Saya salah pak. Jika saya tidak membawa Pelangi ke persidangan tentu dia tidak akan mengalami hal yang buruk ini." Lanjutku sambil bersujud di depan bapak mertuaku.

"Saya tau pak kehadiran saya membawa dampak buruk bagi Pelangi. Setelah ini saya akan berjanji pak untuk merawat dan menjaga Pelangi, tidak akan saya menyia-nyiakan dia kembali." Aku bersimpuh dan menangis di hadapan bapakku yang tidak menatapku sedikitpun. Bibirnya terus melantunkan ayat-ayat AlQuran, jari-jarinya terus bergerak berdzikir menyebut nama sang pencipta.

Aku tau bapak pasti kecewa padaku, lagi-lagi aku membawa masalah pada Pelangi. Aku merasa betapa buruknya diriku, karena aku terus-terusan membawa Pelangi dalam masalah dan luka.

"Keluarga ibu Pelangi?" Tanya dokter yang baru keluar dari ruang operasi.

"Kami dok." Papa mendatangi dokter yang mengoperasi Pelangi.

"Alhamdulillah bayinya lahir sehat selamat. Berat 3.6kg dan tinggi 51cm."

"Alhamdulillah....." Ucap syukur kami semua. Aku langsung berdiri dan mendatangi dokter dan kerumunan keluarga yang lain.

"Bapak dengar pak ? Bayinya selamat pak." Kataku pada bapak.

"Lalu bagaimana dengan istri saya dok ?" Tanyaku.

"Alhamdulillah juga ibu Pelangi juga selamat."

"Alhamdulillah ...." Ucap syukur kami semua dan bapak yang sedari tadi duduk mendatangi kami.

"Tapi...." Dokter menghentikan ucapannya, dia nampak menunduk sesaat.

"Tapi kenapa dok?" Tanyaku penasaran.

"Istri bapak mengalami koma. Kami tidak bisa memperkirakan sampai kapan, kita sama-sama berdoa saja ya pak agar beliau bisa segera sadar dan pulih."

Mulutku menganga mendengar penjelasan dokter. Setidaknya kedua orang berhargaku berhasil selamat meski Pelangi harus koma, aku percaya Pelangi masih bisa sadar dan kembali ke pelukan kita semua.

"Lalu apakah saya bisa melihat anak dan istri saya ?"

"Segera setelah suster membersihkan bayinya. Dan untuk ibunya tunggu sampai pindah ke ruang rawat. Tapi tolong secara bergantian ya. Saya permisi dulu."

Kami semua mengucap syukur karena Tuhan masih adil pada kami. Memberikan keselamatan pada Pelangi dan putraku. Meskipun Pelangi harus masih perawatan dalam keadaan koma. Aku melihat bapakku bersujud syukur pada sang pencipta. Papaku juga mengusap punggung bapak memberikan support pada bapak.

*****

Hari ini tepat sudah satu bulan dari semenjak Pelangi dinyatkan koma, tapi Pelangi belum juga sadar dari komanya. 3 hari dirawat di rumah sakit Semarang aku putuskan untuk merujuk dia kerumah sakit Dr Oen Solo agar lebih dekat dengan keluarga. Apalagi ada Cilla juga dirumah. Setiap hari dia terus menanyakan dimana mamanya, dan saat itulah hatiku merasa teriris karena aku terpaksa harus berbohong pada Cilla. Setiap hari Cilla bersama dengan Pelangi, lalu tiba-tiba dia tidak bisa melihat Pelangi dalam waktu lama. Putra kecilku belum kuberi nama, aku masih menunggu Pelangi sadar untuk memberikan nama yang mengandung beribu doa untuk putra kecil kami.

Aku memutuskan untuk membagi kedua anakku dengan kedua keluargaku, bukan karena aku tidak mampu untuk merawat dan membesarkan mereka, tapi aku sendiri juga harus mmebagi waktuku untuk anak-anak, Pelangi dan pekerjaanku. Biaya perawatan rumah sakit Pelangi cukup mahal aku harus benar-benar extra bekerja untuk memberikan yang terbaik untuknya. Sementara Cilla bersama mertuaku, putra kecilku dirawat oleh mamaku. Hampir setiap hari aku mengantar jemput ibu dan Embun kerumah mama atau kadang sebaliknya agar Cilla dan adiknya saling mengenal.

Proses sidang ceraiku masih berlanjut. Bulan meminta harta gono gini. Dia meminta rumah yang pernah kita tinggali selama di Semarang, tanpa pikir panjang kuberikan rumah beserta isi padanya. Dia juga meminta uang mut'ah sebesar 200 juta, aku berikan semua padanya agar segera permasalahanku cepat selesai. Apa dia pikir aku akan takut kehilangan segalanya karena menceraikannya ? Tidak sama sekali. Jika perlu semua harta benda yang dia minta akan aku berikan asal dia tidak pernah muncul lagi dalam kehidupanku dan Pelangi. Aku tau dia sengaja meminta gono gini untu mengancamku.

Atas apa yang terjadi pada Pelangi aku juga meminta pengacaraku untuk menuntutnya. Jika bisa hukuman seberat-beratnya pada Bulan. Orang tua Bulan sempat memohon padaku agar aku mencabut tuntutanku pada Bulan, mereka berjanji jika setelah ini Bulan tidak akan mengganggu kami lagi, tapi tidak semudah itu aku bisa percaya, apalagi melihat kondisi Pelangi sama sekali tidak ada perubahan dari hari kehari.

"Apa kamu tega menjebloskan istrimu sendiri ke penjara Moondy ?" Tanya ayah Bulan saat kami selesai persidangan.

"Jika Bulan saja tega melakukan hal buruk pada Pelangi kenapa saya harus tidak tega untuk menjebloskan Bulan ke penjara ?"

"Dia begitu karena dia terluka olehmu Moondy."

"Terluka ? Bulan sudah saya minta untuk berpisah dengan baik-baik, tapi apa yang dia lakukan ? Dia bahkan melakukan hal bodoh yang membuat Pelangi sekarang terbaring koma di rumah sakit dan hampir saja membuat anak saya meninggal!" Teriakku pada kedua orang tua Bulan.

"Kamu jangan hanya memikirkan Pelangi dan anak-anakmu, fikirkanlah bagaimana Bulan yang mendampingimu selama ini, dia seperti itu juga ada alasannya Moondy."

"Hukum akan tetap berjalan apapun yang terjadi. Jika tidak begini, Bulan tidak akan pernah merasa jera dengan kejahatannya." Kataku sambil meninggalkan orang tua Bulan.

Aku bahkan jarang mengurus diriku sendiri, aku habiskan waktuku untuk bekerja mengumpulkan pundi-pundi rejeki untuk biaya rumah sakit Pelangi, aku juga harus menyempatkan waktuku untuk Cilla, aku tidak ingin dia kekurangan kasih sayang dari orangtuanya. Pelangi yang koma dan aku harus menggantikan posisi Pelangi sebagai ibu dan ayah untuk Cilla. Hari ini sepulang dari persidangan aku mendatangi Pelangi ke rumah sakit, tak lupa kubawakan bunga lili putih kesukaannya. Setiap hari aku terus menggantikan bunga lama dengan bunga baru di samping ranjang tidur panjangnya.

"Sayang aku disini. Maafkan aku jika datang terlambat hari ini. Aku harus mengurus cafe dulu di cabang SoloBaru." Kataku pada Pelangi yang masih berbaring lemah. Kugenggam tangannya yang terkulai lemas.

"Jika kamu ingin menghukumku, kamu sudah berhasil sayang. Ini sudah cukup membuatku tersiksa. Kumohon sadarlah, bangunlah sayang." Aku menangis sambil memegang erat tangannya.

"Putra kecil kita menunggumu memberikan nama untuknya, apa kamu tidak ingin melihatnya ? Dia tampan sekali, mirip seperti kamu. Cilla juga terus mencari kamu, aku harus berbohong lagi sampai kapan sayang ?"

Beginilah yang aku lakukan setiap hari pada Pelangi, aku terus mengajak dia berkomunikasi meski tak ada sama sekali respon darinya. Apa saja yang aku dan anak-anak lakukan selalu aku ceritakan padanya, aku masih berharap dengan ini Pelangi bisa kembali sadar.

Kata dokter jika Pelangi bisa sadar kembali itu adalah suatu anugrah, karena sekarang hidup Pelangi hanya bergantung pada alat-alat yang menempel di tubuhnya.

dua cincinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang