DITO

1.6K 96 6
                                    

Pukul 11 malam aku sampai rumah di Semarang. Lelah sekali rasanya. Selama seminggu ini aku terus bolak balik ke Solo untuk selalu menemui Pelangi, bukan menemui, lebih tepatnya melihat Pelangi. Meski tidak bisa berbicara dengannya hatiku sudah cukup bahagia melihatnya, setidaknya aku masih bisa mendampingi dirinya walau harus sembunyi-sembunyi.

Sudah 2 malam terakhir aku tak melihat Bulan. Semenjak aku mengajukan surat perceraian itu hubungan kami lebih dingin. Meskipun dia belum menandatangi surat itu tapi hubungan kami tetap tak sehangat dulu.

Saat aku hendak masuk ke kamar, mobil Bulan berhenti di depan rumah. Kulihat dia dari jendela. Dia bersama dengan seorang pria. Aku tidak tau itu siapa, aku belum pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya. Dia memapah Bulan masuk ke rumah.

"Permisi." Ucapnya.

"Iya, sebentar." Kataku sambil membuka pintu.

"Ini pak saya mengantar Bulan pulang, dia mabuk sekali." Kata pria itu sambil menyerahkan Bulan padaku.

"Iya terima kasih mas, maaf merepotkan ya ?"

Bulan mabuk. Baru pertama kali aku melihatnya mabuk. Setelah berbincang sebentar, kutahu bahwa pria itu ada pelanggan club malam dimana Bulan mabuk-mabukan. Aku sungguh tak menyangka Bulan seperti ini. Dia tak berusaha untuk memperbaiki diri, tapi membuat dirinya terlihat buruk dimataku. Kupapah dia masuk ke dalam kamar, bau alkohol dan rokok sangat menyengat keluar dari tubuhnya.

****

"Aku berangkat dulu." Kataku berpamitan dengan Bulan.

"Kamu tadi malam membawaku ke kamar kan ?"

"Iya. Kamu mabuk semalam. Dan seorang pria mengantarmu."

"Dia baik ya mau nganter aku pulang. Padahal aku belum kenal sama dia."

"Iya. Lain kali telponlah aku, jangan merepotkan orang lain jika kamu sedang mabuk.

"Kamu nanti pulang larut lagi ?"

"Iya. Banyak pekerjaan yang harus aku lakukan."

"Pekerjaan untuk mengintai Pelangi maksudmu ?"

Aku menoleh melihat Bulan. Tak kusangka dia tau apa yang aku lakukan.

"Jika dulu kamu marah saat Pelangi diantar oleh seorang pria saat pulang kerja, tidakkah sekarang kamu juga marah saat aku diantar oleh pria lain ?"

Aku tau itu adalah bagian dari rencana Bulan. Dia melakukan itu untuk membuatku cemburu. Tapi entahlah, tidak ada kecemburan sedikitpun untuknya.

"Bulan, kamu sudah dewasa. Sudah bukan waktunya melampiaskan kekesalanmu dengan cara seperti itu. Perbaiki dirimu. Dan tolong segera tanda tangani surat itu. Aku ingin persidangan segera dimulai." Kataku memohon sebelum melangkah pergi meninggalkan Bulan.

"Bahkan mendekati Pelangi saja kamu tidak berani, bagaimana bisa kamu mendapatkan hati Pelangi lagi ? Aku tau apa yang kamu lakukan setiap hari. Kamu jahat Moondy !" Teriak Bulan, namun aku sedikitpun tidak menghengtikan langkahku memasuki mobil.

***

"Kopi satu mbak." Pesanku pada Pelangi.

"Baik pak." Jawabnya.

Warungnya sedikit sepi dari hari kemarin. Mungkin karena ini hari Sabtu. Kebanyakan ruko sebelah sudah pada tutup lebih awal, jadi warung makan milik Pelangi menjadi lebih sepi.

"Silahkan diminum pak." Kata Pelangi sambil menaruh kopi di mejaku.

"Terimakasih pak."

"Maaf pak boleh saya tanya ?" Tanya Pelangi.

dua cincinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang