Hai hai hai everyone!!!
Apa kabar hari ini? Sehat selalu ya!!
●Happy Reading●
"Mas! Gak bisa gitu dong! Zal itu harus jadi Dokter!"
Zal terdiam, ia masih berdiri tepat di samping Ren. Ren hanya bisa memegang bahu Zal menguatkan bahu Zal agar tidak selalu turun.
"Cepat kerja bersama Tante kamu Zal, Mamah pengen lihat kamu jadi Dokter, jangan selalu di tunda!" ucap Felisa kembali.
Sampai saat ini Zal masih tidak tahu apa alasan dari Felisa agar Zal menjadi Dokter. Zal sedari kecil tidak ada niat sama sekalipun untuk menjadi Dokter. Ia ingin mengikuti kemauan nya.
Zal menahan tangis nya, ia tidak boleh menangis. Ia menatap Ren sekilas, Ren hanya tersenyum dan tangan nya masih berada di bahu Zal. Zal menundukkan kepala nya.
"Gak! Udah cukup untuk Zal selalu mengikuti kemauan Mamah selama ini" akhirnya beberapa kalimat itu terlontar dari mulut Zal.
Zal menghapus air mata nya "Mah, gak semua nya berjalan sesuai kemauan Mamah" Zal menghapus air mata nya yang bermulai jatuh "Biarin Zal sama Zac milih sendiri, Zal pengen jadi Penulis, Zal pengen nerbitin buku, dan biarin Zac ikutin kemauan nya juga"
Zac yang sedari tadi hanya diam itu kini mengangguk mantap "Udah ya Mah? Kasian Kak Zal, Kak Zal juga punya pilihan nya sendiri, toh pilihan Kak Zal gak buruk kok" ucap Zac yang masih bisa tersenyum, Zac mendekati Felisa.
Felisa menggelengkan kepala nya "Kalian berdua harus ikutin kata Mamah, gak boleh ada yang ngelanggar!" seru Felisa.
Zal hanya tertawa mendengar nya "Cukup Mah! Sehatin diri Mamah dulu, dari kondisi Mamah, Zal tau apa penyakit Mamah, Zal tau, cukup!"
"BAGUS! BAGUS KALAU KAMU TAU PENYAKIT MAMAH! SEHARUS NYA KAMU KALAU TAU, KAMU SEHARUSNYA IKUTIN KEMAUAN MAMAH!!" teriak Felisa di dalam ruangan itu.
Herry hanya bisa terdiam, ia tak boleh terpancing emosi oleh suasana ini "Udah! Percuma saya kesini jika terus saja bertengkar! Saya hanya ingin keluarga ini baik-baik saja! Kalian tidak malu?! Disini ada yang belum menjadi anggota Melusina!"
Zal dan Zac terdiam, termasuk Felisa. Sedangkan Ren hanya terus memberi ketenangan untuk Zal agar tidak terus kepancing emosi.
Zal memeluk Ren, ia sudah tidak kuat di dalam ruangan ini. Seharusnya dari awal Zal tidak datang untuk menjenguk Felisa.
Bukan nya Zal tidak peduli dengan Felisa, Zal hanya tidak mau penyakit Felisa bertambah buruk nantinya.
Zal terus menangis dalam pelukan Ren, Ren mengelus punggung Zal ia bahkan tak perduli jika menunjukkan kasih sayang nya kepada Zal di depan kedua orang tua Zal.
"Bawa gw keluar Ren" ucap nya di tengah isakan tangisnya.
Ren memberi isyarat kepada Herry jika dirinya dan Zal akan keluar. Herry mengangguk, lalu Ren membawa Zal keluar dari ruangan.
"Mau gini terus sampai jemput sekolah Rai?" ujar Ren, ia berniat akan menghibur Zal agar tidak sedih.
Zal melepaskan pelukan nya, ia menggandeng tangan Ren. Ia benar-benar membutuhkan Ren untuk saat ini mungkin hingga kedepan nya?
•🦋•
Selama menuju perjalanan ke sekolah Raizan, Zal hanya menghapus air mata nya. Ia tak mau terlihat habis nangis di depan Raizan.
Zaltana keluar dari mobil bersama Ren di samping nya, terlihat Raizan sedang memakan ice cream bersama seorang lelaki.
Raizan menampakkan muka senang nya dan senyum nya yang lebar. Zal menghampiri Raizan begitu dengan Ren yang selalu ada di samping Zal.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA [TAMAT]
Teen FictionSeorang CEO muda yang bertemu dengan gadis cantik, pintar dan juga memiliki sifat dewasa. Renjana Bastien Clifton, atau sering di sebut Tuan Ren merupakan anak terakhir yang harus membangun dan meneruskan kerjaan Almarhum Papa nya. Ditemani seorang...