THREE

2.2K 192 1
                                    


"ASTAGA"

"Ho ho ho, maafkan kakek ini telah membuatmu terkejut anak muda." Ujar seseorang yang ternyata seorang kakek-kakek.

"Tidak apa-apa kek! Saya juga minta maaf telah berteriak seperti tadi." Sesal aileen.

Kakek itu hanya tersenyum dan saat matanya menatap benda yang ada di genggaman aileen, senyumnya pun semakin lebar hingga membuat matanya menyipit.

Aileen yang melihat senyum lebar sang kakek merasa sedikit aneh.

Saat akan bertanya pada sang kakek. "Kakek ken-" Ucapannya terpotong karena kedatangan sena yang tiba-tiba dengan raut wajah paniknya.

"Leen lo kenapa teriak tadi? Ada setan? Atau dedemit?" Tanya sena dengan paniknya.

"Gapapa sen."

"Terus kena-" Belum sempat menyelesaikan ucapannya terdengar suara deheman seseorang.

"Ekhm"

Sena yang mendengar suara dehemanpun, menyadari ada orang lain disini. Lah sejak kapan ada aki-aki bau tanah disini? Batin sena dengan kurang ajarnya.

"Eh ada kakek hehe..! Oh iya kakek pemilik toko ini bukan?" Tanya sena.

"Benar ini toko milik saya."

"Kalau gitu, kakek masih ngejual sepatu ice skating ga?"

Sang kakek hanya mengangkat satu alisnya dan tersenyum, "Saya tidak pernah menjual bahkan memiliki sepatu yang kamu maksud."

"Yang saya jual hanya kalung yang dipegang oleh temanmu itu." Lanjut sang kakek.

Aileen yang dari tadi diam pun terheran. Bukannya sena bilang kemarin melihat sepatu yang dia inginkan, tapi kakek itu bilang dia tidak pernah memiliki sepatu itu.

"Tapi kemarin saya lihat ada sepatu ice skating di dekat jendela sana." Ujar sena sambil menunjuk tempat sepatu yang sebelumnya dia lihat kemarin.

Kakek hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban dari sena.

"Kalau gitu kalung ini saya beli."




****



"Udah sen, kamu bisa cari sepatunya di tempat lain."

"Padahal sepatunya bagus banget. Gue yakin, gue ga salah liat. Kemaren tuh sepatunya ada masa sekarang ga ada. Kalau kejual kan wajar tapi apa tuh kata kakek-kakek, dia ga pernah ngejual sepatu ice skating aneh amat. Masa iya matu gue rabun." Ucap sena dengan panjang lebarnya.

Setelah keluar dari toko antik thavma, aileen dan sena pun beristirahat di sebuah taman yang tak jauh dari tempat sebelumnya.

"Tapi tumben lo beli kalung? Biasanya juga ogah pake perhiasan!"

"Ga tau, waktu ngeliat kalung ini tadi rasanya kalung ini emang harus aku milikin." Aileen jadi ingat ucapan kakek itu. Kalau kalung ini akhirnya telah menemukan pemiliknya. Tapi apa maksudnya, batin aileen.

"Kalungnya cantik si, tapi hawanya tuh kalung ga enak." 

"Ga enak gimana?"

Sena hanya mengangkat bahunya.

"Udah lah sekarang kita pulang aja." Ajak sena sambil beranjak dari duduknya.

"Iya."

Setelah mereka pergi dari taman, terdengar suara lirihan dari seseorang.

Sebentar lagi takdir akan menjemputmu wahai gadis dalam ramalan.


****


Kini disebuah kediaman mewah, terlihat sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak perempuan.

Setelah makan malam, mereka tengah berkumpul di ruang keluarga.

"Bagaimana sekolah kamu aileen?" Tanya pria paruh baya yang merupakan ayah dari aileen.

"Baik pah."

"Terus kapan kamu ngenalin pacar ke mamah?" Kini sang mamah lah yang bertanya.

"Mah aku ga ada waktu buat pacaran." jawab aileen.

"Lagian buat apa si pacaran buang-buang waktu aja." Lanjutnya.

"Dasar anak ambis!" Cibir kedua orang tuanya.

"Mana ada."

HENDRA SAMUDERA dan NAURA MABELLA itulah nama dari orang tua aileen. Sang papah yang merupakan pengusaha dibidang properti dan batu bara. Sedangkan sang mamah merupakan dokter bedah di rumah sakit miliknya.

Walaupun orang tuanya sibuk bekerta, tapi mereka tetap meluangkan waktu untuk berkumpul bersama anak kesayangan mereka.

Mereka tidak menuntut aileen untuk menjadi sempurna dan memberikan kebebasan dalam menentukan masa depan.

Oleh karena itu, aileen terus belajar dan menjadi terbaik agar tidak mengecewakan orang tuanya. Itu pilihannya sendiri.

"Yaudah sekarang kamu tidur ya sayang udah malam, besok kan masih sekolah."

"Iya, aileen ke kamar ya pah mah good night."

"Good night to sayang."

Cup

Cup

Setelah mencium pipi kedua orang tuanya aileen pun beranjak menuju kamarnya.

****

Di dalam kamar yang gelap terlihat gadis cantik yang tengah tertidur pulas. Tanpa menyadari jika kalung yang berada di atas meja belajarnya, kini mengeluarkan cahaya putih kebiruan yang menyilaukan.

Dan takdir yang digenggam olehnya kini akan dimulai.





TBC

AILEEN'S WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang