(9) Mengintip Yang Tertidur

133 25 12
                                    

Xiaojun membuka matanya perlahan, mengerjap lembut dan akhirnya sadar dirinya berada di kamarnya.

Oh Xiaojun ingat, Hendery yang membawanya kemarin dan juga merawatnya.

Xiaojun menoleh kesamping, dia tidak menyukai kamarnya gelap jadi dia memiliki lampu tidur untuk memberi sedikit cahaya. Diantara cahaya temaram kamarnya, di lantai ada segunduk selimut.

"Hendery?" ucap Xiaojun lirih. Dia menatap Hendery yang tertidur di kasur lipat, suara dengkuran halus yang dia dengar menandakan anak itu sudah tertidur pulas.

Xiaojun bangun dari tidurnya, kondisi tubuhnya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Dia berjongkok di sebelah Hendery, menatap lamat-lamat wajah tertidur pria itu.

"Emh..." Xiaojun yang tiba-tiba merasa malu dengan cepat menyembunyikan wajahnya di lipatan lututnya. Dia sendiri tidak tahu merasa malu untuk apa tetapi melihat mereka akhirnya telah berbaikan menurutnya membuat Xiaojun dirundung kebahagiaan di dadanya.

Xiaojun dengan cepat berbalik kembali ke ranjangnya dan tertidur lagi, dia harus segera pulih agar bisa membalas kebaikan Hendery.

Di tengah redupnya lampu, Hendery membuka matanya dan menatap kearah punggung Xiaojun yang tadi mengintipnya tidur.

Bakatnya untuk menirukan suara dengkuran Lucas ada gunanya juga.

●●●

Paginya Xiaojun bangun lebih awal, walau tadi subuh dia terbangun sebentar dia masih bisa tertidur pulas dan bangun dengan keadaan segar bugar setelahnya. Xiaojun melempar selimutnya kesamping, dia melihat kasur lipat dilantai sudah tersusun rapi.

Hendery sudah bangun.

Saat Xiaojun ingin keluar kamarnya, pintu terbuka dan menampilkan ibunya. Nyonya Xiao menatap lega melihat anaknya sudah lebih baik dari keadaan kemarin.

"Sayang, kamu sudah sehat?" Ibunya menempelkan punggung tangannya ke kening Xiaojun, merasakan suhu normal sama dengan suhu tubuhnya sendiri.

Xiaojun mengangguk pelan, "maaf mommy sudah membuatmu khawatir."

"Lebih dari khawatir. Saat pulang tadi malam, mommy mengira ada maling masuk rumah tapi ternyata itu nak Guanheng. Astaga, beruntung itu nak Guanheng. Tapi saat nak Guanheng bilang kamu demam, jantung mommy hampir melompat keluar. Mommy bersyukur kini kamu sudah sehat, sayang." Nyonya Xiao memeluk kepala anaknya lalu memberi kecupan lembut seorang ibu.

Xiaojun yang melihat ada Hendery yang sudah rapi dengan seragamnya berdiri di depan pintu kamar lagi cekikikan, membuat Xiaojun segera melepaskan jeratan dari ibunya.

"Hendery!" pekik tertahan Xiaojun, dia menahan malunya saat melihat Hendery memberikan tawa meledek padanya. Bukannya marah, Xiaojun sedikit merasa lega -mungkin itu karena Hendery sudah tidak marah padanya.

"Nak Guanheng, sudah selesai bersiap-siap? Ayo ke dapur, sarapan sudah tante siapkan."

"Eh? Tidak perlu repot tante, saya mau langsung pulang saja. Terima kasih sudah diizinkan menginap disini tadi malam."

"Tidak perlu berterima kasih, kamu sudah menjaga Xiaojun tadi malam. Tante yang harusnya berterima kasih. Ayo, tante sudah buatkan sarapan, kita makan bersama." tawar nyonya Xiao dengan senyum ramahnya. Hendery hanya bisa terdiam dan mau tidak mau menurut, dia tidak bisa berkata-kata di hadapan ibunya Xiaojun yang sangat berbeda dengan ibunya sendiri.

Nyonya Xiao keluar dari kamar anaknya. Kini Hendery yang masuk ke kamar Xiaojun, dia ingin mengambil skateboardnya. Untuk tasnya, itu ada bersama Lucas. Jadi saat di sekolah nanti, Lucas akan membawanya.

Bad romance. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang