(2) Skateboard

403 47 34
                                    

"Hahahaha, lama-lama kamu lucu juga kalau marah. Ohya, namaku Hendery, panggil saja Hen atau Dery. Kamu?"

Xiaojun mengerjap pelan menatap Hendery yang tersenyum padanya, dia membuang muka lalu mendengus.

"Hendery? Sok keren -dan buat apa aku memberitahu namaku."

"Eh? Bukan-bukan, Hendery itu benar-benar namaku, secara resmi tercantum di kartu pelajar dan pasporku. Jadi, namamu?"

Xiaojun memandang aneh si Hendery ini, sebenarnya Xiaojun juga merasa aneh pada dirinya sendiri karena membiarkan dirinya berdiam diri disana lebih lama dengan Hendery dan mengobrol dengan pemuda itu. Matanya menatap menelisik dari bawah keatas penampilan si Hendery.

Saat beberapa saat Xiaojun baru menyadari kalau Hendery ini adalah pemuda yang sama yang dia temui di halte bus yang naik skateboard dan memberi tatapan genit kearah Xiaojun!

"Tunggu! Kamu bukannya. . ."

"Hm? Kamu mengenalku?"

"Ah, tidak, tidak kenal." ucap Xiaojun akhirnya, mungkin dia salah mengira kalau pemuda ini adalah orang yang sama dengan pemuda yang dia lihat dihalte bus itu karena pemuda tadi pagi yang Xiaojun lihat dia akui sangat menawan, sedangkan pemuda ini terlihat kumal. Xiaojun saja baru menyadari ada noda seperti oli menempel di lengan atas bajunya dan celananya.

"Sudah ya, aku pergi." Xiaojun melangkah menjauh dari sana dan dari si Hendery juga. Buat apa Xiaojun berlama-lama didekat makhluk asing itu, dia juga harus segera pulang karena langit mulai menggelap.

Tapi nasib berkata lain, Hendery malah mengejarnya dan mengikutinya dengan menaiki papan skateboard miliknya. Berdiri diatas papan yang nergulir lambat menyesuaikan langkah Xiaojun.

Hendery masih tersenyum tanpa lelah, dia menatap Xiaojun yang membuatnya heran karena terus menatap penampilan dirinya dengan tatapan curiga. Tapi Hendery tidak ambil pusing.

"Kulihat kamu keluar dari rumah Kun-ge? Apa kamu sedang mencari pekerjaan?" tanya Hendery.

"Buat apa kamu mau tau?"

"Nanya."

"Ck, bukan urusanmu."

Lalu keduanya terdiam, Xiaojun mengecek ponselnya dan dia mendapatkan pesan dari ibunya yang memberi pesan dia sudah dari tengah hari tadi meninggalkan rumah untuk mendatangi tempat kerja barunya dan yang berarti hari kedua Xiaojun di rumah baru, dia sendiri lagi

Bukan masalah sebenarnya, selama ibunya ditugaskan di Guangdong Xiaojun juga sering sendiri dirumah. Walau terkadang Xiaojun masih merasa asing karena kehilangan sosok ayah yang membuat semuanya berubah.

"Hei, kamu baru pindah kesini ya?" ucap Hendery memecah lamunan Xiaojun.

"! -kamu masih disini? Mau menguntitku ya?!" Xiaojun menatap si Hendery yang masih berdiru diatas papannya, menikmati cahaya senja langit sore dan semilir angin lembut.

"Secara teknis, aku kebetulan ingin kesuatu tempat dan rute paling cepat lewat sini. Jadi aku tidak benar-benar menguntitmu." ucap Hendery, kakinya sesekali mendorong untuk menambah laju gerak papannya.

Xiaojun memutar bola matanya jengah, akhirnya Xiaojun mempercepat laju langkahnya.

"Tapi ngomong-ngomong aku tadi bertanya namamu belum kamu jawab?"

"Berhentilah mengangguku, kamu tau apa itu privasi kan?!"

"Ahahaha, maaf maaf." Hendery tertawa canggung. "Tapi aku bermaksud menawarankan pekerjaan di tempat aku bekerja. Kau tertarik?"

"Huh?"


●●●

"Kita mau kemana? Hei!" Xiaojun menatap daerah disekelilingnya, mereka berada di gang sempit diantara perumahan padat. Xiaojun terus menatap punggung si Hendery yang berjalan didepannya, masih menaiki papan skate-nya tanpa kesulitan di medan sempit begini.

Bad romance. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang