(12) Mengukir Melon

116 18 14
                                    

🪷🪷🪷

Rasanya sangat berat sampai Xiaojun tidak bisa berhenti membuka dan menutup matanya sampai tengah malam. Dia masih diganggu pikiran yang mengacaukan otaknya, ditambah lusa besok Xiaojun merencakan untuk pergi kencan.

Xiaojun diam, bagaimana cara dia memberitahu ibunya? Anak semata wayangnya telah di pacari oleh cowok!

Karena hal itu membuat Xiaojun tidak bisa tidur. Satu helaan napas berat keluar, menatap plafon kamarnya dan pikiranya langsung melayang jauh.

Xiaojun berpikir dia tidak akan ambil pusing untuk memberitahu ibunya tentang ini dan tidak juga membiarkan ibunya tahu. Dia akan menyembunyikan hubungan ini, dan toh ini hanya pacaran seperti anak muda pada umumnya. Untuk hubungan jangka panjang kedepannya, Xiaojun tidak memikirkannya. Bukannya tidak peduli, hanya tidak berani.

Tetapi untuk Hendery sendiri, Xiaojun jujur khawatir Hendery bisa di hajar oleh orang tuanya.

Berbicara tentang Hendery, tatapan Xiaojun berubah sendu, dia mulai membayangkan seperti apa kehidupan yang Hendery miliki. Apakah dia selalu tersiksa dengan sikap orang di keluarganya? Bagaimana cara anak itu bisa bertahan? Hendery yang lahir dari keluarga yang anggap saja kekayaan tidak akan habis tujuh turunan sampai rela bekerja paruh waktu dan sampai menyewa flat yang katanya rumah singgahnya. Xiaojun tahu di luar sana masih ada banyak anak yang memiliki konflik internal dengan keluarga mereka sendiri tetapi dia sendiri masih tidak bisa membayangkannya.

Tidak mau terlalu larut dalam pikiran malamnya, dia Xiaojun segera menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Tidak perlu waktu lama, Xiaojun akhirnya jatuh tertidur dengan mimpi tidak karuan dan terbangun keesokkan paginya dengan wajah kuyu.

Nyonya Xiao yang memiliki shift malam membuatnya memiliki waktu banyak di pagi hari dan bangun awal untuk membuat sarapan.

Ibu Xiaojun dikejutkan dengan wajah pucat anaknya. "Sayang, kenapa kamu pucat? Kamu tidak enak badan lagi?"

Xiaojun duduk di kursi dengan senyum tipis, "tidak mom, aku sehat kok."

"Tapi kamu pucat." Nyonya Xiao ingin mengambil termometer di kotak P3K tapi di hentikan Xiaojun.

"Bukan apa-apa, tadi malam aku hanya mimpi buruk." Xiaojun meminum susu hangat perlahan, dan perlahan juga mimpi seram tadi malam menghantuinya lagi. Tubuh Xiaojun merinding.

"Mimpi apa?" tanya Nyonya Xiao.

Xiaojun menarik senyum masam menjawab: "Mimpi dicium kuda aneh."

Kata orang jaman dulu, mimpi bertemu kuda ada yang pertanda baik dan buruk; tergantung situasi di mimpinya. Tetapi Xiaojun tidak mempercayai itu semua dan masih trauma dengan isi mimpinya tadi malam.

Bagaimana bisa Hendery muncul di mimpinya dan melakukan hal tidak senonoh padanya?! Di atas ranjang!

Maksudnya itu benar-benar sosok Hendery yang muncul bukan kuda sungguhan, tapi dia tidak mungkin dengan gamblang bilang ke ibunya kalau dia mimpi di -ah, lupakan!

Xiaojun frustasi karena itu dan langsung berlari ke kamar mandi, mengecek apakah ada yang salah dengan tubuhnya tetapi beruntungnya tidak ada.

Pagi ini, Xiaojun berseluncur pelan denagn papan skatenya menuju sekolah.

Semilir angin menyapu wajah halusnya di pagi hari membuatnya tidak tahan tidak menarik senyuman tipis. Seolah mimpi buruk perlahan bersembunyi di balik batu.

"Memang yang paling indah itu memandang wajah kekasih yang tersenyum lembut kepada langit dan bumi, bisakah aku menjadi egois untuk memiliki senyuman itu untuk diriku sendiri?"

Bad romance. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang