(21) Yang Telah Terungkap

77 9 3
                                    

Pertengahan bulan November kian dingin dan banyak murid berganti ke baju yang jauh lebih hangat.

Xiaojun berjalan melewati gerbang dengan skateboard kesayangannya di sisi kirinya dan tangan kanannya memegang sebuah cincin berwarna perak berkilau.

Cincin pemberian Hendery kemarin.

Dia belum memakainya dari semalam karena merasa sayang dengan benda mahal itu. Cincin kecil itu terlalu indah dan terlihat sangat berharga, jadi dia enggan menggunakannya.

"My Jun, pagiiiii." Xiaojun buru-buru menyembunyikan cincin ke saku mantel hangatnya saat Hendery tiba-tiba muncul entah dari mana. Dia melirik Hendery yang mengenakan mantel putih, mantel yang sama dengan mantel yang dia kenakan. Itu juga mantel yang mereka beli bersama kemarin. Pipi Xiaojun menghangat.

Hendery langsung terpaku melihat Xiaojun yang mengantongi cincinnya, "Loh, cincinnya belum kamu pake?"

Xiaojun menggelengkan kepala. "Aku tidak terbiasa memakai cincin."

"Kamu tidak suka ya?"

"Bukan. Kan sudah kubilang aku tidak terbiasa. Cincinnya bagus dan aku suka, tapi..."

Hendery tersenyum, dia pun meminta cincin Xiaojun. Xiaojun menurut saja dan memberikan cincin pada Hendery. Xiaojun pikir Hendery ingin mengambil kembali cincinnya tetapi nyatanya dia memegang tangannya dan tanpa ragu memasangkan cincin itu di jari tengah kanan Xiaojun.

Hendery menatap bangga kearah jemari ramping nan mungil Xiaojun dengan cincin pemberiannya.

Xiaojun segera menarik tangannya. Mulutnya langsung kesemutan sesaat karena banyak pasang mata yang memerhatikan mereka dan ditambah muka idiot Hendery yang tidak peka dengan sekitarnya.

"Bodoh, Hendery. Lihat sekitar dong, kita ini lagi di sekolah." protes Xiaojun.

"Kenapa kalau di sekolah? Aku hanya memasangkan cincin kok." ucap Hendery dengan wajah lugu dibuat-buat.

"Lagipula kalau kamu kantongi begitu saja nanti bisa hilang." katanya lagi sambil tersenyum tengil. Xiaojun sendiri diam.

"Benar juga, harusnya tadi tidak kubawa. Kalau beneran hilang aku tidak ada uang untuk ganti rugi." cicit Xiaojun dengan suara kecil. Dia tidak memikirkan tentang itu dan bersyukur dia belum menghilangkan hadiah dari Hendery.

"Kamu tidak perlu ganti rugi kalau cincinnya hilang, kok. Jangan cemaskan soal itu."

"Um, berarti kalo hilang kamu tidak marahkan, Heng?"

"Tidak kok. Ya, tapi bukan berarti bisa kamu hilangkan begitu saja. Tidak, bukan, kalau hilang berarti karena sudah takdirnya hilang, ya gapapa. Tapi jangan sampai hilang, kumohon." Hendery kebingungan untuk menjelaskannya, melihat itu Xiaojun tersenyum geli dibuatnya.

Hendery berkata lagi, "Anggap aja cincinmu itu jantungku, aku menitipkan jantungku padamu."

Xiaojun tertegun, tanpa sadar mengeratkan jari-jarinya yang telah terpasang cincin perak. Dia berkata dengan pelan, "Kalo begitu, pasti ada saatnya nanti kamu bakal mengambil jantungmu ini dong? Kalo tidak, kamu tidak bisa hidup?"

"Kata siapa? Aku akan terus hidup jika jantungku ada padamu, Jun."

"Idih, gombal."

Hendery tertawa puas sebagai balasan dan keduanya berjalan berbarengan menuju kelas mereka.

●●●

Wajah suka cita menghiasi wajah seluruh murid karena tidak lama lagi mereka akan menghadapi liburan musim dingin dan tahun baru, meskipun masih agak lama tetapi tidak mengurangi antusias semua orang.

Bad romance. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang