(5) Tidak Tersentuh

185 28 29
                                    

Beberapa saat yang lalu Hendery yang tiba-tiba muncul di depan rumahnya, akhirnya kini keduanya berangkat kesekolah bersama-sama. Hendery sendiri membawa skateboardnya tapi anak itu tidak menaikinya malah menentengnya saja.

Xiaojun berpikir, apa dia kalau menenteng skateboard ditangannya sambil berjalan santai, dirinya akan terlihat keren juga seperti Hendery saat ini?

Memikirkannya di otaknya, Xiaojun tanpa sadar memukul pipinya sendiri.

"Xiaojun, ada apa?" Hendery yang asik bersenandung ria menikmati kecanggungan diantara mereka dibuat terkejut saat melirik Xiaojun yang menampar mukanya sendiri. Bukan pukulan kuat, tapi tetap saja dari kemarin tingkah Xiaojun sedikit mengkhawatirkan. Apalagi kemarin Xiaojun yang tiba-tiba berteriak masih terngiang-ngiang di otaknya, apa Xiaojun kesambet hantu yang ada disana atau bagaimana?

Xiaojun gelagapan karena lagi-lagi bertingkah aneh di depan Hendery. Salah dirinya yang memberikan reaksi aneh saat otaknya dengan inisiatif membayangkan hal yang tidak-tidak soal Hendery. Hal itu malah membuat jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya dan Xiaojun menjadi sedikit panik. Entahlah, Xiaojun kurang bisa mengatakan kondisinya saat ini.

"Tidak apa-apa. Jangan dekatkan wajahmu." sergah Xiaojun saat melihat wajah Hendery yang condong kearahnya.

"Jangan buat aku takut dong, Xiaojun. Kamu ini dari kemarin bertingkah aneh, ada apa? Apa ada yang menganggumu?"

Banyak, banyak sekali Hendery! Apalagi soal preman yang kemarin! Apa kamu seorang ketua preman seperti yang ada di tokyo revenge? [𝘵𝘰𝘬𝘺𝘰 𝘳𝘦𝘷𝘦𝘯𝘨𝘦 : 𝘫𝘶𝘥𝘶𝘭 𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢 𝘫𝘦𝘱𝘢𝘯𝘨]

Xiaojun ingin jawab seperti itu tapi dia urungkan, yang ada dia jatuhnya bertingkah makin konyol. Aiya, Xiaojun sendiri sebenarnya masih bingung kenapa dia bisa menjadi aneh seperti ini, pertanyaan ibunya tadi malam tentang apa ada seseorang dia sukai masih menghantuinya dan entah kebetulan, bayangan Hendery masih menganggunya. Membuat sisi lain dirinya dia mengira Hendery-lah yang dia sukai tetapi dari dalam dirinya ーegonya tidak mau merasa itu benar.

Dia terdiam agak lama sampai raut Hendery yang awalnya mengkerut khawatir mulai rileks, melihat Xiaojun melamun makin membuatnya serbah salah.

Apa Xiaojun mulai tidak menyukainya? Begitu pikirnya. Tapi kalau dipikir lagi, masalah suka atau tidaknya, Xiaojun sudah menunjukkan tanda-tanda tidak bersahabat dari dulu. Hendery akui itu. Dan itu berbeda dengan masalah ini, Xiaojun seperti menyembunyikan sesuatu darinya.

Kalau itu masalah pribadi, maka Hendery tidak berhak ikut campur. Berbeda lagi kalau itu menyangkut Hendery, dia tidak bisa tinggal diam. Tapi kalau Xiaojun tidak mau menceritakannya, ya bisa apa Hendery. Hendery mengendikkan bahu.

Disini Hendery jelas tidak tahu kalau masalah Xiaojun sendiri adalah masalah pribadi tetapi Hendery termasuk di dalamnya di masalah Xiaojun.

"Tidak ada apa-apa kubilang. Ah sudahlah, aku tidak mau terlambat!" Xiaojun yang memilih kabur dari atmosfer menekannya itu langsung membawa kakinya untuk lari, sekalian meninggalkan Hendery. Tapi saat Xiaojun kira Hendery tidak bisa menyusulnya, Hendery tau-tau sudah ada di sebelahnya.

"Xiaojun, kenapa lari?"

"AARGHHHH AKU LUPA KAMU BAWA SKATEBOARDMU! TURUN! JANGAN NAIK SKATEBOARD!"

"EH? KENAPA? adu-duh-duh!"

"Turun! Lari! Jangan curang!"

●●●

Besoknya, Xiaojun berangkat kesekolah dengan papan skatenya yang mau tidak mau dia membawanya. Awalnya dia ragu, belum lagi dia masih belum memberitahu ibunya karena saat berangkat membawa barang ini, ibunya sudah lebih dulu berangkat.

Bad romance. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang