(22) Maaf, Aku Mengecewakanmu

63 9 2
                                    

Hendery berkata lagi, suaranya tetap dingin. "Siapa yang memberitahumu?"

Xiaojun tidak bersuara, tetap diam. Melihat itu Hendery terlihat semakin marah.

"Yangyang, kan? Anak itu datang dari Jerman kemarin." lanjutnya.

"Huh? Kamu tau kalau Yangyang datang?" Xiaojun terkejut dan juga keheranan, dia ingat kemarin anak itu berkata kalau Hendery belum mengetahui kedatangannya.

Hendery mendengus, "Kenapa kalau aku tau?"

Melihat situasi dengan cepat berubah membuat Xiaojun lantas menjadi gusar, benar-benar terjebak disituasi yang tidak tepat. Xiaojun juga menyadari Hendery nampak marah dan kesal entah pada siapa karena apa yang ingin dia sembunyikan darinya pada akhirnya tidak dapat dia tahan sama sekali.

"Hendery──"

"Atau Lucas yang memberitahumu? Dia pasti yang melakukannya, siapa lagi orang yang bermulut besar selain dia. Sialan, kenapa jadi begini."

Xiaojun mendengar itu langsung merasa marah, seolah gejolak amarah yang selama ini dia tahan di hatinya tidak sengaja dia lepaskan. Dia mendorong bahu Hendery dengan cukup kuat.

"Disaat ini kamu masih bisa menyalahkan Lucas? Lucas itu temanmu, Hendery! Kenapa kamu selalu menyalahkannya, selalu menyalahkan orang lain." Xiaojun menarik kerah baju setelah dia dorong, mencengkram sekuat tenaga melampiaskan seluruh emosinya.

Xiaojun berucap dengan wajah kecewa. "Siapa lagi yang ingin kamu salahkah? Yangyang, sepupumu bahkan yang tidak ada sangkut pautnya dengan kita? Atau Xiaohei? Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu dan pada keluarga kalian tapi kumohon, berhenti menyalahkan orang lain. Ini kesalahanmu, juga salahku, kesalahan kita sendiri. Kenapa kamu terus──"

Amarah Xiaojun perlahan mereda saat Hendery memeluknya. Bibirnya yang terbuka seolah tidak mampu melanjutkan kata-katanya dan memilih terdiam saat kedua lengan itu mengerat di punggungnya. Dia berusaha menenangkannya, padahal dirinya yang perlu ditenangkan.

Hendery mengakui kesalahannya, mengakui juga emosinya yang tidak stabil tadi. Dia merasa dejavu karena sebelum-sebelumnya mereka pernah bertengkar seperti ini dan berakhir tidak menyenangkan meskipun mereka kembali berbaikan, namun dia tidak menginginkan yang seperti itu.

Dia memberikan rangkulan selembut yang dia bisa, dia tidak ingin mereka pergi berjauhan lagi. Dia tidak ingin pergi menghindari masalah seperti sebelumnya.

Hendery dalam pelukannya berbisik pelan, "Maaf."

"Aku tidak langsung mengatakannya padamu, aku hanya pikir belum saatnya, aku. . . Maafkan aku, Jun." suara Hendery tercekat, Xiaojun mendengarnya dan dia pikir Hendery hampir menangis.

Xiaojun menunduk dan membalas pelukan Hendery. Dia berkata, "Kalau kamu bilang dari awal, mungkin kita bisa memikirkannya."

"Memikirkan apa? Kamu sudah tahu itu dan aku tetap akan pergi kesana, lalu apa? Aku tidak bisa berada disisimu, aku masih belum menerima kenyataan, Jun. Kalau aku pergi jauh darimu. . . Aku tidak yakin bisa bertahan untuk waras, tahu."

Hendery berucap dengan sedih, lalu dia mendengar suara tawa samar dari Xiaojun. "Kenapa kamu begitu pesimis, Kunhang?"

Xiaojun tersenyum kecut dan mulai merasakan hangatnya pelukan mereka namun Hendery melepaskan dekapan itu dan menatap Xiaojun dengan lekat.

"Kunhang, mari kita tidak usah bertemu selama liburan musim dingin ini."

Xiaojun mengatakan itu tanpa menatap Hendery sama sekali, tidak ada maksud bercanda atau apapun. Hendery mendengar kalimat tak terduga itu menatap tidak percaya, dia pikir mereka akan berbaikan dan kembali seperti biasanya, tapi Xiaojun. . .

Bad romance. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang