(18) Masalah yang Sederhana

95 15 7
                                    

Hari ini seluruh penjuru sekolah diwarnai ketegangan yang dirasakan dari murid-murid. Banyak cara yang mereka lakukan untuk menutupi rasa tegang. Walaupun senyum merekah di bibir mereka sebelum ujian dimulai, di dalam hati mereka terus kepikiran mereka akan gagal di satu atau lebih ujian. Tidak dipungkiri Xiaojun juga merasakan, dia takut gagal apalagi matematika sangat menyita otaknya.

Xiaojun berjalan pelan ke kelas, dia berangkat tidak membawa skateboard karena mommynya masih menyitanya. Luka di kakinya sudah cukup membaik dan dia sudah berjalan dengan normal, tidak tertatih lagi.

Di belokan koridor Xiaojun tidak sengaja bertemu Hendery, sedang mengobrol dengan seorang siswi yang selalu mengekorinya, Jiao Mei.

Xiaojun awalnya ingin menyapanya tapi Hendery tidak sengaja lebih dulu menoleh kearahnya dan tatapan keduanya bertemu. Xiaojun melihat Hendery tersenyum manis dan melambaikan tangan, lalu pergi begitu saja.

Xiaojun terpaku di tempat, suara di kerongkongannya seketika mengering saat melihat Hendery seolah-olah malah kabur darinya.

Kenapa?

Pertanyaan satu ini yang selalu berputar-putar di otaknya dulu. Tapi, akhir-akhir ini, Xiaojun tidak terlalu memikirkannya lagi.

Hendery mulai menyembunyikan sesuatu darinya dan Xiaojun tidak ingin tahu apa itu, dia memilih 'berpura-pura tidak menyadari apapun' dan bertingkah tidak terjadi apa-apa.

Waktu ke waktu terus berlalu, ujian di hari pertama di lalui dengan tenang dan seterusnya sampai satu minggu waktu ujian berakhir. Walaupun di isi dengan raut cemas dan khawatir selama di kelas dan pengawas yang super ketat, mereka merayakan hari terakhir ujian dengan suka cita.

Xiaojun juga, dia hari ini cukup lega karena kak Johnny menyuruhnya cuti semenjak dia ujian agar dia bisa fokus dan membagi waktu dengan baik. Setelah pulang nanti Xiaojun bisa langsung pulang dan tidur sepuasnya.

Xiaojun menekan tombol di vandine machine dan mengambil kotak minuman matcha, saat dia hampir menyeruput sedotannya, dari belakang dia mendapatkan tepukan di bahu. Dia menoleh dan melihat Hendery yang tengah tersenyum.

"Hendery?" Xiaojun terkejut, seharusnya dia tidak perlu bereaksi seperti itu tetapi karena beberapa hari ini Hendery seperti menghindarinya, makanya Xiaojun agak terkejut.

Ya, menurut Xiaojun, Hendery sangat jelas mengindari dirinya. Terlihat jelas anak itu ada sesuatu yang disembunyikan di balik wajahnya. Mereka jarang pulang bersama. Saat di jam pulang sekolah, mereka ketemu di koridor dan jalan bersamaan menuju gerbang sekolah tapi kemudian pulang masing-masing. Waktu itu Hendery bilang dia ada hal yang harus dia lakukan jadi Xiaojun tidak banyak bertanya. Tapi lama-lama, Xiaojun sedikit curiga.

Hendery menoel ujung hidung Xiaojun, "Kenapa kamu kaget begitu, Jun?"

Xiaojun menggelengkan kepalanya kaku. "Yah, tumben kamu manggil pakai cara normal?" Xiaojun balik bertanya.

"Normal bagaimana maksudmu?"

"Biasanya kamu teriak JUN dengan nada panjang lalu berlari mendatangi aku."

Hendery mencubit dagunya berpose berpikir, lalu menyeringai menatap pacarnya itu. "Awalnya sih mau begitu dan tadi aku juga berencana mau peluk kamu dari belakang, kamu mau?"

"Jangan coba-coba, Hendery." Xiaojun memperingatkan. Hendery tertawa menanggapinya.

Setelah itu, Xiaojun dan Hendery berjalan beriringan di koridor yang sepi, entah mungkin karena mereka berada di koridor di dekat gedung olahraga indoor jadi tidak banyak murid berkeliaran di sana. Menggunakan kesempatan itu, jari telunjuk kiri Xiaojun dan jari kelingking kanan Hendery semakin lama bertaut dan menggenggam kecil.

Bad romance. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang