Lorraine diperintahkan untuk membuka pakaiannya sendiri di atas ranjang, menyisakan pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Lorraine duduk di pinggir ranjang sementara Pak Ezekiel berdiri sambil memegang rantai collar yang terpasang di leher Lorraine.
Setelah Lorraine membuka pakaiannya kini Pak Ezekiel justru bertukar posisi dengan Lorraine, Pak Ezekiel duduk di ranjang sementara Lorraine turun dan diperintahkan untuk berlutut di depan Pak Ezekiel.
Lorraine tidak tahu apa yang akan Pak Ezekiel lakukan padanya, Lorraine hanya menuruti setiap perintah yang Pak Ezekiel berikan kepadanya. Lorraine bahkan tak mengelak saat Pak Ezekiel menutup mata Lorraine dengan sebuah kain hitam senada dengan warna pakaian dalam yang Lorraine kenakan.
Kini Lorraine tidak bisa melihat apa-apa, matanya tertutup. Ia tidak tahu apa lagi yang akan Pak Ezekiel lakukan kepadanya.
“Sekarang mari kita mulai permainannya, aku akan menyuruh mu menebak dan jika kau salah menebak maka aku akan menghukum mu.” ujar Pak Ezekiel.
Lorraine mengangguk, ia bisa mendengar suara resleting celana Pak Ezekiel yang diturunkan. Lorraine juga bisa mendengar Pak Ezekiel sedang melakukan sesuatu namun Lorraine tak tahu apa itu. Lorraine hanya bisa menunggu.
Tak lama kepala Lorraine ditarik maju oleh Pak Ezekiel, hingga bibir Lorraine menyentuh benda keras yang bisa ia tebak itu adalah kejantanan milik Pak Ezekiel.
“Lick it.” perintah Pak Ezekiel, “Dan tebak, kalau kau salah maka kau harus menerima hukuman mu.”
Lorraine menurut, ia menjulurkan lidahnya menjilat benda keras di depannya itu. Lidahnya merasakan cairan kental agak manis melumer ke lidahnya. Lorraine mengecap rasa itu sejenak sebelum akhirnya ia mengatakan jawabannya.
“Madu?”
Lorraine merasakan tepukan lembut dikepalanya, tangan Pak Ezekiel bergerak mengusap kepala Lorraine sebagai bentuk apresiasi atas benarnya tebakan Lorraine.
Kemudian Pak Ezekiel menuangkan cairan lain ke kejantanannya dan menyuruh Lorraine untuk kembali menebak cairan apa itu, namun kali ini Lorraine mengernyitkan keningnya bingung.
Lorraine ragu, ia tidak tahu jawabannya. Ia terus berkali-kali menjilat dan mengulum kejantanan Pak Ezekiel untuk mencari jawaban yang benar namun Lorraine tak bisa menebaknya hingga cairan tersebut habis tertelan olehnya.
“Waktu mu sudah habis, cepat katakan tebakan mu.” suara berat Pak Ezekiel terdengar, menghentikan Lorraine yang masih mengecap dengan kening berkerut.
Lorraine tampak ragu, “Apa itu ice cream?”
“Wrong.”
Plak!
Lorraine terkejut bukan main saat ia merasakan panas di pipinya, ia baru saja ditampar oleh Pak Ezekiel karena salah menebak. Jadi ini hukuman yang ia terima jika salah menebak? Sebuah tamparan di pipi?
Tamparannya tidak sakit tapi cukup membuat Lorraine terkejut.
“One more time." Pak Ezekiel kembali menuangkan cairan tersebut ke kejantanannya, memberi Lorraine satu kesempatan lagi untuk menebak.
Lorraine memajukan kepalanya merasakan dingin yang menyentuh lidahnya, rasa kecut namun sedikit manis itu melumer di lidahnya yang membelai tiap sisi kejantanan Pak Ezekiel.
“Yogurt." Jawab Lorraine kali ini dengan percaya diri.
Sekali lagi Lorraine mendapat tepukan lembut di kepalanya sebagai tanda kalau jawaban yang Lorraine berikan benar, Lorraine tersenyum bangga. Ia mulai suka dengan permainan ini.
***
Olivia tidak bisa berhenti memikirkan Lorraine sejak ia kembali dari rumah Lorraine beberapa hari yang lalu, pikiran Olivia selalu tertuju kepada Lorraine dan khawatir hal buruk terjadi kepada sahabatnya itu.
Olivia sampai tersentak ketika merasakan sentuhan tangan suaminya di bahunya, Olivia tak menyadari kedatangan suaminya yang tiba-tiba.
Suami Olivia memeluk Olivia dari belakang, “Ada apa? Wajah mu terlihat kusut, apa ada yang mengganggu pikiran mu?”
Olivia menghembuskan nafas berat, “Aku hanya mengkhawatirkan sahabat ku, Lorraine.”
Alis suami Olivia terangkat sebelah, “Bukan kah kau sudah menemuinya beberapa hari yang lalu, apa kau masih merindukannya?”
Olivia kini menggelengkan kepalanya, bukan itu. Olivia melepaskan tangan suaminya yang melingkar di pinggangnya dan berbalik menatap wajah suaminya itu.
“Saat aku ke rumah Lorraine beberapa hari yang lalu, Lorraine memberitahu ku kalau dia dekat dengan laki-laki sekarang.” Olivia tidak sepenuhnya bicara jujur, ia tidak bisa dengan gamblang mengatakan kepada suaminya kalau Lorraine bukan sedang dekat dengan seseorang tapi Lorraine telah melepas keperawanannya dengan orang yang bahkan tak Lorraine kenal.
“Bukan kah bagus kalau sahabat mu itu mulai dekat dengan laki-laki, bukannya kau dulu bilang berharap Lorraine bisa menemukan pendampingnya dan menyusul mu dengan teman-teman mu yang lain ke jenjang pernikahan?” tanya suami Olivia lagi dengan ekspresi bingungnya.
“Aku.. aku hanya merasa khawatir, aku merasa janggal dengan laki-laki itu. Aku hanya takut Lorraine kembali diincar oleh laki-laki tak bertanggung jawab, jika biasanya aku terlihat tenang itu karena Lorraine tak pernah termakan godaan laki-laki di luaran sana. Tapi kali ini Lorraine sepertinya telah terperangkap. Firasat ku mengatakan laki-laki itu tidak baik.”
“Apa kau sudah bertemu dengan laki-laki yang dekat dengan Lorraine itu.” Olivia dengan cepat menjawab pertanyaan suaminya itu dengan sebuah gelengan. “Kau saja belum pernah bertemu dengan laki-laki itu, lalu bagaimana bisa kau sudah berpikiran buruk tentangnya.”
“Aku juga tidak mengerti dengan diriku sendiri, aku hanya merasa laki-laki yang tengah dekat dengan Lorraine itu kemungkinan berbahaya. Karena selama ini mantan-mantan kekasih Lorraine pun selalu seperti itu, Lorraine selalu menarik orang-orang berbahaya mendekat ke arahnya.”
Olivia menambahkan lagi, “Aku memang belum pernah bertemu dengannya langsung, tapi saat aku ke rumah Lorraine beberapa hari yang lalu aku sempat melihat laki-laki itu dari jendela rumahnya sendiri. Dan aku melihat dengan mata kepala ku kalau laki-laki itu melirik ke arah Lorraine dengan tatapan penuh makna dan aku yakin itu bukan cinta atau pun tatapan tertarik dalam hal romantic, tatapannya ke arah Lorraine saat itu justru terlihat berbahaya bagi ku.”
Suami Olivia berdecak, ia kembali memeluk istrinya itu erat-erat. “Kau mungkin hanya salah melihat, hari itu kita baru kembali dari bulan madu. Penerbangan kembali kemari memakan waktu berjam-jam dan kau tidak tidur saat di pesawat, kau langsung ke rumah teman mu itu meski aku sudah menyuruh mu untuk beristirahat sejenak. Teman mu pasti baik-baik saja, dia sudah dewasa dia bisa menjaga dirinya sendiri.”
Olivia terdiam mendengarkan perkataan suaminya itu, ia harap benar ia hanya salah lihat. Olivia tidak mau terjadi hal buruk kepada sahabatnya itu, Lorraine sudah sering diincar oleh-oleh laki-laki tidak bertanggung jawab hanya karena kedua orang tua Lorraine, Olivia tidak ingin Lorraine mengalami hal seperti itu lagi.
“Semoga saja aku hanya salah melihat, laki-laki itu.. semoga dia tidak berbuat hal buruk kepada Lorraine.” bisik Olivia pelan dalam pelukan suaminya, perasaan Olivia masih belum bisa tenang. Ia masih merasakan kekhawatiran di benaknya akan sahabatnya itu. Tapi Olivia juga tak berani bicara langsung dengan Lorraine soal ini, karena ia tahu Lorraine pasti akan marah jika ia terlalu ikut campur dalam urusan sex lifenya.
Lagi pula Lorraine sudah mengatakan kalau itu hanya one night stand saja, Olivia yakin kalau Lorraine tidak akan berurusan dengan laki-laki itu lagi.
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ezekiel - Neighbor With Benefit [END]
RomanceLorraine Morgan malu bukan main ketika ia sedang asik melakukan masturbasi demi melepas penat, kegiatan erotisnya itu justru ditonton secara langsung oleh duda yang tinggal di depan rumahnya. Semuanya hanya karena Lorraine lupa menutup pintu balkon...