Bab 6

167K 4.8K 204
                                    

Lorraine meringis pelan saat pipinya diobati oleh Pak Ezekiel, tamparan yang Pak Ezekiel sebenarnya tidak terlalu keras namun karena Lorraine mendapatkan tamparan berkali-kali. Pada akhirnya pipi Lorraine terasa kebas juga, pipinya memerah karena tiap tamparan yang Pak Ezekiel layangkan.

Tapi setelah kegiatan panas mereka, Pak Ezekiel membantu Lorraine mengkompres pipi dan bokongnya dengan air dingin.

Lorraine hanya diam sembari memperhatikan wajah serius Pak Ezekiel, wajah Pak Ezekiel begitu dekat dengan wajahnya sehingga Lorraine bisa melihat dengan jelas warna iris mata Pak Ezekiel yang kecoklatan.

Dan juga Lorraine bisa melihat janggut serta kumis tipis di wajah Pak Ezekiel, dalam hati Lorraine mulai bertanya-tanya berapa sebenarnya usia Pak Ezekiel?

Mereka sudah dua kali tidur bersama namun yang Lorraine ketahui soal Pak Ezekiel hanya lah soal Pak Ezekiel yang menjabat sebagai direktur di perusahaan Lorraine bekerja dan juga soal Pak Ezekiel suka melakukan BDSM.

“Apa masih sakit?” tanya Pak Ezekiel membalas tatapan Lorraine.

Lorraine dengan cepat menggelengkan kepalanya, “Tidak sakit.” kalau soal pipi memang sudah tidak sakit, tapi soal pinggang jujur saja Lorraine merasa pegal karena berjam-jam dihentak berbagai macam posisi oleh Pak Ezekiel.

“Istirahat lah, pulang saja besok pagi.” Pak Ezekiel mendorong Lorraine untuk berbaring di ranjang dan menyelimuti Lorraine.

Lorraine mengerutkan keningnya saat melihat Pak Ezekiel pergi bukannya berbaring di sebelahnya. “Pak Ezekiel tidak tidur di sini?” tanya Lorraine kebingungan ketika melihat Pak Ezekiel hendak pergi.

Pak Ezekiel menghentikan langkahnya dan berbalik, muncul senyuman kecil di bibirnya. “Memangnya kau mau tidur satu ranjang dengan ku di luar urusan sex?”

Wajah Lorraine memerah, “A—aku..” Lorraine gelagapan untuk menjawab pertanyaan Pak Ezekiel.

“Aku akan tidur di kamar ku, ini bukan kamar ku. Kau bisa tidur di sini. Oh ya.. jika di luar kantor kau tidak perlu memanggil ku dengan sebutan ‘Pak’.”

“Lalu aku harus memanggil Pak Ezekiel apa kalau tanpa embel-embel ‘Pak’? Pak Ezekiel terlihat lebih tua dari ku, aku tidak mungkin kalau hanya memanggil nama saja.”

Tangan Pak Ezekiel terulur menyentuh jenggot tipisnya, “Apa aku terlihat setua itu? Aku tidak masalah hanya dipanggil nama, usia ku 39 tahun. Kau sendiri berapa usia mu?”

Lorraine terkejut mendengar usia Pak Ezekiel, laki-laki itu berusia jauh lebih tua dari yang ia bayangkan. Lorraine pikir Pak Ezekiel baru 35 tahun. “Aku 23 tahun, Pak Ezekiel lebih tua 16 tahun dari ku.”

“Bukankah aku sudah bilang kau tidak perlu memanggil ku dengan embel-embel Pak? Aku memang terlalu tua untuk kau panggil dengan sebutan Kak, tapi Kakak mungkin terdengar lebih baik dibandingkan Pak. Atau kalau kau mau kau bisa panggil aku dengan sebutan Master. Sama seperti saat kau memanggil ku di ranjang.”

Pipi Lorraine bersemu merah, ia menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Kakak terdengar lebih baik.”

“Baiklah kalau begitu beristirahat lah, selamat malam.”

Lorraine memperhatikan Pak Ezekiel pergi keluar dari kamar ini. Senyum malu-malu Lorraine luntur saat ia melihat sisi kosong di ranjang tempatnya berbaring, pikiran Lorraine melayang mempertanyakan kenapa Pak Ezekiel tak mau tidur seranjang dengannya selain urusan sex.

Apakah karena Pak Ezekiel menghargai Lorraine atau karena Pak Ezekiel tak mau berurusan dengan Lorraine selain urusan sex?

Lorraine tidak tahu kenapa tapi hatinya terasa sedikit nyeri saat memikirkan alasan yang kedua. Lorraine menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran-pikiran yang tidak perlu, hubungan Lorraine dan Pak Ezekiel hanya sebatas partner di ranjang. Lorraine tidak perlu memikirkan hal sepele seperti di mana Pak Ezekiel tidur.

Itu bukan urusan Lorraine. Mereka hanya saling memuaskan dan saling memenuhi fantasi masing-masing, hanya itu saja tidak lebih.

***

Ezekiel duduk diam di sofa setelah membersihkan dirinya. Ia tak segera tidur di kamarnya sendiri, yang ada Ezekiel justru duduk diam di sofa sembari memandang ke arah pintu kamar di mana Lorraine berada.

Pandangan Ezekiel tajam, menatap pintu tersebut sembari menghisap sebatang rokok. Tak mengeluarkan suara apa pun, hanya memandangi pintu tersebut hingga matahari terbit kembali.

Ezekiel tak tidur sama sekali, ia mematikan rokoknya yang entah sudah batang ke berapa. Pintu kamar yang Ezekiel pandangi itu pun terbuka, muncul Lorraine dari dalam kamar tersebut dengan pakaian yang semalam Lorraine kenakan saat datang kemari.

Ezekiel bangkit berdiri, memberikan senyum palsunya. “Kau mau sarapan bersama?”

Lorraine menggelengkan kepala menolak ajakannya itu, alis Ezekiel terangkat tak senang karena penolakan tersebut namun ia tetap memasang senyum palsunya. Memperhatikan Lorraine yang melangkah keluar terburu-buru dari rumahnya.

Ezekiel melangkah mendekat ke jendela, memperhatikan Lorraine yang masuk ke dalam rumahnya sendiri. Ezekiel berdecak pelan saat melihat sosok Lorraine menghilang dari balik pintu. “Sialan.”

Mr. Ezekiel - Neighbor With Benefit [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang