Lorraine terbangun dari tidurnya masih dalam keadaan berbantalkan paha Ezekiel, Lorraine memperhatikan wajah Ezekiel yang juga jatuh terlelap dalam keadaan duduk.
Dengan perlahan Lorraine bangkit dari posisi berbaringnya, berusaha untuk tidak membangunkan Ezekiel yang masih tertidur.
Kini Lorraine duduk di samping Ezekiel memperhatikan setiap lekuk wajah Ezekiel yang berhasil membuat Lorraine terpana. Mata Lorraine bergerak memperhatikan hidung Ezekiel yang mancung, bibirnya yang berisi dan juga kumis dan janggut tipisnya yang membuat Ezekiel terlihat dewasa dan seksi.
Tangan Lorraine terulur hendak mengusap wajah Ezekiel namun Lorraine menggagalkan niatnya itu. Lorraine tak ingin sentuhannya mengganggu tidur nyenyak Ezekiel.
Lorraine menghembuskan nafas berat sembari mengepalkan tangannya, perasaan menggelitik di benaknya itu timbul lagi. Kenapa ia selemah ini? Hanya diperlakukan dengan baik oleh Ezekiel saja perasaan Lorraine sudah bergetar.
Apa sebegitu haus kasih sayangnya kah dirinya?
Tapi dulu saat dengan para mantan kekasihnya Lorraine tidak begini, Lorraine dulu dengan para mantan kekasihnya selalu membatasi diri, Lorraine selalu berhasil membuat dirinya untuk tidak melewati batas dengan mudah. Tapi dengan Ezekiel, Lorraine justru sangat ingin melewati batas yang ia buat itu.
Lorraine kembali menoleh ke arah Ezekiel, bagaimana jadinya jika Lorraine benar-benar jatuh hati kepada Ezekiel? Apakah tidak apa-apa jatuh hati kepada laki-laki seperti Ezekiel.
Lorraine berdecih, memangnya ia sendiri tahu Ezekiel laki-laki yang seperti apa? Lorraine tidak tahu apa-apa soal Ezekiel, ia hanya tahu bentuk tubuh Ezekiel karena mereka sudah berkali-kali tidur bersama. Bahkan Lorraine baru tahu soal Ezekiel yang pernah menikah saja dari gosip yang tak sengaja ia dengar.
Lorraine kembali menoleh ke arah Ezekiel tapi kali ini Ezekiel ternyata sudah bangun dan sedang memandang ke arahnya.
“Pa-Pak Ezekiel sudah bangun?” Lorraine gelagapan, ia mendadak merasa malu karena sempat memandangi wajah tampan Ezekiel.
Satu alis Ezekiel terangkat tak senang, “Bukannya aku sudah mengatakan untuk tidak memanggil ku dengan embel-embel ‘Pak’ jika di luar kantor?”
“Ah.. maaf.. aku lupa.”
“Tidak apa-apa, wajar.” Ezekiel mengulurkan tangannya menyentuh kening Lorraine yang masih terasa hangat meski tak sepanas beberapa jam yang lalu sebelum Lorraine tidur.
“Kau masih agak demam, beristirahat lah lagi di kamar mu. Kalau kau masih merasa tidak enak badan sampai pagi nanti, sebaiknya kau tidak usah berangkat kerja.” Ezekiel bangkit berdiri namun Lorraine dengan cepat menarik kemeja Ezekiel, mencengkram kemeja Ezekiel itu erat-erat.
“Jangan pergi..” bisik Lorraine pelan, ia tidak tahu kenapa ia berkata seperti ini. Tapi Lorraine hanya tak ingin ditinggal, tak ingin sendirian.
Ezekiel menyentuh tangan Lorraine yang mencengkeram kemejanya, mengusap tangan Lorraine itu dengan lembut. “Kau yakin kau tidak ingin aku pergi?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ezekiel - Neighbor With Benefit [END]
RomanceLorraine Morgan malu bukan main ketika ia sedang asik melakukan masturbasi demi melepas penat, kegiatan erotisnya itu justru ditonton secara langsung oleh duda yang tinggal di depan rumahnya. Semuanya hanya karena Lorraine lupa menutup pintu balkon...