Ezekiel tidak bisa meninggalkan Lorraine yang masih terlihat kacau, harusnya mereka sekarang berbahagia merayakan hari pertama mereka resmi jadi sepasang kekasih tapi Lorraine masih murung.
Suasana hati Lorraine belum membaik meski mereka sudah sejak satu jam yang lalu sampai di rumah Lorraine.
“Kau tidak akan pulang ke rumah mu?” tanya Lorraine kepada Ezekiel yang masih setia berada di sampingnya, duduk sembari menggenggam tangannya dengan erat.
“Kau mau aku pulang?” Ezekiel membalas pertanyaan Lorraine dengan pertanyaan pula. Melihat Lorraine yang terdiam Ezekiel sudah tahu jawabannya, Lorraine tidak ingin ditinggal sendirian dan Ezekiel pun tak ada niatan pergi.
“Aku tidak akan pergi kalau kau tidak mengusir ku, aku ingin tetap di sini bersama mu.”
Perkataan Ezekiel sekali lagi berhasil membuat hati Lorraine terenyuh, Lorraine menyandarkan kepalanya di bahu Ezekiel.
“Ezekiel.. apa kau tahu apa yang membuat ku merasa seperti ini padahal yang Daniel lakukan hanyalah sekedar meminta maaf?”
“Aku tidak tahu.”
“Itu karena aku tahu dia tidak tulus memohon maaf dari ku. Dia.. minta maaf demi wanita itu, dia minta maaf agar aku mau mengampuni wanita itu. Wanita itu.. dia dulu hamil. Hamil anak Daniel.”
Setetes air mata kembali jatuh ke pipi Lorraine, “Daniel takut kalau hidup anaknya akan berakhir seperti hidup mereka. Kesulitan mencari pekerjaan, tidak bisa menyelesaikan kuliah mereka. Mereka hanya memperdulikan diri mereka sendiri. Mereka tidak perduli saat aku depresi dan hampir mati.”
“Daniel dan wanita itu tidak datang untuk minta maaf saat aku dilarikan ke rumah sakit karena overdosis obat. Mereka justru pergi ke dokter kandungan dengan bahagia. Mereka bahkan menyebar undangan pernikahan di kampus, tertawa seolah tak bersalah padahal hatiku telah mereka buat berdarah-darah.”
Ezekiel hanya mendengarkan cerita Lorraine dalam diam, setiap kali Lorraine menceritakan betapa sedihnya ia dikhianati oleh mantan kekasihnya Ezekiel merasa seolah ada sebilah pisau menusuk ke dalam dadanya.
Semakin Lorraine bicara, semakin besar perasaan gelisah dan rasa bersalah menimpa Ezekiel.
Lorraine mengusap air matanya, ia tertawa kecil merasa dirinya agak terbawa perasaan dan bicara terlalu banyak di depan Ezekiel. “Apa aku terlalu oversharing?”
Ezekiel dengan cepat menggelengkan kepalanya, “Aku justru berterima kasih karena kau mau percaya kepada ku dan menceritakan tentang luka mu.”
“Sebagai gantinya kau juga harus cerita padaku, aku sudah cerita soal soal hidup ku kepada mu. Kau juga harus cerita sesuatu, aku ingin tahu lebih dalam soal dirimu karena kita sekarang sepasang kekasih. Aku ingin lebih mengerti dirimu Ezekiel. Tidak perlu menceritakan soal luka mu, kau bisa bicara soal adik mu, hobi mu atau apapun itu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ezekiel - Neighbor With Benefit [END]
RomansaLorraine Morgan malu bukan main ketika ia sedang asik melakukan masturbasi demi melepas penat, kegiatan erotisnya itu justru ditonton secara langsung oleh duda yang tinggal di depan rumahnya. Semuanya hanya karena Lorraine lupa menutup pintu balkon...