Lorraine membuka balkon hotel tempatnya menginap, ini sudah satu bulan sejak Lorraine memutuskan untuk pergi. Lorraine menikmati hembusan angin malam ditemani segelas kopi hangat.
Di tangannya yang lain ada handphonenya, Lorraine menekan kontak Olivia sahabatnya. Lorraine mendekatkan handphonenya itu ke telinga, akhirnya Lorraine memutuskan untuk menghubungi Olivia.
Memang sejak memutuskan untuk pergi Lorraine belum pernah menghubungi Olivia demi menjaga keberadaannya tidak terlacak oleh Ayahnya dan juga Ezekiel.
Lorraine tahu soal berita yang beredar, soal berita kematiannya. Lorraine awalnya tak menyangka akan jadi begini, niat awalnya hanyalah memalsukan penerbangannya.
Lorraine memesan dua tiket, satu atas namanya yang asli dan satu lagi dengan identitas palsunya. Tiket yang menggunakan namanya yang asli adalah tiket tipuan, Lorraine tidak pernah naik ke pesawat itu. Ia hanya datang menunggu seperti penumpang lainnya tapi Lorraine tidak pernah naik.
Lorraine naik penerbangan lain menuju tempat yang berlawanan arah, ini semua bertujuan agar Ayahnya atau pun Ezekiel akan mengira ia pergi ke tempat lain dan mencarinya di wilayah itu sementara Lorraine sebenarnya tak pernah menginjakkan kaki di wilayah itu.
Tapi pesawat tujuan lain itu justru meledak karna lalainya pihak keamanan memeriksa barang bawaan para penumpang lain.
Atas inisiatif Olivia, Olivia menyuap pihak keamanan bandara untuk mengatakan kalau Lorraine benar-benar masuk ke dalam pesawat yang telah jatuh itu, meski sebenarnya Lorraine tidak pernah naik.
Hebatnya Ayah Lorraine percaya atas kebohongan itu, hanya Ezekiel yang tidak percaya kebohongan itu menurut email yang Olivia kirimkan kepada Lorraine.
Panggilan Lorraine akhirnya diangkat oleh Olivia, mungkin Olivia sempat menimbang-nimbang untuk mengangkat telepon ini karna Lorraine menghubunginya melalui nomor baru, nomor lamanya telah ia buang sebulan yang lalu sebelum pergi kemari.
“Hallo.. ini siapa?”
“Olivia, ini aku Lorraine.”
“Akhirnya kau menghubungi ku juga, bagaimana kabar mu di sana?”
Lorraine tertawa kecil mendengar suara Olivia yang ia rindukan, “Aku baik-baik saja di sini, di sini nyaman. Tidak ada yang tahu siapa aku di sini, orang-orang di sini juga ramah. Kalau di sana bagaiman? Apa keadaannya baik-baik saja di sana?”
Lorraine mendengar Olivia menghela nafas berat dari balik telepon.
“Di sini keadaannya berantakan Lorraine, Ayah mu percaya sekali soal kecelakaan pesawat itu. Ku rasa Ayah mu memang sudah sakit sejak awal maka dari itu dia mendesak mu untuk jadi pewaris, setelah mendengar kabar kau meninggal dia shock berat, Ayah mu mengalami serangan jantung setelah berdebat dengan Ibu mu. Ayah mu masuk rumah sakit dan ya.. Selingkuhan Ayah mu pun tidak mau membantu merawat Ayah mu yang sakit itu, Ibu mu justru yang mengurus Ayah mu dan juga Ezekiel yang datang menjenguknya sekali seminggu di rumah sakit.”
“Sepertinya Ayah mu sayang padamu sampai-sampai berita kematian mu berdampak seburuk ini padanya.” tambah Olivia lagi.
Lorraine tidak tahu harus bereaksi seperti apa, harapan Lorraine akan kasih sayang Ayahnya sudah lama hilang. Tapi tidak bisa dipungkiri kalau Lorraine sedikit merasa tercubit di hatinya saat mendengar Ayahnya masuk rumah sakit.
“Kalau Ezekiel, bagaimana kabarnya?”
“Ezekiel.. laki-laki itu sungguh membuat ku stress, setiap hari dia menyuruh orang suruhannya untuk mengawasi ku bahkan suami ku pun ikut dia awasi. Setiap hari dia menelepon ku untuk menanyakan hal yang sama, menanyakan di mana keberadaan mu. Dia benar-benar tidak percaya kalau kau tiada, perusahaannya dan perusahaan Ayah mu berhasil melakukan merger. Dan sekarang Ezekiel yang bertanggung jawab atas perusahaan itu karena Ayah mu jatuh sakit, bisnisnya lancar tapi kalau dilihat secara langsung Ezekiel seperti mayat hidup.”
Olivia menambahkan lagi, “Minggu kemarin dia datang kemari, dia bersujud di kaki ku sambil menangis untuk memberitahu ku soal dimana keberadaan mu tapi aku menolak menjawab, aku mengusirnya. Dia tampak kurus, kantung matanya menghitam. Apa kau yakin tidak mau pulang Lorraine?”
“Tidak.. aku sudah bahagia di sini, lagi pula aku pulang untuk apa? Untuk hubungan ku dengan Ezekiel yang toxic itu? Sejak awal hubungan kami sudah tidak wajar, semuanya dimulai dari kebohongan. Jika aku sudah bisa berdamai dengan masa lalu maka aku akan pulang, lagi pula Ezekiel sudah dapatkan apa yang dia mau, dia sudah dapat kekuasaan yang dia inginkan. Lambat laun juga dia akan lupa dengan ku, dan soal Ayah ku.. mungkin ini lah pembalasan yang bisa aku berikan dengan mengabaikannya. Aku ingin Ayah ku tetap menderita dalam rasa bersalahnya karna berpikir aku sungguh telah mati, jaga dirimu baik-baik di sana ya Olivia. Nomor ini mungkin tidak akan aktif lagi dan aku juga tidak tahu kapan aku akan menghubungi mu lagi, jika aku ingin pulang. Kau pasti jadi orang pertama yang ku beritahu.”
“Hmm.. selama kau bahagia di sana aku juga turut bahagia. Tapi Lorraine ada satu hal yang ingin ku tanyakan, jika suatu hari kau kembali dan ternyata Ezekiel masih menunggu mu dan masih mencintai mu apa kau akan memberikannya kesempatan lagi?”
“Entahlah, aku tidak tahu.”
***
Ezekiel menatap rumah di depannya dengan tatapan nanar, sejak sebulan yang lalu rumah itu kosong tak berpenghuni. Padahal biasanya Ezekiel bisa melihat aktifitas Lorraine dari balkon rumahnya.
Sebulan ini hidup Ezekiel bagai di neraka tanpa adanya Lorraine, Ezekiel tak bisa tidur tanpa bermimpi buruk. Mimpi kalau Lorraine benar-benar tewas dalam kecelakaan pesawat, meski Ezekiel tahu Lorraine belum mati.
Ezekiel yakin Lorraine ada di suatu tempat dan sahabatnya tahu di mana Lorraine berada meski sahabat Lorraine itu bersikeras tak mau memberitahu Ezekiel tapi Ezekiel tak akan menyerah.
Ezekiel akan terus mendatanginya, mengawasinya sampai Ezekiel menemukan Lorraine. Dan ketika Ezekiel berhasil menemukan Lorraine, Ezekiel tidak akan mau melepaskan Lorraine. Kalau perlu Lorraine akan Ezekiel borgol agar tak bisa kabur lagi kemana-mana.
Ezekiel menenggak tequila langsung dari botolnya, memang sudah jadi rutinitasnya selama sebulan ini minum seperti orang gila di malam hari hanya demi bisa merasa tenang sejenak dari bayang-bayang Lorraine di pikirannya.
“Kalau saja aku tahu malam itu adalah malam terakhir ku melihat mu, aku tidak akan mendebat mu. Aku tidak akan memilih kekuasaan dibanding mu, karna apa artinya punya semuanya tapi tidak ada kau di sisi ku. Pulanglah Lorraine.. ku mohon pulanglah, aku rindu..”
—
Next chapter preview
“Logan sudah menemukan di mana Lorraine berada.”
3 Bab lagi tamat 🤧
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ezekiel - Neighbor With Benefit [END]
RomanceLorraine Morgan malu bukan main ketika ia sedang asik melakukan masturbasi demi melepas penat, kegiatan erotisnya itu justru ditonton secara langsung oleh duda yang tinggal di depan rumahnya. Semuanya hanya karena Lorraine lupa menutup pintu balkon...