Ria tidak tahu ibu mertua menelepon berkali-kali ponselnya tertinggal di ruangan sementara saat ini wanita itu sedang berada di sebuah cafe bersama teman kuliahnya dulu yang baru pulang dari luar negeri.
Senasib dengannya tapi sudah bercerai karena keluarga suami tidak menyukai Zela--sahabat Ria. Syukurnya mereka tidak memiliki anak dari pernikahan tersebut, kalaupun sakit hanya ditanggung Zela.
"Masih mencintainya?"
"Aku tidak tahu." sudah lama Ria tidak bicara dengan hatinya.
"Punya keinginan membunuhnya?"
Ria tidak pernah memikirkan hal seperti itu, tapi karena sudah ditanya mungkin dia akan memikirkannya. "Belum."
"Tapi kamu tidak akan puas, dia mati begitu saja sedang sakit hatimu tidak terbalas." Zela punya tanggapan sendiri untuk masalah yang dihadapi oleh temannya. "Pikirkan cara lain, Sam dan Cakra juga ibu mertua bisa jadi amunisi semangatmu."
Diam seperti yang dilakukan Ria selama ini bukan hal baik, Zela tidak yakin sahabatnya itu meluahkan kecewanya pada orang terdekat.
"Ini tahun ketiga dari kepulanganku yang pertama, dan kalian masih stuck dengan toxic yang sama."
Ria sudah mengatakan tentang perjanjian pranikahnya dengan Wira pada beberapa teman dekat yang dipercayainya tapi dia tidak pernah menyebut apalagi memberitahu wanita yang diselingkuhi oleh Wira.
"Kalian tidak bisa bercerai bukan berarti kamu tidak melakukan apa-apa."
"Aku tidak berani menghadapinya." saat itu Wira pernah menyudutkan posisinya hingga untuk menoleh tidak berani.
Zela menggeleng, tahu bukan itu alasannya. "Kamu hanya tidak mau dia terluka oleh tanganmu sendiri."
Benarkah seperti itu. "Lalu bagaimana dengan pemahamanmu saat aku tidak punya kepercayaan diri menghadapinya?"
"Aku tidak menyuruhmu menyerahkan diri padanya, cukup pasang logikamu ketika berhadapan dengannya dan tegaskan yang dilakukannya salah."
Setelah pertengkaran di tahun pertama perselingkuhan Wira dengan wanita itu Ria tidak pernah lagi ikut campur, marahnya papa Sam waktu itu begitu menakutkan.
"Belum terlambat." Zela kasihan melihat nasib temannya. "Andai dari dulu kamu ikut saranku, mungkin sekarang kalian sudah kembali atau setidaknya kamu bisa lepas dari papa Sam."
Menjalin hubungan dengan laki-laki lain untuk menarik perhatian Wira, dia tidak bisa.
"Hampir tujuh tahun, bayangkan sendiri bagaimana dia menjaga wanita itu." bahkan dengan Cakra ia tidak sedekat itu.
"Wanita itu tumbuh dengan baik di tangan papa Sam," lanjut Ria.
Bisa dirasakan Zela kekecewaan Ria pada pria tersebut.
"Sebaik itu mengurusnya bahkan anak sendiri tidak pernah diperlakukan seperti itu."
"Aku mau lihat caramu keluar dari masalah ini." akan terus seperti ini diam tanpa melakukan apa-apa yang ada Wira terus menarik ulur agar ada diposisi nyaman sementara Ria menyia-nyiakan waktunya. "Bukan malah menyibukkan diri dengan klien dan sidang, buktikan kalau kamu bisa melawan mereka, hempaskan dulu iba-mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamku Di Atas Dustamu
Romancecerita ini hanya ada di KBMapp dan Wattpad pura-pura tidak tahu dan dituntut diam, Ria melakukannya. ini bukan tingkatan terakhir dalam kesabaran, ia juga tidak sedang menahan diri anggap saja tidak terjadi apa-apa hingga sesuatu yang benar-benar me...