Debaran rasa 10

3.2K 457 59
                                    

Silmi, Grey, Nuha dan sepuluh gadis lainnya serentak turun untuk merayakan malam puncak ulang tahun Ria. Mereka semua tampil cantik dan memukau membuat para laki-laki yang sudah berada di bawah melihat mereka dengan tatapan takjub. Tak terkecuali Sam, mata pria itu tertuju pada Nuha.

Kebahagiaan itu tidak diciptakan sendiri tapi hadir begitu saja dan sekarang Sam menikmatinya.

Ria juga bahagia dan rela harus bergadang larut malam ini untuk menerima surprise dari teman-teman Cakra. Dia yang mengundang mereka, sekarang. Sebuah kue dipegang oleh Silmi dan Melly, mereka menyanyikan ulang lagu ulang tahun dengan kompak. Setelah lilin ditiup Nuha memberikan sebuah nampan berisi kartu ucapan dari mereka semua kepada mama Cakra.

"Dibaca kalau lagi senggang saja Tante, ucapan ini kami tulis dengan sungguh-sungguh."

Ria menerima nampan tersebut, ia meletakkan di meja kemudian memeluk mereka satu persatu hendak mengucapkan banyak terima kasih karena sudah menyiapkan acara se-mewah ini.

Awalnya Ria ingin merayakan ulang tahun sederhana saja tapi setelah mengundang semua teman Cakra, ia harus menerima kejutan dari muda-mudi tersebut dan ini di luar dugaan yang jelas dia sangat bahagia.

Selain kartu ucapan ada juga kado dari teman-teman Cakra, sepertinya Ria harus menyuruh sopirnya membawakan mobil lagi untuk mengangkut hadiah-hadiah tersebut.

Kado dari Wira adalah sebuah cincin emas sederhana namun sangat berarti untuknya ditambah dua buah tiket pesawat ke sebuah tempat yang belum pernah dikunjunginya seumur hidup.

"Ini kado dariku." dibantu teman-temannya Cakra membawa sebuah kunci mobil yang cukup besar.

Ria menangis, dia ingat kata-kata putra bungsunya yang mengatakan sekarang dia sudah memiliki uang dan bisa membeli sesuatu yang berharga untuknya.

"Mobil kita kurang?" tanya itu bersamaan dengan tangis bahagia. Rasanya baru kemarin Ria mengirimkan uang saku untuk pendidikan Cakra dan sekarang ada yang sudah besar sudah bisa membelikannya mobil.

"Tidak, tapi ini dariku dan mama harus memakainya setiap pergi ke manapun."

Ria memeluk putranya, rekan-rekan Cakra ikut menangis bahagia melihat momen tersebut. Selanjutnya Sam, di depan ibunya laki-laki itu membuka sebuah kotak berisi sebuah benda yang menyilaukan mata.

Tentang materi tidak ada yang perlu diragukan dari seorang Sam, anak sulung Wira dan Ria itu dikenal pemegang saham terbesar di dunia bisnis tanah air. Meski bergelimangan harta, hidupnya sederhana dan apa adanya.

"Harganya hanya 85 juta, bukan tidak mencari yang lebih mahal lagi tapi ini lebih indah." Sam memakaikan kalung di leher ibunya. "Hanya ada sebuah hati, seperti hati Mama yang hanya ada Papa."

Kini teman-teman Cakra dibuat takjub oleh hadiah dari Sam, terlebih kata-katanya yang begitu sederhana namun menyentuh.

"Aku hanya memberikan kalung dengan sebuah hati ini untuk orang yang berarti dalam hidupku."

Di tempatnya Nuha mematung, tidak ada lagi tatapan takjub seperti beberapa saat lalu karena kalung yang dipakaikan Sam di leher Ria.

Itu sama dengan miliknya, maksudnya Sam juga pernah memberikan hadiah seperti itu di hari ulang tahunnya dan itu sama persis.

Nuha tidak ingin baper, memang Sam mengucapkan kata-kata seperti itu di hari ulang tahunnya tapi benda itu? Dia hanya memberikan benda itu untuk orang yang berarti, mungkin dia salah ambil kadonya.

Nuha sadar ketika memundurkan langkahnya menjauh dari keramaian teman-teman. Ia pergi dengan hati-hati tidak ingin seorangpun menyadari ketidakberadaannya.

Diamku Di Atas DustamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang