Debaran rasa-3

3.5K 466 19
                                    

Sam perlu mengatakan pada orang tuanya bahwa dia memilih Jinan karena mencintainya begitu juga sebaliknya. Sama-sama pernah melihat pengalaman orang tuanya yang hancur dalam membina rumah tangga bedanya orang tua Sam kembali bersatu sedangkan orang tua Jinan memilih bercerai.

Dua orang yang sama-sama tidak percaya pada cinta, memutuskan menikah karena ingin saling melengkapi dan tidak peduli kapan rasa itu akan hadir di antara mereka.

Dua bulan menjalin hubungan lantas memutuskan untuk menikah, mereka telah yakin pada satu sama lain hingga berani tampil di depan orang tua.

"Belum sarapan?" Ria terkejut mendapati putra sulungnya di dapur.

"Sudah." Sam tersenyum pada ibunya. "Cuma rindu masakan Mama."

Tapi ini bukan sesuatu yang istimewa, hanya nasi goreng.

"Papa sudah mau makan Ma?"

"Alhamdulillah sudah." Yang dilihat Ria sang putra bukan sedang rindu pada masakannya tapi Sam lapar. "Kalau asam lambung memang seperti itu, makanan dipilih-pilih, bau amis sedikit tidak jadi makan."

"Papa sering ngopi juga."

"Iya dulu, ditambah ketika beliau tinggal di desa. Tapi enggak apa-apa, kita sudah berobat dan keadaannya sudah lebih baik."

Sam mengangguk. Ia sudah selesai sarapan, sebelum pergi Sam mencium pipi mamanya. "Sayang banget sama Mama. Makasih sarapannya."

Ria tertawa dan mengantar putranya ke depan. Ada apa dengan mereka, kalau aku bertanya apakah Sam akan tersinggung? Ria tidak terpikir untuk menelepon sang menantu di jam segini karena takut mengganggu.

Jinan juga wanita karier jadi Ria tahu bagaimana sibuk rutinitas paginya sebelum berangkat.

"Aku berangkat dulu Ma." Cakra menarik lembut dan mencium punggung tangan mamanya.

"Ada yang mau Mama tanyakan."

"Ada apa?"

"Bagaimana Mas mu di kantor, dia bekerja dengan baik atau kamu sering melihatnya melamun?"

Cakra tidak tahu karena jarang datang ke ruangan kakaknya.

"Aku bertemu sesekali dengannya lobi."

Oh, Ria mengangguk. "Kamu juga sibuk Mama lupa."

"Terjadi sesuatu sama Mas Sam?"

"Mama juga tidak tahu, barusan dia dari sini, dia datang untuk sarapan."

Cakra mengerti kegundahan hati sang bunda. "Coba nanti aku perhatikan."

"Makasih ya. Hati-hati di jalan."

Ini baru beberapa hari mereka pindah apakah tidak apa-apa mengundang keduanya makan malam akhir pekan nanti? Bukan ingin ikut campur, Ria hanya ingin memastikan hubungan mereka baik-baik saja. Dia juga harus melakukannya diam-diam kalau ingin memperhatikan, tidak ingin anak dan menantunya curiga.

"Kenapa di luar?"

Karena tidak menemukannya di dapur dan di ruang tengah Wira mencari ke depan.

"Nganterin Cakra, itu sudah berangkat." Ria tersenyum manis pada suaminya. "Aku siapkan obat Mas dulu."

"Aku sudah meminumnya." Wira menggenggam tangan sang istri, selama ini dia begitu memanjakannya ia ingin segera sehat dan melakukan hal yang sama pada istrinya.

"Benar?"

Wira mengangguk.

******

"Ke rumah mama lagi?"

Diamku Di Atas DustamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang