Debaran rasa 15

3K 430 13
                                    

Dia gadis biasa namun mampu menarik perhatian seorang Sam, tidak ada yang istimewa darinya tapi dia diperlakukan spesial oleh putra sulung Wira.

Di depan cermin bekas yang menempel di dinding Nuha melihat pantulan dirinya, tepatnya di bagian leher di mana sebuah benda menggantung yang dipasang seminggu lalu oleh kakak temannya.

"Ini sangat indah, aku tidak pantas memakainya."

Nuha tidak berprasangka buruk pada Sam hanya saja sebagai gadis baik-baik dia harus menghindari laki-laki yang telah beristri tersebut. Mereka tidak dekat dan tidak memiliki hubungan apa-apa karena itu Nuha merasa dirinya tidak berhak mendapatkan hadiah dari laki-laki itu.

Jika untuk berteman mungkin bisa dipertimbangkan tapi kalau sikap Sam seperti ini padanya tidak bisa diterima oleh Nuha. Walaupun mereka tidak pernah terlibat obrolan bisa dirasakan oleh gadis itu perhatian khusus dari Sam. Nuha memiliki banyak teman laki-laki baik yang masih single maupun sudah berkeluarga tapi semuanya masih dalam situasi wajar bahkan teman-teman cowok yang masih single saja tidak pernah memberikan hadiah seberarti itu untuknya.

"Ada yang nyari."

"Siapa?" tanya Nuha. "Beneran aku yang dicari?"

Novi, teman sebelah kamarnya menganguk.

Nuha keluar ingin melihat siapa yang mencarinya. Biasanya setiap Sabtu sore dia ke basecamp tapi karena yang punya kos mau hajatan anaknya, gadis itu tidak pergi dan sudah mengabari rekannya di grup.

"Cakra?"

Cakra tersenyum. "Aku ganggu?"

Nuha menggeleng.

"Nih titipan mas Sam."

Gadis itu tidak langsung menerima. "Kamu nyari aku?"

"Iya."

"Buat?"

"Mau tanya sesuatu tapi enggak enak kalau lewat chat."

Baiklah, Nuha mengerti. "Oke, apa?"

"Terima ini dulu, nanti lupa."

Nuha tidak tahu apa yang dibawakan pria itu. "Boleh aku tahu isinya?"

"Boleh, kamu lihat sendiri saja. Aku juga tidak tahu."

Nuha menerimanya dan membuka kotak tersebut. "Kue," kata gadis itu pada temannya. "Kenapa kakakmu mengirimiku kue?"

Cakra menggeleng. Lebih baik tanya itu disampaikan secara langsung, biar Sam yang menjawab.

"Sepupumu..." Cakra menggaruk pelipisnya. "Baca aja sendiri."

Nuha menerima ponsel Cakra membaca pesan yang dikirimkan sepupunya untuk laki-laki itu.

"Dia menembakmu?" Nuha tertawa. "Kan kamu juga naksir Zubi."

"Tapi aku belum kepikiran untuk pacaran." Cakra peka dengan perangai wanita. Kalau sudah nyaman mereka tidak akan melepaskan lagi dan mulai bertanya kapan ketemu mama? Karena itu dia tidak menjalin hubungan dengan wanita manapun. Menarik, cinta dan mapan bukan syarat dimulai sebuah hubungan.

"Ya udah tolak aja."

Cakra juga bingung. "Bagaimana kalau dia tersinggung?"

"Jawaban dari berharap itu ada dua, puas atau kecewa."

Cakra tidak mau hanya dengan tertarik karena dia cantik dan layak dijadikan istri lalu menikah. "Takutnya malah kejadian seperti mas Sam."

Nuha tidak penasaran apa yang terjadi pada laki-laki yang sudah dua kali memberikannya kalung.

Diamku Di Atas DustamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang