⚠SPESIAL CHAP MOCIEYO⚠

3.8K 157 17
                                    

Pls yg phobia lgbt lewat, ok? Ini cuma part atas perminta maaf  gue karna ga nepatin janji.

Jamji harus suka?

Sekarang gue tau atas kesemangatn klian baca cerita ini, ngeri cuy, bneran dehh jadi semangat bngt gue up kalau kaya gni!!

-

Arkan menarik Georgi membawa ke ruangan pribadinya, ini dirumahnya. Georgi yang memang harus menuruti semua permintaan Arkan selama sebulan hanya pasrah ketika di bawa ke ruangannya. Georgi tau betul cowok mesum ini yang berkedok mafia.

"Kita mau ngapain?"

Arkan terkekeh gemas, ia mendekat Georgi, posisinya seperti memeluk dari belakang. Memang dasarnya Arkan lebih tinggi, ia bisa merasakan Arkan menunduk membiarkan nafasnya mengenai telinga dan leher, debaran jantung milik Arkan yang berdetak cepat terasa nyata, membuat Georgi was-was. "Mau ngapain lo?"

Arkan mengambil pulpen tujuan sebelummya dan tertawa kencang, ia menjauh dari Georgi dan duduk di kursi. "Berharap sesuatu, Yo?"

Telinga Georgi memerah, hilang sudah dirinya yang di juluki lelaki jutek. Rasanya Georgi ingin memukul wajah jelek milik Arkan yang sedang menatapnya mengejek.

"Lo berharap yang semalam terulang?"

"Jangan di bahas!" Desis Georgi dingin.

Arkan tersenyum miring. "Gue suka wajah saat lo memohon, bukannya itu mengasyikan?"

Georgi menatap Arkan nyalang, ia mencekik Arkan kencang. "Sudah gue bilang tidak perlu di bahas!"

Senyum miring itu masih tercetak jelas di wajah Arkan. Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Georgi, tidak susah baginya bergerak walau keadaan sedang tercekik.

"Lo manis saat malam itu, Eyo," kata Arkan pelan.

Georgi geram lalu melempar Arkan ketembok. "Lo ingin mati, sialan?!"

Arkan terkekeh sadis, senyum biasanya hilang, tatapan hangatnya terganti oleh sorot yang dingin. Baginya Georgi tetap Georgi kecilnya, yang tidak bisa hidup tanpanya, yang masih perlu perlindungannya, umur mereka memang sudah 26, tapi bagi Arkan Georgi masih Georgi mungil.

Singkatnya, Georgi tidak bisa lebih dari Arkan. Georgi memang terlihat tangguh, terlihat kuat, tapi tetap jika Arkan membalasnya Georgi akan kalah.

Arkan mendorong Georgi hingga punggungnya menubruk tembok. Tatapan Arkan menyorot begitu dingin tapi penuh intimidasi, tangannya mencekram kuat pundak Georgi yang sekarang menatap nyalang. Arkan mendekatkan wajahnya ke leher Georgi, lalu mengecupnya pelan. "Ayok kita ulang yang semalam, Eyo," bisik Arkan pelan.

Tbc

Mau gue next cepet kaya gini? Jan biarin kolom komentar kosong!!

Mau gue dobel update gini? Banyakin vote dan bom komen.

Malam gayss

Btw ada yang mau spesial chapter Eyo dan Arkan lagi ngga?

ENERVATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang