- Teman baru untuk Sila
Sila berjalan pelan sambil menatap sekeliling, perasaannya begitu campur aduk ketika beberapa menit yang lalu, Laskar tiba-tiba meninggalkan Sila begitu saja. Lelaki itu selalu membuat siapa saja penasaran dengan dirinya dan kehidupannya.
Sila menempelkan jari jemarinya di kaca yang berembun itu, lalu mengusapnya, menulis pola abstrak dengan pikirannya yang entah kemana. Laskar, membuat Sila begitu penasaran, seakan mempunyai magnet untuk terus mengetahui semua tentang lelaki bajingan dan brengsek itu.
Rasa sakit yang setiap hari Laskar berikan tak membuat Sila gentar dengan niat yang sudah bulat. Hatinya sudah mati rasa untuk merasakan sakit yang di berikan lelaki bejat itu, mengingatnya Sila mengepal tangan kuat-kuat, ekspresi wajahnya berubah, wajah yang sebelumnya begitu menggemaskan kini menjadi menyeramkan, seakan ada aura hitam yang mengelilingi dan mendukung untuk melakukan apa yang Sila pikirkan. Gadis manis itu menampilkan wajah dingin dan datar.
Terdengar derap langkah yang membuat Sila menoleh dan mengubah raut wajahnya menjadi mengerut bingung terlihat begitu menggemaskan. "Oren?"
Renzo tersenyum kecil, lalu melangkah pelan mendekat Sila. "Lo bosen?" Renzo mengusap rambut Sila gemas, rambut gadis ini begitu candu.
Sila sebelumnya begitu semangat karna ada Renzo yang datang, tapi kini ia murung entah marah karna kejadian ia di tertawakan, Renzo tidak ada niat untuk membelanya.
Lelaki itu mengangkat alisnya bingung. "Kenapa? Laskar tadi nyakitin lo, hm?"
Sila mengangkat wajahnya, lalu menatap Renzo dengan tatapan begitu teduh. "Kenapa Oren ke sini?"
Renzo tertawa gemas. "Gue kesini karna mau ngajak lo buat ketemu Zeevana, siapa tau lo bosen dan butuh teman, bukan begitu?"
Sila melotot lalu loncat-loncat kegirangan. "KAMU SERIUSSS?!" Sila memekik tak percaya.
Renzo mundur satu langkah karna kaget dengan suara Sila yang begitu menggema di ruangan tanpa cela. Sila yang sadar hanya menunduk dan mengucapkan maaf pelan.
Renzo menggeleng lalu mengangkat dagu Sila agar menatapnya. "Hei, jika bersama gue, jangan menunduk ok? Ayok kita temui Zee."
Sila masih di tempat, tiba-tiba ia memikirkan Laskar. "Tapi A-aska gimana?" Menyebut nama lelaki itu saja membuat ia ketakutan.
"Jelas dengan izinnya," Renzo terkekeh dan menarik pelan tangan Sila.
Perasaan Sila? Jelas sangat bahagia, tidak ia sangka, ia akan memiliki teman perempuan. Tapi Sila resah, siapa gadis itu? Hingga Laskar tidak melarangnya berteman dengan gadis bernama Zeevana itu.
Sila Sampai di ruangan yang berisi TV, kursi, kulkas dan segala layaknya rumah-rumah pada umumnya. Ruangan ini biasa di gunakan para inti dan anggota lain untuk istirahat. Di hadapan Sila melihat gadis yang mungkin lebih tua dua tahun darinya tengah duduk di pangkuan Arkan dengan menunduk.
Zeevana Berlian, gadis 18 Tahun yang memiliki nasib tak beda jauh dengan Sila. Zeevana kerap di panggil Zee mendapati pelecehan saat ia kelulusan SMP, lalu datang lelaki menolongnya dan membawa ke rumah lelaki itu, selamanya. Tanpa pulang kerumah. Ya itu, Arkan yang menolongnya, lelaki yang ia kira baik yang senang hati menolong, ternyata psikopat tak punya hati.
Zee di perlakukan seperti boneka, di perkosa sesuka hati. Entah apa yang Arkan inginkan. Tapi, lama kelamaan Arkan memperlakukannya seperti ratu, tapi saat lelaki itu kesal entah hal apa, dia akan melampiaskan padanya, setelah puas Arkan akan biasa kembali tanpa merasa bersalah, dan memperlakukannya begitu lembut.
Zee kadang bingung dan takut pertama kali mengenal sifat Arkan, tapi semakin lama ia hanya bisa pasrah dan menerima begitu saja saat ia malah menyimpan hati pada lelaki itu. Zee mencintai Arkan yang ia anggap seorang pengidap gangguan jiwa.
Arkan memeluk pinggang Zee possesif. "Perut kamu masih sakit, hm?" Arkan mengusap perut Zee yang kini terdapat bayi di dalamnya. Wanita itu hamil anaknya yang ke 3 kali, setelah dua kali keguguran akibat ulahnya yang terbiasa bdsm pada Zee. Itu nyaris membuat Zee gila dan depresi hingga di rawat di rumah sakit selama sebulan.
Zee yang menunduk hanya menggeleng. Arkan memang menerima bayi ini dengan senang hati, dan itu sedikit membuat Zee merasa senang, tapi Arkan mengatakan jika dia tak akan menikahi mainannya, sedikit menyakitkan, tapi ia bisa apa?
Arkan yang melihat Sila di ambang pintu pun menyuruh Sila untuk mendekat. "Manis, sini ada Zee." Sila yang melamun pun tersadar lalu tersenyum gugup. Ia menunduk karna tak biasa. Tapi saat Sila lihat, Laskar tak ada di dalam.
Arkan menyuruh Zee menemui Sila yang kini tersenyum lebar. "Ken, lo ikut ke tempat pelelangan?"
Ken yang sedang merebahkan badannya di sopa hanya berdeham nyaman, hingga dapat tendangan dari Georgi yang moodnya terbilang tidak baik. "Ayok bajingan, lo ingin di tendang dari Sequoia dan menjadi gelandangan?!" Sentak Georgi yang tidak mood.
Ken menatap Georgi heran. "Apasi Yo, dari tadi lo gaje tau ga?" Kata Ken malas, lalu ia melihat sosok Zeevana hingga ia tersadar. "Lo, cemburu ya?" Kata Ken dengan tatapan meledek. Sebenarnya Zee memang sering di bawa ke markas, hanya saja minggu kemarin wanita itu di bawa ke rumah sakit karna kandungannya yang rentan.
Georgi menatap Ken nyalang. "Lo minta gue hajar?!" Desisnya menyeramkan.
Ken tertawa serak lalu melanjutkan rebahannya. "Bangunkan gue jika gue peduli."
Georgi menatap Ken malas, lalu berdiri dan melihat Arkan yang sedang mengobrol asik dengan Zee dan Sila. "Ayo bajingan, kita ke pelelangan," kata Georgi dengan menarik rambut Arkan kasar.
Yang di tarik hanya tertawa ngakak membuat Georgi geram. "Berisik setan!"
"Lo kenapa, Eyo?" Arkan mengusap rambutnya setelah terlepas dari tarikan maut Georgi. "Seperti gadis PMS yang marah tiba-tiba." Arkan menahan gemas melihat wajah Georgi yang menahan kesal.
Georgi sendiri pun tak mengerti mengapa dengan dirinya? Ia merasa begitu kesal dan argh begitu sulit di jelaskan. Tapi tak mungkin ini karna Arkan. Percayalah demi apapun dia tidak belok.
Berpindah kepada Sila dan Zee yang kini melihat siaran TV, menampilkan kartun Spongebob favorit Zee yang akan Zee kenalkan kepada Sila. Sila pun ikut suka melihat kartun itu.
"Zee, kamu beneran jadi teman aku kan, 'ya?" Kata Sila pelan, ia tak mau kehilangan sahabat pertamanya.
Zee yang mendengar pun mengangguk semangat. "Hari ini, detik ini aku menjadi temanmu dan sahabatmu untuk selamanya!" Kata Zee semangat.
Sila tersenyum lebar yang ia jarang perlihatkan, senyumnya begitu manis, hingga lelaki yang memiliki tinggi 190 cm itu sedari tadi tak lepas melihat senyum itu.
Laskar beberapa menit yang lalu sudah masuk ruangan ini, tanpa Sila ketahui memperhatikan gadis itu sedari tadi. Ternyata hewannya itu begitu menggemaskan saat tertawa lepas seperti itu. Tapi, bukan Laskar namanya jika membiarkan Sila tertawa lepas tanpa beban.
Di banding tertawa, Laskar lebih Suka Sila menangis dan tersiksa, karna itu Sila akan terus mengingatnya hingga ia menangis tanpa henti. Laskar menyukainya.
Jadi jangan mengira bahwa Sila akan lega karna mendapat satu teman, siksaan tetap berjalan, selamanya.
Ya, selamanya. Sampai salah satu dari mereka mati, dan semua selesai.
Atau, sampai Laskar mencintai Sila, dan berhenti menyiksa dengan menyesali semuanya.
Tbc
Kalian mau yg mana, Laskar berakhir cinta sama Sila? Atau biarkan mati salah satu dari mereka?
Ada yg mau ENERVATE happy end atau sad end?
Seperti biasa jika ingin lanjut, vote dan komen lebih dari part sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENERVATE
Teen Fiction17+ kebijakkan pembaca di sarankan. - Gadis ini dijadikan hewan peliharaan, disamakan dengan boneka, disiksa tanpa belaskasihan, diperlakukan jauh dari kata manusia. Sila, yang tidak tahu asal-usulnya dari mana, tidak tahu siapa dirinya, tidak tahu...