"Kamu tidak perlu menjadi monster mengerikan untuk mendapat perhatian."
-
Laskar berlari kencang hingga nafasnya tak beraturan, lalu ia menunduk memuntahkan darah berwarna merah pekat. Lelaki itu melirik ke belakang. Dirinya masih di tempat yang sama, dia merasa tidak bergerak dari tempat, padahal dia berlari begitu kencang.
"Aska ...." suara sialan itu terdengar begitu lirih dan menyakitkan. Laskar menutup telinganya dan memejamkan matanya.
"Sshh... sial!"
Suara perempuan yang terdengar lembut, tercekat, pelan dan parau. Terdengar seperti suara wanita dewasa. "T-tolong ...."
Laskar mundur saat melihat wanita yang belumuran darah dengan rantai di leher dan jalan yang terlihat terseret-seret, mendekat padanya. Wajahnya begitu tidak jelas, tapi jantungnya berdegup cepat, rambutnya begitu acak-acakan.
Wanita itu memegang pipi Laskar, saat akan memeluk, tiba-tiba semuanya gelap. Gelapnya segelap dasar samudra. Laskar berada di titik tanpa arah.
Ini sangat gelap.
"ARRGGHHH MOMMY!"
Laskar membuka matanya dan menghirup udara begitu dalam, nafasnya begitu cepat, dadanya seakan ditekan dengan kuat. Hatinya sakit tak terkira. Rasanya seperti memaksa diri untuk terus berlari menghindari duka dengan terus dihantam sebuah luka.
Nafasnya sudah mulai tenang. Lelaki itu duduk lalu memijit pelipisnya pusing, badannya pun panas dan begitu terlihat lemas. Laskar menunduk, menghela nafas pelan, mengapa mimpi sialan itu lagi-lagi menghantuinya.
Siapa wanita itu? Mengapa keadaanya begitu kacau? Lalu kenapa ia selalu memanggil 'Mommy' tanpa bisa ia kendalikan. Bertahun-tahun, mimpi itu bagai lorong hitam yang membuatnya kebingungan tanpa arah.
Laskar mengeras rahangnya menahan gejolak rasa kecewa yang tak terduga, mata hitamnya terlihat begitu kosong, dia butuh seseorang untuk menumpah keluh kesah.
Mata hitam yang segelap samudra beralih menatap gadis yang meringkuk dibawah dengan darah dimana-mana, rantai yang melingkari lehernya begitu mengerikan. Laskar berjalan pelan mendekat wanita kecil itu dengan perlahan. Laskar menatap intens Sila yang sedang tertidur sembari menahan sakit.
Lelaki itu meringis melihat Sila yang seakan dalam keadaan sekarat. Semalam ia benar-benar menyiksa wanita ini tanpa ampun, bahkan melupakan satu fakta bahwa Sila baru keluar dari rumah sakit dengan keadaan jauh dari kata sehat.
Mata hitam pekat itu terus menatap wajah Sila yang terlihat pucat. Dia tersenyum tipis, lalu mengusap pipi wanita itu pelan dan begitu perhatian. Laskar duduk dan melipatkan kakinya, lalu menopang dagu di ke dua lutut dengan tangan yang terus mengusap pipi tirus dengan lembut.
"Eungh ...." Sila mengerang lalu mengerjap pelan. Pertama yang ia rasakan adalah sakit diseluruh badannya. Laskar yang menyadari menarik tangannya lalu kembali jongkok.
Sila menyadari ada Laskar di depannya lantas duduk dan menatap mata hitam itu, dia tersenyum sendu. Sesaat mata mereka saling menatap.
Sila terlalu terhanyut menyelami mata hitam itu yang seakan berkata, bahwa lelaki itu tidak baik-baik saja.
Lelaki bermata hitam pekat itu memutuskan kontak matanya. Sila terlalu jauh menyelam sehingga beranggapan bahwa dia butuh seseorang. Tidak! Ia akan mengelak! Dia bukan lelaki yang dikasihani oleh perempuan, tidak akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENERVATE
Teen Fiction17+ kebijakkan pembaca di sarankan. - Gadis ini dijadikan hewan peliharaan, disamakan dengan boneka, disiksa tanpa belaskasihan, diperlakukan jauh dari kata manusia. Sila, yang tidak tahu asal-usulnya dari mana, tidak tahu siapa dirinya, tidak tahu...